part 18

177 12 1
                                    

Gonzaga's POV

Aku memasuki parkiran bawah tanah yang ada disekolah ku. Dan berjalan menuju hall depan sekolah. Setiap pagi, kami wajib lewat hall depan.

Karena, di hall depan ada bererapa guru pikiet untuk kami salami. Entah tujuannya apa, agar saling mengenal?pendekatan? tetapi, jika iya. Masa saat anak muridnya menyalami nya, ia malah asik mengobrol dengan guru lain yang ada. Dan bersalaman setiap pagi itu, sama sekali tidak ada guna.

Aku mulai menyusuri koridor lantai bawah, untuk menuju ke lift. Tetapi mengapa semua orang memandangiku seperti itu? Aneh sekali tatapannya. Tidak pernah, aku di tatapi dengan tatapan semacam ini. Tatap aneh, biasa nya juga tatapan kagum, ada apa dengan mereka?

Steffi's POV

"stepee" suara yang sangat familiar di telingaku itu, menyambut kedatangan ku dikelas pagi itu. Suara milik Shazie, yang saat ini berada di sudut ruagan kelas itu.

"halloo"sapa ku balik, sambil berjalan menghampirinya.
"apa kabar yaampun Stef??" Tanya Grace kepadaku, seakan akan kami tidak bertemu berminggu minggu.
"yaowoh, saya baru tidak masuk satu hari. Tanggpan anda seperti ini. Saya tersanjung" kata ku, sambil menaruh tas ku di kursi. kebetulan minggu ini aku duduk di barisan belakang.
"najonggg, bubar bubar" saut Cecil Lalu mereka meninggakan ku ke luar kelas.

"eh Irene mana?" Tanya ku pada mereka ber tiga.
"ke atas tadi katanya" jawab Shazie.
"ngapain?" Tanya ku yang masih penasaran.
"samperin abang lu kali" saut Cecil.

Entah,sautan dari cecil menusuk hati ku. Apa iya mereka sudah mengungkapkan itu kepada public? Dan aku merasa tidak dianggap.
"gue juga mau ke atas ah" kata ku. Aku ingin menghampiri kelas Gonzaga. Aku ingin melihat situasinya .
"ngapain?" Tanya Shazie. "main ke abang gue lah" jawab ku asal.
"emang sudah baikkan ?" Tanya-nya lagi "belum"jawab ku meringis

"alah, di amah mau nyamperin Andrew" celetuk Grace
"AAAA CIE CIE" sekarang mereka bertiga, sudah menjadi rusuh sekali.

**

Author's POV

Mau-tidak-mau, Shazie-Grace-Cecil menemani Steffi ke lantai atas. Yang katanya, ingin bermain dengan abangnya itu.

Mereka ber empat sudah sampai didepan kelas Gonzaga dan Andrew. Sudah pukul 7 tepat, mengapa belum bel ?
"cui kok belum bell?" Tanya Steffi, kepada ketiga temannya itu. Sebelum memasuki, ruang kelas Gonzaga-yang juga ada Andrewnya.
"guru ada brifing pagi lebih panjang. Kita masuk kaloga jam 8 ya habis istirahat pagi kita, Jam 9" Grace memberi tahu Steffi
"anjas. Ngapa kita masuk pagi pagi?" Tanya Steffi yang shock dengan pernyataan itu.
"katanya, ini waktu buat temu antar adik kelas-kakak kelas-teman seangkatan" jawab Grace lagi "okai. Gue berada disini tidak salah, bukan?" kata Steffi.

Lalu ia memberanikan diri, untuk membuka pintu kelas itu.

**

Seisi kelas menjadi hening. Dan saat sudah Nampak, itu adalah Steffi dan kawan kawan. Lantas murid murid yang saat ini, berada di kelas itu langsug berteriak
"WOOOOO", disertai dengan bibir monyong yang tidak santai.
"selaw aja dong" kata Steffi, yang tetap stay cool.

Steffi berjalan menuju meja Gonzaga. Gonzaga yang saat ini sedang mengobrol bersama Andrew dan .... Iya benar Irene.

Tampak jelas di wajah Gonzaga, wajah penuh pengharapan. Mungkin ia berharap Steffi menghampirinya.

Yang terlihat di wajah Andrew, adalah wajah bahagia. Seperti seseorang yang tidak bertemu pacarnya berthun tahun.

dan yang terlihat di wajah Irene, adalah wajah kesal-senang. Entah apa, tidak bisa diprediksi. Saya bukan mama lauren.

COMPLICATED [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang