Aku kembali bersekolah seperti biasa. Aditya belum sadar dari koma. Aku mendapatkan kabar dari Catra mengatakan kemarin malam ada pesta ulang tahun meriah untuk merayakan ulang tahun anak itu. Aku mengikat sepatu hitamku menatap sejenak penampilan wajahku.
"Ngaca mulu bang. Udah ganteng tuh. Temanku saja pada naksir abang kata mereka abang itu hitam manis kayak gula," ucap Rasen.
"Aku benci gula," ucapku.
"Iye gua tahu kok. Makanya hidup abang pahit kayak kopi kesukaan ayah," ucap Rasen.
"Lu pake bahasa gaul mulu. Kagak sopan tahu gak," ucapku.
"Bodoh amat. Kemarin malah cepuin gua punya pacar sih," acuh Rasen.
"Masih bocil lu jangan pacaran mulu kerjaannya. Fokus belajar aja dulu masalah percintaan belakang aja!" Tegurku.
"Nanti kayak abang kagak laku-laku sampai sekarang. Mungkin gua akan melangkahi abang di masa depan!" ledek Rasen.
"RASEN!" kesalku.
Rasen langsung kabur dari hadapanku. Aku mengejar Rasen namun langkahku terhenti karena ada pelototan dari Rianti. Kami sarapan bersama-sama selesai melakukan itu aku berangkat sekolah sendirian dan Rasen meminta jemput dari pacarnya.
Di sekolah elit tempat aku menempuh ilmu tanpa kusangka disini juga penderitaan Aditya bertambah. Aku telah mengantongi beberapa nama dari orang-orang yang membully Aditya selama ini. Mereka anak donatur sekolah ini yah aku tidak peduli lagipula ini sekolah milik Catra.
Pihak sekolah tidak mengetahui aku memiliki hubungan darah dengan Catra memudahkanku melakukan pembalasan. Nama besar Catra malah akan mempersulit aku membalas mereka semua.
Aku masuk ke kelasku berada 12 IPS 1. Teman sekelasku tidak memperdulikan kehadiran sebab aku anak yang sulit didekati. Aku lebih suka menyendiri apabila di sekolah.
Jam istirahat aku berdiri dari bangku ingin pergi ke kantin. Banyak bisikan dari teman sekelas akibat tindakanku mungkin mereka mengganggap hal langka. Aku berlalu meninggalkan kelas dan ke kantin untuk melancarkan aksi balas dendam.
Aku melihat target sedang bercengkrama bersama teman-temannya. Waktu yang sangat tepat mereka sekumpulan orang yang merundung Aditya selama bersekolah disini.
Aku membenturkan kepala salah satu dari mereka ke meja kantin. Aksiku mengundang antesi semua orang dan teman dari orang tersebut kesal akan ulahku.
"Masalahmu apa anak baru?!"
"Aku iseng," ucapku santai.
"Kau membully temanku!"
"Hanya karena itu saja. Ayolah adik kelasku yang manis. Kalian bahkan membuat mental salah satu murid kelas satu down. Aku membenturkan kepala saja belum menghajar kalian masing-masing," ucapku.
"Kau menantang kami hah?!"
"Ayo by one saja atau keroyokan heh?!" remehku.
"Hajar dia!"
Aku mundur dan menendang kursi kantin sampai terbalik. Kericuhan di kantin membuat aku tersenyum smirk. Satu-persatu dari mereka menghajar dengan mudah aku melawan mereka. Aku bahkan menendang sangat kuat salah satu dari mereka hingga terpental cukup jauh. Pemimpin mereka aku tarik kerah bajunya dan membantingnya sampai ke tanah. Darah merembes dari kepala dia mungkin pingsan.
"Kalian lemah," ucapku dingin.
"Kami tidak ada urusan denganmu anak baru. Aku bahkan tidak mengenalmu sama sekali!"
"Kalian memang tidak mengenalku. Tapi kalian tidak melupakan tentang sosok bernama Aditya Ello bukan?" tanyaku.
"Apa hubunganmu dengan si cupu itu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ello (END)
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah tentang keluarga saja tidak lebih. Othello Pranaja Zayan pemuda berwajah tegas, bersifat dingin, datar, minim ekspresi, benci pengkhianatan, baik sama orang yang disayang, dan tidak memandang bulu saat marah...