Will you marry me?

378 33 9
                                    

Katakanlah Nanon gila tapi saat ini dia benar-benar menginginkan Pawat. Ia sangat ingin bertemu lelaki itu, dia ingin Pawat mengelus perutnya sembari mengobrol dengan bayinya yang sudah mulai membesar. Tapi ia tak tega melihat perjuangan Sean untuk menghidupinya dan bayi dalam kandungannya, lelaki itu benar-benar tulus.

Seperti saat ini, Sean tengah duduk bersama Nanon di ujung kasur, ia menatap Nanon dan perutnya yang sudah mulai membucit, "Tadi kata dokter apa?"

Nanon langsung menyadarkan dirinya dan langsung menatap ke arah Sean dengan gugup, "E-tadi.. Katanya bayinya baik-baik aja kok, udah masuk bulan ke-5 kan. Tapi katanya ya gitu, kurangin junk food dan minum susu sama makanan bergizi aja terus"

Sean mengangguk paham kemudian berjongkok di bawah Nanon sembari memegang bayi di dalam perut Nanon, "Selamat malam anak daddy" Bisiknya.

"Sehat-sehat ya disana, nanti kalo kamu udah keluar nanti ayah langsung ajak kamu jalan-jalan, beli sepatu bayi yang lucu, beli baju-baju lucu, sama-eh..."

Nanon yang tengah tersenyum langsung mengerutkan keningnya ketika Sean menghentikan ucapannya, "Kenapa?"

Sean beralih menatap Nanon, "Tadi kata dokter bayinya perempuan atau laki-laki?"

Mendengar itu Nanon langsung tertawa dan wajahnya langsung merah padam, "Kata dokter anaknya kembar"

"..."

Nanon mengerjapkan matanya menatap reaksi Sean yang saking terkejutnya tubuhnya hingga membeku, "Nanon"

"Apa?"

"Beneran?" Tanyanya dengan suara bergetar.

Nanon mengangguk senang.

"Makasihh" Ucapnya sembari berdiri lalu mengecup kening Nanon berkali-kali untuk pertama kalinya.

"Gua bakal lebih semangat kerjanya ya, sekarang gua mau belajar buat ujian sekolah terakhir. Lo ujian di rumah aja, gua udah bilang sama pemilik sekolahnya kok tenang aja"

Nanon mengangguk, ia tahu betul ayah Sean siapa. Dia adalah presiden yang saat ini sudah menjabat dua tahun, dan yah..  Sean adalah anak nakal maka dari itu ia tak pernah mengakui Sean sebagai anaknya namun tetap membiayainya dalam hal apapun meskipun Sean juga sudah menjalankan perusahaan yang kakeknya berikan sejak kelas dua SMA.

Dalam hati kecil Nanon, ia masih saja berharap jika orang yang mencintainya seperti ini adalah Pawat namun tetap saja, ia tak pernah bertemu dengan Pawat. Sekalipun bertemu, itu adalah saat ia melihat Pawat bersama dengan pacarnya yang saat itu mengantar Pawat saat mabuk.

Saat kehamilannya baru saja diketahui, Nanon pernah kabur ke apartemen lamanya untuk bertemu dengan Pawat. Namun saat ia mengetuk pintu lelaki itu, ia malah melihat Pawat dengan seorang wanita, yaitu pacarnya sedang tak memakai busana apapun dan tengah tidur bersama.

Dadanya sangat sesak, ia menghampiri Pawat lalu langsung berteriak marah kepadanya, Pawat tambah marah, ia mendorong Nanon hingga tersungkur kebelakang dan menendang perutnya.

Ia sangat ingat apa yang Pawat katakan saat itu, "Gugurin anak itu"

Semenjak itu Nanon selalu diam di apartemen Sean, ia selalu menangis bahkan marah-marah kepada Sean yang baru pulang sekolah, les, dan mengurus pekerjaannya namun lelaki itu tetap saja sabar dan membuatnya lebih baik.

Tapi tetap saja, anaknya membutuhkan ayah kandungnya, ia terkadang merindukan Pawat namun ia tahu bukan ia yang merindukannya melainkan bayi dalam kandungannya.

Saat Pawat bilang jika ia ingin Nanon menggugurkan anaknya tentu saja Nanon berbohong dengan berkata bahwa dia memang akan menggugurkannya untuk mencegah Pawat menemui anaknya sampai kapanpun.

