part 13

148 9 0
                                    

--------------------
*
David menatap Steffi dengan penuh amarah. Tentu saja Steffi sudah mengetahuinya. Tetapi ia berusaha untuk pura - pura tidak tahu.

"Key" suara berat itu, menusuk telinga Steffi.
Nada bicara yang meninggi membuat seisi rumah menjadi tegang.

Steffi sudah mulai malas - tidak peduli - kesal - takut - cemas. Jika sudah mendenggar Nada bicara ayahnya yang seperti itu.
          Ia sedang mengkira - kira apa yang akan ayahnya lakukan setelah ini.
          Apakah ayahnya akan memarahinya habis habisan ?
        Apakah ayahnya akan men-sita semua fasilitasnya ?
          Apakah ayahnya akan memblokir kartu kreditnya untuk sementara waktu ?
          Apakah ayahnya akan menghukumnya ?

Pikiran Steffi buyar saat ayahnya- David, memanggilnya sekali lagi dengan suara yang lebih keras.
   Suasana rumah semakin menegang. Riana dan Bik Surti juga ikut ikut an takut.

"I..iiii.. yya.... pppphhh a? "
Jawabnya dengan terbata bata. Suasana hatinya sedang nano - nano sekarang. Tidak seorang pun dapat menebaknya.

"Semalam kamu kemana ? Bisa bisa nya kamu tidak kembali kerumah ? Bermalam dimana kamu ? Kamu tahu tidak, seisi rumah mencemaskan mu ?!"
Tanya David dengan raut wajah yang tidak enak.
   
         Perang dunia sudah mulai sekarang.

"       Aku bermalam di hotel pa.
         Aku kesal sehingga aku enggan pulang kerumah. "

"Hotel.? Apa katamu sekali lagi ? Hotel ?
       Hotel apa ? Uang dari mana ? Hanphone mu dibawa oleh Gonzaga dan dompet mu berada di tas mu. Tidak usah mengada ada !"

" ya benar pa. Aku menginap di hotel. Seseorang pria membayari ku hotel. Untuk bermalam"

"Pria ? Pria dari mana ?
    Kamu maksud pria itu om om ?
   Berapa umurnya ? Apakah om om itu lebih muda atau lebih tua dari papa ?
       Hotel apa ? Hotel melati pinggir jalan ? "

"Tidak. Dia Andrew, ia teman disekolah. Lebih tepatnya kakak kelas. Dia teman sekelas Gonzaga dan dia urutan ke 2 setelah Gonzaga "

"Halah.
Dan apa alasan mu tidak pulang kerumah ?"

"Aku sedang kesal dengan seseorang dirumah ini "

"Hiperbola sekali sampai kamu tidak pulang "

"Aku kesal pa"

"Dengan siapa ?
   Papa ? Mama ? Bik Surti ? Pak Ujang? Pak asep ? Apa mas Dani, supir baru mu itu ?

"Um.. bukan"
"Lalu?"

Steffi tidak sanggup untuk mengatakan sebenarnya. Ia terlalu cinta dengan Gonzaga. Ia tidak mau ayahnya, menghukum Gonzaga.

"Key. Kamu masih berhadapan dengan papa. Jawab !"

"Gonzaga pa"
Ia sungguh khawatir dengan jawaban yang baru saja ia lontarkan. Ia takut terjadi sesuatu setelah ini

"Oh dia"
"Yasudah. Sana kamu kekamar mu"
"Ini milikmu" David memberikan Galaxy J kepada Steffi.
"Jika kamu bosan. Berpergianlah!, papa dan mama akan berkerja dan pulang larut malam. "
"Panggil saja Mas Dani,untuk menyupiri mu"

