In the name of love

329 26 2
                                    

Nanon berjalan ke arah Sena dan langsung mengambil Sena yang sedang menangis dari pangkuan Khai.

"Adududu anak papi kenapa nangis? Udah gede kok gak malu nangis di depan umum"

"Aaaa" Rengek Sena.

Nanon terkekeh kemudian beralih menggendong putri kecilnya sembari bertanya kepada Khai dengan bisikan, "Kenapa?"

"Dia tau kalo Pawat nyakitin lo dan nyuruh lo gugurin mereka" Ujar Khai sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Mendengar itu mata Nanon membola menahan marah pada Khai, "Khai anjing" Batinnya.

"Maaf Non" Ujar Khai seakan tau isi pikiran Nanon.

"Terus Sane mana?" Tanya Nanon berusaha sabar.

"Sama Pawat"

"Ngapain?!" Kaget Nanon.

"Gak tau"

"Aish dasar om-om tolol" Kesal Khai sembari berjalan ke arah Khai datang.

Khai berbalik menatap Nanon kebingungan kemudian beralih menatap Fong yang baru saja datang, "Eh udah lama gak ketemu cok"

Fong langsung memutar bola matanya malas, "Dahlah sono pegi, gua males liat muka lo"

"Gua juga males kali anjir, dikira demen apa gua liat lo lama-lama" Kesal Khai sembari pergi.

Ok, kita sudah dapat mengkonfirmasi bakat terpendam Khai yaitu memprovokasi orang lain.

Fong menghela nafas sebelum akhirnya menutup mata, berdoa supaya masalah keluarga kecil OhmNanon akan kembali bersatu.

***

Sane tengah tertawa menatap lawakan ayahnya yang garing, biasa lawakan bapak-bapak. Lawakannya masih seperti dahulu, belum berubah namun entah kenapa Sane selalu tertawa.

"Masa sih dulu papi pernah digebukin sama geng motor?" Tanya Sane sedikit tak percaya.

"Eih gak percaya... Aslinya tapi tau gak? Abis itu ayah langsung ngehajar mereka semua dan selametin papi kamu. Nah itu tuh cikal bakal terbuatnya kamu" Ujar Pawat sembari mengedipkan sebelah matanya kepada Sane.

Sane memutar bola matanya malas, "Dasar buaya"

"Exactly, papi kamu sering nyebut ayah kaya gitu. Gak tau kenapa" Jawab Pawat sembari mengedikkan bahu.

"..."

Pawat melirik anaknya kemudian tertawa, "Iya iya maaf"

Sane terkekeh, "Tunggu Sane masih gak ngerti, gimana bisa ayah gak tau kalo papi orang yang pindahan di apartemen itu"

"Hmmn ya karena ayah gak terlalu suka ikut campur urusan orang sih maksudnya, orang pindahan doang biasa" Jawabnya santai.

Sane melirik Pawat sinis, "Dasar manusia"

"Terus kamu apa? Buaya gitu?" Ledek Pawat.

"Hiiii, yang buaya itu ayah aku juga manusia"

Pawat tertawa, "Kalau papi apa?"

Sane melirik Pawat sinis lagi, "Maksud ayah, ayah meragukan kemanusiaan papi?"
Pawat menggeleng panik, "E-enggak bukan gitu"

Sane mengangguk, "Gak papa aku juga cuma bercanda, maksud aku... Papi emang bukan manusia tapi dia malaikat yang baik"

Pawat tersenyum, "Malaikat yang baik?"

"hmm, selama disana papi kerja jadi penulis yang terkenal. Dia pintar mengelola uang dan selalu menghormati siapapun yang dia temuin" Jelas Sane.

Hukum Cinta || OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang