"Tau kok, waktu itu aku sempet liat kalian tidur bareng. Kamu ga perlu jelasin apa-apa aku udah ngerti, tugas ku udah selesai bukan?"
San terdiam, bukan ini yang ia maksud.
Wooyoung tersenyum, seraya berlalu melewati san.
"Woo, aku--"
"Udah ya? Aku gapapa kok, anggap aja kita ga pernah saling kenal, ah jangan itu terlalu jahat, mungkin sekedar seorang pengasuh dan orangtua murid? Ya.. anggap aja gitu" adalah ucapan terakhir sebelum wooyoung benar-benar meninggalkan dirinya disana seorang diri.
Menatap punggung sempit wooyoung yang kian jauh dari pandangannya, ia salah mengambil langkah, harusnya ia diskusikan tentang rencananya bersama wooyoung.
___
"Gue salah, dia udah gamau lagi sama gue gi, gue harus gimana"
Mingi yang berada disampingnya merasa iba juga jengkel dengan kelakuan lelaki disampingnya.
"Gue udah bilang dari awal, harusnya lo kasih tau wooyoung tentang ini. Bukannya malah ngilang gitu anjing, sekarang udah gini aja lo mabok mabok nangis"
"Bisa gak sih gue lagi sedih jangan diomelin, kasih saran kek anjing, biar wooyoung mau dengerin gue"
"Gue jadi wooyoung ogah sih dengerin lo"
San frustasi, kembali meminum sebotol minuman beralkohol yang sudah ia habiskan setengahnya. Persetan jika besok pagi ia muntah-muntah dan tak bisa bekerja, ia butuh pelampiasan.
"Udah kek anjing minumnya, lo kalo mabok ngerepotin babi" mingi merebut botol ketiga yang hendak san teguk kembali.
"Terus gue harus apa gi?" Mata san kini sudah berkaca-kaca, dilihat dari sisi manapun lelaki itu terlihat sangat menyedihkan.
"Kasih wooyoung waktu, ceritain ke dia pelan-pelan, dan biarin dia milih akhirnya masih mau sama lo apa engga"
"Tapi gue maunya dia" rengek san, sudah mulai terpengaruh alkohol yang diminum nya. Kalau tidak mana mungkin ia merengek seperti tadi dihadapan mingi.
"Terserah lo, sekarang pulang dulu, anak lo noh urusin" dengan cepat mingi menarik san dari club yang sedaritadi mereka tempati.
___
Pagi hari ini langit tampak lebih gelap dari biasanya, ya seperti nya hujan akan mengguyur kota.
Wooyoung yang terlihat baru bangun kembali menarik selimutnya, udara dingin membuatnya malas melakukan apapun.
"Apa gue bolos aja ya hari ini" monolognya.
"Ah gabisa anjing, nanti yunho marah-marah" ucapnya seraya menyibak selimut yang daritadi membungkusnya, lalu bergegas kedalam kamar mandi, melakukan rutinitas pagi harinya.
Selesai dengan urusannya, dengan malas wooyoung memakan sarapannya. Sembari melamun, masih merasa kesal dengan kelakuan lelaki choi yang seenak jidat bermain dibelakang nya.
Ah tidak, bukannya disini terlihat seperti ia yang menjadi simpanan san?
Entahlah yang jelas ia sangat kesal.
Deringan ponsel yang sedari tadi tersimpan diatas meja membuyarkan lamunannya. Itu san. Namun wooyoung mengabaikannya, sama sekali tak niat mengangkat panggilan dari san, ia memutuskan untuk tak lagi berhubungan dengannya.
Telah siap dengan semuanya, wooyoung segera bergegas kearah pintu, mengambil payung yang memang tergantung didekatnya lalu berangkat ke tempat tujuan.
Memang terasa berbeda, mendapati halaman rumah nya yang kosong, tak ada lagi mobil yang terparkir menunggunya disana, tak ada lagi teriakan anak kecil yang menyuruhnya berbegas memasuki mobil.
Wooyoung tersenyum ketir, memang ia tak diizinkan merasakan kebahagian lebih panjang oleh semesta.
Salahnya juga, kepalang bahagia, terlena oleh kebahagiaan sesaat, hingga menutup telinga akan nasihat orang terdekatnya.
Ya, semua ini salahnya, tak seharusnya ia merasa paling tersakiti seperti ini.
TBC
hi? eheeh maaf lama lagi :( ayoo kita ngobrol-ngobrol 😄