           Perang dunia selesai

Seisi rumah yang berfikir bahwa akan ada pertumpahan darah. Ternyata tidak. Dugaan mereka berbanding terbalik. Suasana rumah tetap damai.
*
Steffi yg ditanggapi seperti itu , dia shock.
Sejak kapan ayahnya berubah menjadi malaikat tanpa sayap? Padahal setahunya, ayahnya adalah Iblis tanpa tanduk.
"Karena papa maksa buat ngemall, sooo...." guman Steffi dalam hati

Sesungguhnya Ayahnya tidak memaksanya, ia hanya m e n g a j u r k an.
.
Steffi yang sudah rapih dan sudah selesai membenahi penampilannya.
   Ia menelfon Mas dani

" mas. Aku mau pergi. Tolong siapin mobil ya. Supirin juga ya"
" siap non"

Ia pun bergegas keluar kamar, dan pergi menuju ruangan disebelah kamarnya. Ruang itu adal ruang dimana ia menempatkan koleksi tas dan sepatunya.

Tas dan sepatu branded nya tersusun rapih di dalam lemari kaca. Lemari itu di desain khusus untuk menyimpan tas dan sepatu. Lemari itu dibuat secara permanen, yang tingginya sampai plafon ruangan itu.
Dan di sudut ruangan itu ada sebuah kaca slim. Biasanya ia gunakan untuk OOTD - an.
--
Dan sekarang ia sudah benar - benar siap. Ia siap berangkat dengan gaya nya yang kekinian.
Seperti biasa bajunya tidak jauh dari warna hitam .
.
Ia keluar dari ruangan itu, dan berjalan menuju tangga. Ia menuruni anak tangga satu - persatu.

Dan akhirnya ia sampai didepan pintu utama.
Lalu,
Ia membukanya
       Dan ia melihat sosok yang membuat ia muak, di tengah siang bolong ini.ya , Gonzaga.

"Helo keyyyyy" sambut Gonzaga dengan riang, kemudian memeluk Steffi dengan erat
"Um.. muak" lalu ia berusaha melepaskan pelukkan Gonzaga dari tubuhnya.
Lalu ia berjalan menjauhi Gonzaga

"Demi apa ?!?!?" Guman Gonzaga dalam hati

"Keyy, kamu mau kemana ?" Tanya Gonzaga
"Bukan urusan lo" jawab Steffi dengan cuek.
Lalu ia memasuki mobil yang telah disiapkan supirnya itu.
.
Tanpa pikir panjang, Gonzaga mengejar Steffi.
Ia menaikki mobil sport nya yang berwarna hitam mengkilat.  Lalu ia mulai mengemudikan mobilnya itu.

*****
"Mana tuh Steffi?" Tanya Irene kepada ke tiga temannya.

"Tau" jawabnya serentak
"Alah. Paling dia gamasuk gara gara takut sama gue hahahah" Irene berkata seperti itu dengan sombong.

"Kepedean " saut Cecil
"Fakta kok" jawab Irene
"Orang belom terbukti ?" Bantah Cecil

"Udahlah. Suasana genting gini juga " saut Grace.

"Tau. Kenapa sih ego lu gede banget ?" Tanya Shazie

"Temen sendiri aja di bacotin gimana orang lain ? Siapa yang ingin berteman dengan lu. Jika seperti ini caranya ?" Tanya Cecil.

"Apaan sih kalian. Gajelas. Ketularan Steffi najis. " lalu Irene pergi meninggalkan ke tiga temannya itu

"Baper sih najis woo" teriak Shazie.

*****
Irenr yang kesal pun, berniatan untuk mengadu kepada pacar backstreet nya itu
" halo "
" apa "
" temen temen gua kayak tai. Pada mihak Steffi semua. Apa bagusnya dia ?"
"Gue juga mihak Steffi "
" ih "
" bagusnya dia ? Banyak
Satu cantik
Dua baik
Tiga perhatian
Empat pengertian
Lima suka nraktir
Enam romantis
Pastinya
"Jadi kamu pilih dia ? Dari pada aku ?"
"Yaiyalah. Secara....... 

.
.
.
Tbc:)

COMPLICATED [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang