25

1.1K 67 12
                                    

San
| Woo bisa kerumah sebentar?

Wooyoung menghembuskan nafasnya kasar, melihat notifikasi dari layar ponselnya yang menampilkan nama san disana. Sungguh wooyoung tak mengerti kenapa lelaki itu masih menghubungi nya ketika dia sudah bersama yang lain?

San
| Woo bisa kerumah sebentar?
| Aku gabisa nganterin junseok kesana, boleh kamu jemput dia kesini?

Oh ayolah haruskah wooyoung memblokir kontak choi san sialan ini? Karena jujur ini sangat menggangu.

Kendati begitu, wooyoung masih tak peduli, membiarkan pesan masuk dari san dan kembali melakukan kegiatan pagi harinya, ia tak mau karena san mood pagi nya hancur begitu saja.

San
| Woo bisa kerumah sebentar?
| Aku gabisa nganterin junseok kesana, boleh kamu jemput dia kesini?
| Maaf kalau kamu keganggu karena aku, aku janji ini kali terakhir aku minta bantuan kamu. Sehabis ini kalau kamu minta aku buat pergi dari hidup kamu, i'll do it woo. Tapi tolong, aku lagi sakit, junseok sendirian sekarang. yaa, woo?

Wooyoung terdiam membaca bubble terakhir yang san kirimkan, haruskah ia kerumah san lagi? Tapi bagaimana jika ia menemukan pemandangan itu lagi? Bagaimana kalau ia bertemu dengan sosok cantik milik san lagi?

Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya wooyoung memutuskan untuk menjemput junseok kerumahnya. Hanya menjemputkan? Tak perlu masuk kerumahnya atau bahkan bertatap mata dengan san? Paling ia hanya akan bertemu dengan sosok suami cantik san, tak apa.
___

Hingga akhirnya disini lah wooyoung, berdiri tegak dihadapan pintu besar milik Choi san. Ia tak mengetuk pintu itu, tak melakukan apapun, hanya berdiam diri memandang pintu tersebut dengan perasaan campur aduk. Haruskah ia ketuk pintunya?

Dengan ragu, tangan nya terangkat, mengetuk pintu coklat itu perlahan. Hingga tak lama dari ketukan pertamanya pintu itu terbuka, menampilkan sosok san dengan keadaan yang kacau. Kantung matanya terlihat sangat jelas disana, ditambah rambut lepek juga berantakan. Sangat jauh dari penampilan san yang biasanya terlihat cool dan berkelas.

Dengan perlahan san mempersilakan wooyoung memasuki rumahnya, namun dihadiahi gelengan kuat oleh wooyoung, membuat san mengerutkan keningnya heran.

"Saya cuman perlu jemput junseok kan? Seperti nya tak perlu masuk rumah anda" tutur wooyoung.

San terdiam, haruskah mereka menjadi seasing ini sekarang?

"Junseok lagi dikamarnya, kamu bisa tunggu dia didalam, maaf ngerepotin" lagi, san mempersilakan wooyoung masuk, namun dengan pertahanan wooyoung yang begitu kuat ditambah watak wooyoung yang memang keras lagi-lagi gelengan kuat yang san dapatkan.

"Woo" ah suara lirih itu, sudah lama sekali wooyoung tak mendengarnya.

"Kalo kamu mau nunggu disini fine, aku gaakan maksa" menyerah, san akhirnya mengalah, berjalan masuk kedalam dengan membiarkan pintu rumahnya terbuka lebar, karena eksistensi wooyoung.

San berjalan dengan memegang kepalanya, karena sungguh kepalanya pusing bukan main, ditambah ia harus berdiri lama karena harus membujuk wooyoung tadi, membuat kepalanya pusing dua kali lipat.

Wooyoung yang melihat san berjalan dengan susah payah sedikit iba, namun dirinya masih tetap setia, tak ada sedikitpun ada pergerakan darinya.

bruk!!

Hingga suara ambruk membuatnya terkejut, dan mendapati san yang tengah terduduk lesu tak jauh darinya.

Dengan tergesa wooyoung berlari kearah lelaki itu, membopong tubuhnya lalu mengantar san kedalam kamar miliknya.

"Makasih" ucap lirih san yang hanya dibalas anggukan wooyoung.

