chapter 2

929 113 2
                                    

Datang dengan seribu kenangan didalamnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Datang dengan seribu kenangan didalamnya.

***

Jisoo menurunkan kacamata hitamnya. Membawa 2 buah bucket bunga besar. Membersihkan reruntuhan daun diatas makam kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu, aku datang,"

Wajahnya sendu dengan air mata yang memupuk dikedua matanya. Ia membuka handycame nya. Memutar beberapa video disana.
Ia menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Melihat rekaman sang Ayah, Ibu, Irene dan dirinya.
Saat itu usianya masih anak anak. Ayah dan Ibu nya sedang melempar lelucon, sementara ia dan Irene kecil yang sedang tertawa.

"Aku rindu kalian,"
Kini air mata yang sedari tadi dibendungnya, perlahan turun dengan deras membasahi pipi mulusnya.

"Bu, apakah kalian bangga dengan kami yang seperti monster pembunuh ini?"

Pikirannya seolah menerawang, mengingat kekejaman apa yang sudah dia dan Irene lakukan.
"Aku minta maaf Bu, maaf karena aku belum bisa menjadi anak yang baik,"

Isakan semakin terdengar lirih, dengan tubuh bergetar Jisoo menangis dalam pusara Orang tuanya.
Seakan menangisi nasibnya yang tak seberuntung orang lain.

Hidupnya sangat kelam, terlampau hitam pekat, dan sangat kotor hingga dia tak yakin tenggelam didasar laut pun bisa membersihkan dirinya.

****

Irene keluar dari sebuah toko bunga, begitu dia ingin melangkah keluar ia sangat terkejut karena sesosok pria tiba-tiba berdiri dihadapannya.

Kedua nya sontak kaget.

Sang pria tersenyum getir menatapnya. "Tidak kusangka aku bertemu dengamu, Joohyun-ah," lelaki itu tersenyum lembut, suaranya besar dan serak seakan menahan sesuatu yang mengganjal ditenggorokannya.

Senyum yang sangat Irene rindukan. Senyum yang dulu hanya ada untuknya. Ia rindu, sangat rindu.
Ingin rasanya memeluk tubuh jangkung pria itu, menangis dalam pelukannya, seraya membrondongnya dengan pertanyaan yang selama ini bersarang dibenaknya.

Tapi, entah kenapa tubuhnya kaku. Ia hanya mampu mengulas senyum tipis.

"Kau ada waktu, bisakah kita berbicara sebentar Joohyun?"

Hanya dia yang memanggilnya Joohyun. Ya, pria yang sudah lama mengisi relung hatinya saat duduk dibangku universitas.

"Ya kebetulan aku juga tidak sibuk."

"Apa sebaiknya kita duduk di Cafe itu? Kurasa akan lebih baik jika kita berbincang sedikit dengan meminum kopi hangat."

Irene mengikuti pria itu, mereka nampak canggung. Hanya beberapa menit pun akhirnya sampai di salah satu cafe yang tak jauh dari toko bunga tadi.

SO CLOSE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang