Tepat pukul 8 malam mobil san sudah terparkir rapi diarea penitipan anak tersebut, ia tak mau terlambat. San harus bertemu wooyoung.
Dilihatnya junseok dan wooyoung yang berjalan kearahnya, senyum san mengembang, dengan segera ia membuka pintu mobil miliknya bermaksud mempersilakan wooyoung dan junseok masuk. Namun, wooyoung terlihat hanya mendudukan junseok di kursi depan lalu hendak berlalu keluar kembali, sebelum tubuhnya ditahan oleh san.
"Mau kemana? Masuk" tanpa menunggu jawaban wooyoung, san memerintahkan lelaki manis itu agar masuk kedalam mobilnya. Terlihat wooyoung yang sedikit menggelengkan kepalanya, san menghela nafas berat.
"Dingin woo, masuk dulu ya? Ada yang mau aku omongin sama kamu" kali ini intonasi san melembut tidak terdengar mengintimidasi seperti tadi.
Tak mau memperpanjang akhirnya wooyoung memutuskan untuk masuk kedalam mobil san. Wooyoung hanya diam tak berniat mengajak san berbicara, dirinya masih kesal dengan kejadian di rumah san beberapa hari lalu.
Hingga tak terasa kini keduanya telah sampai ditempat tujuan. Wooyoung berniat langsung berlalu keluar setelah mengamankan posisi junseok, namun san dengan sigap berlari keluar lalu menahan tangan wooyoung.
San menarik tangan wooyoung lalu mendekap tubuh yang lebih kecil darinya itu, wooyoung tak melakukan penolakan hanya saja ia tak membalas pelukan san.
"Dingin" ucap wooyoung.
"Iya, makannya aku peluk" san membalas sembari terkekeh melihat wajah masam yang wooyoung tunjukkan.
"Maaf, maafin orangtua aku. Mereka memang keras, tapi aku juga ga minta kamu memaklumi sifat mereka, makannya aku minta maaf atas nama orangtua aku. Aku juga minta maaf karena ga bantu kamu kemarin" untaian kata maaf yang san katakan terdengar tulus seketika hati wooyoung menghangat.
"Hm gapapa" jawab wooyoung pada akhirnya.
"Jangan gapapa gapapa, aku tau kamu kesel, marah sama aku" kini san tak lagi memeluk wooyoung, ia menggenggam kedua tangan wooyoung dengan tangannya berniat menyalurkan kehangatan.
"Ya terus aku harus gimana?" Tanya wooyoung.
"Nanti nanti kalo kamu kesel marah marah aja depan aku, jangan diemin aku" wooyoung terkekeh melihat ekspresi san yang sepertinya sangat enggan jika wooyoung mendiamkannya lagi seperti kemarin-kemarin.
"Pukul kamu boleh ga?" Tanya wooyoung sembari terkekeh.
"Boleh asal jangan di wajah aku, ini aset" ucap san menyombongkan wajah tampannya.
"Dih? Mau tebar pesona kamu di kantor?" Wooyoung berbicara sembari menunjuk ekspresi tak suka.
San terkekeh "engga sayang, gausah cemburu"
Wooyoung dengan segera mendorong tubuh kekar san, bermaksud mengakhiri obrolan mereka malam ini.
"Udah, pulang gih kasian junseok" titah wooyoung.
San tersenyum, mengecup sekilas bibir wooyoung lalu mengelus rambut lembutnya. "Hm, aku pulang dulu, kamu masuk, dingin" ucap san sembari mempersilakan wooyoung agar seger memasuki rumahnya.
San menghela nafas lega, wooyoung tak memutuskan dirinya karena sifat orangtuanya. Karena sebelum ini, san pernah mengenalkan pilihan nya kepada orangtua nya, tetapi ia memutuskan san setelah nya.
TBC
maaf ngilang lama 😔🙏