Setelah 3 hari lamanya, akhirnya beberapa pesan masuk di ponsel wooyoung yang tentu saja pelaku nya adalah san.
Namun tentu saja wooyoung tak membalas satupun pesan yang masuk, bahkan ia berniat untuk memblokir semua sosial media san, namun sepertinya cara itu terlalu kekanakan untuk usia wooyoung yang tak lagi muda.
Tak hanya itu, bahkan wooyoung selalu menghindari jam jam dimana san biasanya berkunjung.
Ia mengunci rumahnya, mematikan lampunya seolah rumah wooyoung sudah tak berpenghuni. Ia juga berangkat kerja sebelum matahari menampakkan dirinya dan pulang selarut mungkin, entah ia mampir ke club' terdekat ataupun ke restoran yang masih buka. Yang pasti ia menghindari pertemuan dengan san.
Wooyoung terus menerus melakukan hal yang sama selama satu minggu, hingga pada hari ini ia bertemu dengan lelaki itu, membawa kembali junseok ke tempat dimana ia bekerja.
Sedikit heran, namun wooyoung berusaha abai akan rasa penasaran. Bukannya junseok kini sudah ada yang mendampingi? Kenapa san kembali mengirimkan anak itu kesini?
Ingin bertanya, namun ia urungkan, mengingat dirinya yang berusaha mati-matian menghindari kedua orang yang ia sayangi namun ia sesali kehadirannya.
Tentu saja rasa kecewa masih mendominasi dalam diri wooyoung. Ia tak membenci junseok tentu saja, bagaimanapun anak itu tak tau apa-apa tentang masalah dirinya dengan san. Ia hanya membenci san, membenci cara lelaki itu dalam menghadapi perasaannya.
"Wooyoung"
Terlalu fokus bergelut dengan pikirannya sendiri hingga tak sadar orang yang berada dalam pikirannya kini tepat dihadapannya.
"Kenapa ga bales pesan sama telpon aku? Kamu juga akhir-akhir ini menghindar, aku ada salah?"
Wooyoung melotot mendengar perkataan yang terlontar dari mulut lelaki itu.
Cih yang benar saja. Bantinnya.
"Aku harus kerja, kita ngobrol nanti aja"
Begitu katanya, niatnya dalam pembicaraan kali ini, ia ingin memutuskan hubungan yang sebenarnya sangat disayangkan untuk diakhiri, namun apa daya kepercayaan sudah tak lagi ada antara keduanya.
Hingga malam tiba, dan benar saja choi san itu menunggu wooyoung tepat ketika wooyoung dan yunho hendak pulang dari pekerjaan yang lumayan melelahkan.
Terlihat lelaki itu tengah berdiri membelakangi wooyoung juga yunho yang kini berjalan kearahnya.
Ah sepertinya ia juga tengah menghubungi seseorang.
"Iya gi, yeosang balik lagi"
"......."
"Gatau gue bingung, dulu waktu gue ketemu wooyoung. Gue liat yeosang di diri dia"
Asik dengan seseorang yang entah siapa, hingga ia tak menyadari bahwa kini wooyoung dan yunho tengah berdiri dibelakang nya, mendengar semua untaian kata yang keluar dari mulutnya.
Yunho mengeraskan rahangnya, sudah ia duga. Berhubungan dengan seorang single parent akan berakhir menyakitkan, seperti kisahnya dahulu.
"Kenapa lu diem aja? Lu ga sakit hati?" Tanya yunho yang hanya dijawab senyuman oleh wooyoung.
"Kita bahas nanti aja ya? Gue ngantuk"
Yunho mendelik "udah gue bilang dari dulu, gue ga setuju lu jalin hubungan sama duda kaya dia, lu lupa gue dulu gimana?"
"Nanti lagi ya? Gue beneran capek, ngantuk, pengen tidur"
"Terserah" adalah kata terakhir yang yunho ucapkan sebelum dirinya berlalu meninggalkan wooyoung seorang diri disana.
Tepat setelah yunho pergi, san berbalik, menemukan eksistensi wooyoung yang daritadi tak ia sadari.
"Eh, udah dari kapan?" Ucapnya dengan wajah yang tak bersalah.
Wooyoung hanya menggelengkan kepalanya, membuat san mengernyitkan keningnya karena jawaban wooyoung yang tak sesuai pertanyaannya.
"Aku mau ngomong in soal aku yang menghilang kemarin, aku.."
Belum sempat san melanjutkan ucapannya, wooyoung sudah terlebih dahulu memotong ucapan san.
"Tau kok, waktu itu aku sempet liat kalian tidur bareng. Kamu ga perlu jelasin apa-apa aku udah ngerti, tugas ku udah selesai bukan?"
TBC
selamat malam 😴😴😴