"Nanon?"

"hm?"

"Kenapa bengong?"

Nanon menggeleng lemah, "Gak papa"

Sean mengangguk kemudian melihat ke arah kaki lelaki itu yang membengkak, "Ini sakit?"

Nanon menggeleng, "Gak papa"

Sean kemudian mengambil kaki Nanon lalu memijitinya dengan perlahan, "Kalo sakit bilang aja, nanti gua pijitin yah. Kalo lo ngidam apa-apa juga bilang aja"

Nanon lagi-lagi tersenyum, "Makasih"

Sean terkekeh, "Gak usah sungkan, gua emang udah seharusnya ngelakuin ini"

"Gua selalu marah-marah gak jelas sama lo, selalu nangis tiba-tiba, mood gua bisa berubah setiap detiknya tapi lo selalu sabar. Lo bahkan masih ngebiarin gua ketemu sama Pawat terakhir kali meskipun akhirnya lo mau ngebunuh Pawat gegara perlakuannya. Lo selalu nurutin apa yang gua mau, mau itu hal baik atau engga, mungkin kalo cerita kita dibikin jadi sebuah buku lo itu salah satu antagonis terbaik dalam hidup gue"

Sean mengangguk, "Gua gak pernah main-main sama ucapan gua jadi..."

Nanon mengerutkan keningnya saat Sean berdiri lalu berjalan menuju jaketnya yang ia gantung di tempat gantungan baju lalu mengambil sesuatu dari sana dan kembali berjalan ke arah Nanon dan berjongkok kembali.

"Gua bukan cowok romantis sama sekali, sebelumnya gua bener-bener gak tau apa itu cinta karena gua gak pernah ngerasain hal itu sebelumnya sampai gua ketemu sama lo. Selama gua hidup gua cuma cinta sama satu orang, dan orang itu adalah lo. Maaf kalo suasananya gak terlalu pas atau gimana, gua gak tau harus ngomong ini dimana, maaf juga gua gak ngomong hal ini di restoran mahal, di bioskop atau tempat yang penuh sama lilin atau bunga mawar tapi percaya, gua serius mau ngomong sama lo saat ini"

"Gua gak pernah janji buat selalu ada sama lo, tapi gua bakal terus berusaha buat jadi orang yang selalu ada buat lo sampai kapanpun. Kalo suatu saat nanti gua bikin lo kecewa atau marah, tolong marahin gua tapi tolong jangan pernah tinggalin gua"

"Makanya, gua pengen selalu ada buat lo disaat senang ataupun sedih, gua juga pengen ngebahagiaan bayi kembar yang ada di perut lo, makanya malam ini gua mau lo, Nanon Korapat Kirdpan. Gua memohon dengan sesungguh-sungguhnya-"

"-Will you marry me?" Jelasnya sembari menatap Nanon dengan serius.

Entahlah, dada lelaki itu sudah naik turun, ia percaya kepada Sean. Ia percaya dengan ketulusannya tapi apakah ia benar harus percaya padanya?

Sean tersenyum sedih melihat reaksi Nanon yang tak menjawab dan hanya menangis, "Lo gak perlu jawab kalo lo belum si-"

"Yes i will"

Mata Sean mengerjap untuk beberapa saat sebelum akhirnya sebuah senyuman sudah tak tertahan lagi. Ia langsung memeluk Nanon dengan kencang hingga lupa bahwa ada dua anak bayi kembar berada dalam perut Nanon.

"O-oh maaf, sakit? Gua terlalu excited sampe lupa ada dua cimol di perut lo" Panik Sean saat melihat Nanon tadi meringis.

Nanon tertawa, "Kok cimol?"

Sean masih panik, "Seriusan lo gak papa?"

Nanon mengangguk sembari tertawa kencang melihat reaksi panik Sean, Sean langsung berjongkok dan mengelus perut Nanon yang sudah melendung, "Sayang, maafin daddy yah, daddy seneng banget soalnya"

Nanon tersenyum, apa ia telah memutuskan sesuatu yang benar? Apa ia bisa melupakan Pawat dan menjalani kehidupan dengan Sean yang sudah jelas-jelas lebih tulus padanya?

***

Kapal OhmNanon berlayar atau enggak nih?

Kapal OhmNanon berlayar atau enggak nih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-And i miss you badly-

Papay...

Hukum Cinta || OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang