The End.

587 26 3
                                    

Nanon dan kedua anaknya tersenyum kala Pawat pergi membawa mobilnya kembali ke apartemennya yang lama. Nanon menghela nafas gusar sembari masuk ke dalam apartemen yang dibelikan Sean.

Mereka bertiga langsung duduk di atas kasur milik Nanon, lelaki berlesung itu menatap ke arah foto besar dimana ada dia, Sean dan kedua anaknya yang masih bayi berada di gendongan masing-masing.

Ya, jika dia tahu, foto itu juga kenangan paling bahagia bagi Sean hingga dia memeluknya erat hingga dia meninggal.

"Papi?"Panggil Sane.

"hm?"

"Sane sayang sama daddy" Ujarnya dan dibalas senyuman oleh Nanon.

"Papi juga, papi kangen banget sama dia"

"Tapi kata ayah, daddy bilang sama ayah kalo papi cintanya sama ayah gak sama daddy" Bingung Sane.

Nanon menggeleng, "Enggak Sane, dia salah nilai papi. Iya, karena papi salah perlakuin dia selama ini tapi dia gak tau tentang satu hal. Kalo papi udah bener-bener jatuh cinta sama dia, lebih daripada rasa papi ke ayah kalian" Jelasnya.

Sena dan Sane mengangguk paham, "Berarti kalian gak akan balikan yah?"

Nanon hanya tersenyum lembut, "No babe"

"Tapi kan daddy maunya-"

"Gak akan pernah" Tegas Nanon yang membuat mereka berdua terdiam sembari menunduk.

"Tapi kalau kalian mau main sama ayah kandung kalian, papi izinin kok. Tapi kalo kalian minta kita balikan lagi, papi gak akan mau" Jawab Nanon.

"Kenapa?" Rengek Sena.

Nanon hanya menggeleng, ia tak akan pernah merasakan hal yang sama kepada Pawat setelah kedua anaknya lahir. Rasa cintanya berubah kepada Sean.

Itu adalah suatu kekeliruan Sean yang disebabkan oleh diri dia sendiri.

Ia terlalu banyak menyakiti Sean.

Pawat menyakitinya terlalu dalam, hingga kekecewaannya berubah menjadi rasa amarah dan benci. Ia sering melampiaskannya kepada Sean namun lelaki itu senantiasa berada di sampingnya kapanpun tanpa mengetahui jika ia juga sebenarnya sakit disana.

Ia menahan rasa sakit di tubuh dan hatinya selama ini, tapi kenapa dia tidak pergi? Kenapa ia malah membantu Nanon selama ini? Karena cinta? Tentu tidak, perasaan yang ia rasakan saat bersama dengan Nanon lebih dari sekedar cinta.

"Ayo ketemu om Dino besok" Ajak Nanon sembari tersenyum.

Kedua anaknya memiringkan kepalanya bingung, "Temen daddy sayang" Kekeh Nanon.

***

"Satu!"

"BUGHH!!!"

"Dua!"

"BUGHH!!"

"Ti-"

"Boss"

Dino yang tengah berlatih tinju bersama dengan Kevin langsung menengok ke arah Nanon yang membawa kedua anaknya yang sudah besar sembari tersenyum manis.

"Hai" Sapa Nanon sembari tersenyum.

"Nanon" Kaget Dino.

***

"Udah lama gak ketemu" Ujar Nanon sembari menatap ke arah Dino dan kedua anaknya yang tengah menikmati mie di kedai Paman Tong.

"Kalian kalau butuh apa-apa ke Paman saja ya" Ujar pria tua itu dan diangguki oleh keempatnya.

Hukum Cinta || OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang