Tears

559 51 2
                                    

Pawat membuka matanya perlahan, ia menatap ke sekelilingnya dan menyadari jika ia sudah kembali ke Apartemennya. Ia terduduk kemudian termenung sebentar untuk mengumpulkan nyawanya.

Drrrt... Drrrttt..

Ia berbalik ketika mendengar suara hpnya yang bergetar kemudian mengambilnya untuk melihat apa yang membuat hpnya bergetar sedari tadi.

1 pesan belum dibaca
Mama: Selamat ulang tahun anak mama maaf mama baru ngucapinnya siang, mama lagi banyak kerjaan sekarang, kamu gimana kabarnya? Hari ini mama boleh dateng ke apartemen kamu kan sama ayah?

Pawat menghela nafas kemudian melempar hpnya lalu kembali membaringkan tubuhnya, ibunya adalah sosok wanita yang dulu ia sangat cintai tapi sekarang ia merasa kecewa.

Ia tak benci kepada kedua orang tuanya, tapi ia hanya kecewa, kecewa yang membuatnya menjadi anak yang nakal. Ketika ia mendapat banyak masalah di rumahnya ia akan pergi keluar rumah dan bergabung dengan anak jalanan.

Pawat sama sekali tak merasa tidak nyaman saat bersama mereka, karena menurutnya hanya mereka yang bisa mengertinya karena kebanyakan dari mereka memiliki nasib yang sama sepertinya.

Drrt...drttt

Pawat membuka semua pesan di handphonenya, ternyata tidak ada lagi yang memberinya ucapan, hanya ada pesan pesan tak penting yang terus menerus menyepam handphonenya.

Ia merasa benci saat melihat orang tuanya bertengkar tapi ia selalu ingin melihat kedua orang tuanya bersama lagi.

Tangannya beralih untuk memencet telepon kepada ayahnya, ia terduduk saat teleponnya ternyata diangkat.

"Pa?"

"Eh anak haram, lu ngapain nelpon nelponin suami gue?"

Pawat menjauhkan hp dari kupingnya saat mendengar suara cempreng istri baru ayahnya, "Apaansi anjing, mana bapak gua? Kasih dulu hapenya"

"Kagak ada, ada urusan apa lagi si lu nelpon-nelpon?"

Pawat memutar bola matanya malas, "Gua bilang mana bapak gua anjing"

"Tidak sopan kamu ya"

"Bacot, lo mau kartu ATM lo gua tarik ha?"

"..."

"Cepet kasih lah jangan banyak bacot lon-"

"Ada apa?"

Pawat langsung terdiam saat mendengar suara ayahnya, entah kenapa ia merasa rindu dengan suara itu tapi tetap saja ia masih kecewa.

"Ada apa? Papa lupa hari ini hari apa?"

"Hari apa?"

Pawat terdiam kemudian air mata entah kenapa menetes begitu saja, "Ulang tahun Wat"

"Oh, iya nanti papa transfer lebih ke kamu hari ini, udah ya papa banyak ker-"

"Pawat ga mau uang Papa, Wat cuma mau papa dateng malem ini ke Apartemen Pawat buat makan malem. Jangan bawa si Lonte itu dateng"

"Pawat, Papa ga-"

"Pawat cuma minta waktu papa sebentar doang kok, cuma beberapa jam, berapa tahun lo ninggalin gua? Lo ga kangen gitu sama anak lo? Lo gak pernah nanyain kabar gua, lo gak pernah. Gua cuma pengen waktu lo sebentar apa susah?"

"Kamu bukan anak kecil lagi, harusnya kamu bisa lebih dewasa"

"Apanya yang gak dewasa? Pawat udah kehilangan cahaya kehidupan dari kecil, sedari dulu mama sama papa selalu nuntut Pawat buat jadi dewasa dan sekarang berani-beraninya papa ngomong kaya gitu"

Hukum Cinta || OhmNanonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang