Atas nama Cinta

472 45 4
                                    

Btw maaf sering up malem, soalnya kalo malem ide-ide suka muncul tiba-tiba jadi mohon dimengerti, oke silahkan baca...

Kini Nanon, Pawat, Khai dan Mike tengah duduk berempat, meriung di atas karpet apartemen milik Pawat, awalnya Khai menarik Nanon paksa agar keluar hingga lelaki itu tersungkur dan terjatuh namun hal itu malah membuat Pawat naik pitam dan berjalan mendekati sahabatnya tak perduli kakinya yang kesakitan karena ia paksakan berjalan, ia terus berjalan menuju ke arah Khai yang tersenyum puas ke arahnya namun sedetik kemudian senyumannya berubah menjadi darah saat Pawat menonjoknya berkali-kali dengan sangat kencang hingga Mike tak habis pikir lagi dengan dua sahabatnya ini.

Hobinya gelut mulu, Khai tukang mancing emosi dan Pawat yang emosian, cocok dah berdua.

Jangan tanya Nanon, dia malah menangis melihat Pawat yang terkena tonjokan.

Mike menghela nafas sebelum ia menunjokkan tangannya ke wastafel milik Pawat sembari menatap mereka datar.

Jika Khai tukang emosi dan Pawat si emosian, maka Mike adalah penengah di antara keduanya yang jika sudah marah dia akan menjadi orang paling menakutkan dibandingkan siapapun.

Kini kembali kepada mereka yang masih duduk meriung dengan Pawat dan Khai yang memiliki banyak luka lebam di wajah mereka masing-masing.

Pawat melirik Khai sinis begitupun sebaliknya kemudian saat terjadi eye contact mereka kembali memalingkan wajah mereka, "Najis banget liat muka lu"

"Gua juga, enek gua"

Mike berdiri kemudian berjalan ke arah kamar Pawat yang berantakan, gimana Mike gak nething coba. Ia berusaha tetap berpositif thinking dan melempar baju Pawat kepada sang empunya.

"Pake, ketek lu bau asem" Dinginnya sembari kembali duduk di sebelah Nanon, berjaga-jaga jika Khai melemparkan bantal, guling atau vas bunga yang ada disekitarnya.

"Wat, karena semuanya udah terlanjur kaya gini.. Mending lo jujur aja deh sama Khai" Ujar Mike dengan nada yang tenang.

Nanon yang berada di sebelah Mike dan Pawat hanya bisa menggigit bibir bawahnya dengan kencang, entah kenapa ia malah ingin menangis takut pada Khai.

"Tunggu dulu nih.. Maksud lo?" Tanya Khai sembari tersenyum miring.

Pawat balas menatap Khai dengan tatapan tajamnya dengan ekspresi datar, "Gua gay"

Khai mengerutkan kening ketika mendengarnya, "Tunggu dulu... Maksudnya? Maksudnya apa?"

"Iya, gua suka sama Nanon" Tegas Pawat yang membuat Nanon ingin menghilang saat itu juga.

Khai menggeleng tak percaya, "Kalian pasti boongin gua kan? Kalian ngeprank gua kan?" Tanyanya sembari menatap ke arah Mike. Satu-satunya orang yang bisa membelanya namun Mike malah diam.

Khai mendesah tak percaya kemudian menatap Pawat, "Lo tau kan kita bertiga ini benci sama pasangan gay kaya dia? Lo selalu bully mereka yang ketauan gay di sekolah. Lo bully ukenya dan kita berdua bagian bully semenya waktu di luar sekolah. Lo.. Lo aneh wat.. Gua pikir kita sama, gua pikir kita sama-sama pembenci hal-hal kaya gitu tapi tiba-tiba lo bilang lo jadi gay? Lo... Eukhh, lo ngerti gak si? Gua jijik tau gak"

Pawat mendesis tak percaya ketika mendengar kalimat terakhir Khai, "Yaudah kalo lo jijik, lo pergi dari sini gak usah nampakin muka di depan gua lagi"

Khai menggeram kesal namun ada sorot kecewa di matanya, ia beralih menatap Mike yang terdiam sembari menggenggam tangan Nanon. Entah kenapa ia merasa seperti ditipu. Lalu tatapannya beralih pada satu sosok yang membuat persahabat mereka menjadi hancur.

Nanon.

Khai menatap Nanon dengan penuh amarah sembari mengepalkan tangannya, "Gara-gara banci kaya lo, persahabatan kita jadi ancur tau gakk?!!" Bentaknya marah yang langsung dapat bogeman kuat dari Pawat.

Hukum Cinta || OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang