Hari sudah menjelang malam, sekitar pukul 21.00 wooyoung bersiap-siap untuk pulang setelah membersihkan semua bagian di tempat penitipan anak temptnya bekerja.
Baru saja tungkai nya hendak melangkah kearah kanan, matanya tak sengaja melihat siluet seorang anak yang tengah duduk di dekat gerbang bagian kanan.
"Junseok" panggil wooyoung pelan.
Anak yang merasa dirinya dipanggil itupun menoleh, sedikit melambaikan tangannya karena bibirnya tak mampu lagi untuk berbicara - anak itu kelelahan dan sepertinya mengantuk berat - bahaya jika hanya ditinggal seorang diri disini, terlebih penitipan anak ini sedikit jauh dari hiruk piruk kota.
Perlahan wooyoung berjalan menghampiri junseok lalu berjongkok dihadapan anak itu.
"Kenapa belum pulang? Papa kamu belum jemput?" Tanya wooyoung sembari tangannya menggenggam tangan kecil junseok.
Junseok menggeleng, sepertinya papanya itu tengah sibuk. Kebetulan junseok adalah salah satu anak yang berada dalam pengawasannya, jadi wooyoung sedikit tahu tentang dirinya dan juga sang papa yang memang terkenal sangat sibuk itu.
Dari yang wooyoung ketahui junseok memang diurus oleh single parent yang super duper sibuk, ia tak tahu kemana ibu dari anak ini, menurutnya itu cukup privasi untuk ditanyakan, terlebih ia hanya seorang pekerja disini.
Karena bukan sekali dua kali junseok terduduk sendirian disini, tak jarang pula wooyoung menemani anak ini sampai sang papa menjemput. Meskipun begitu wooyoung belum pernah bertatap muka secara langsung dengan papa dari anak ini.
Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam, junseok sudah tertidur dalam dekapannya kini, namun anak ini belum juga mendapat jemputan.
Wooyoung berniat membawa anak ini kerumah nya jika 30 menit lagi tak kunjung juga jemputan untuknya.
30 menit berlalu wooyoung berdiri lalu pergi dari tempatnya bekerja dengan junseok berada dalam gendongan nya.