Setelah memastikan san tertidur dengan posisi yang nyaman wooyoung hendak berlalu, namun sebuah tangan kekar menghentikan pergerakannya.

"Woo, tolong kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya sama kamu" dengan mata yang tertutup rapat san mengucap.

Wooyoung menoleh, ia ingin tetap berjalan, namun ia berpikir apa salahnya membiarkan san menjelaskan semuanya agar ia bisa melepaskan lelaki ini dengan leluasa.

Tak ada jawaban pasti dari sang lawan bicara, hanya diam tak mengiyakan namun juga tak memberontak. Hingga san simpulkan jika wooyoung memang mau mendengarkan penjelasannya.

Perlahan san bangkit dari posisi tidurnya, menarik wooyoung untuk duduk disampingnya, dengan tangan yang senantiasa menggenggam tangan wooyoung.

"Sejauh mana kamu tau tentang aku sama yeosang?" San membuka obrolan mereka dengan sebuah pertanyaan. Wooyoung terdiam, dalam hati bergumam 'nama yang cantik sesuai dengan parasnya yang indah'.

"Oke kamu ga perlu jawab, biar aku yang ngomong. Dan tolong jangan nyela atau bahkan pergi sebelum aku selesai" wooyoung mengangguk perlahan.

"Aku pernah bilang sama kamu, kalau aku sama yeosang pisah secara terpaksa dan seperti yang kamu tau, tak ada surat atau pernyataan apapun yang menyatakan kalau aku sama dia udah cerai kan?" Lagi-lagi wooyoung mengangguk.

"Dan kemarin secara ga sengaja kami ketemu lagi, kalo kamu nanya aku senang atau engga jawabannya iya, aku seneng ketemu dia lagi setelah sekitar 5 tahun kita dipisahkan secara terpaksa" kali ini wooyoung tak mengangguk ataupun terdiam, sorot matanya gusar. Rasanya ia tak ingin mendengarkan kelanjutan dari cerita san saat ini, hatinya belum siap untuk menerima fakta ataupun ucapan perpisahan untuk dirinya.

Namun san berhasil menahan wooyoung, "aku bilang jangan pergi dulu sebelum aku selesai wooyoung" tegas san, sorot mata sayu nya tak terlepas dari paras manis dihadapannya kini.

"Aku seneng karena aku bisa ngenalin sama junseok sosok yang memang harus ia kenal, hanya karena itu" san menghela nafasnya sebentar, "setelah itu kita banyak berbicara tentang kita, apa yang terjadi antara masing-masing dari kita selama 5 tahun kebelakang, dan aku juga nyeritain kamu sama dia" perlahan tatapan mata wooyoung naik, menatap san sebentar, memastikan bahwa lelaki itu tak sedang bergurau ataupun berbohong.

"Kita bersama selama beberapa hari, buat menyelesaikan berkas perpisahan kita dipengadilan. Kita mau selesai secara baik-baik. Dan kamu harus inget satu hal, dari awal aku ga pernah jadiin kamu pelarian atau bahkan pilihan" elusan lembut wooyoung terima pada pipinya.

"Aku mau sama kamu, dan berdamai sama masa lalu aku. Aku emang salah, dari awal ga pernah nyeritain semua rencana aku sama kamu, aku minta maaf"

"Beberapa hari lalu, dia pulang lagi ketempatnya selama ini, dia juga udah punya pasangan disana wooyoung. Dan untuk aku yang tidur sama dia, itu cuman permintaan junseok. Sebelum dia benar-benar berpisah dengan yeosang."

San tersenyum, tak lupa tangannya yang masih mengelus pipi lembut wooyoung, "sekarang urusan kamu yang masih mau sama aku atau engga terserah kamu, meskipun aku bakal sedih kalau kamu pilih udahan tapi gapapa, asal aku udah jelasin semuanya sama kamu"

Perlahan isakan tangis terdengar, wooyoung menangis. Entah karena apa. San yang melihatnya hanya menampilkan senyum indah miliknya, lalu menarik wooyoung kedalam pelukannya.

"Jangan nangis, aku minta maaf" rasa panas wooyoung rasakan dari tubuh san, namun tak membuat wooyoung menghentikan tangisannya.

"Udah dulu ya pelukannya, aku pusing mau baringan aja gapapa?" San melepaskan pelukannya lalu kembali berbaring dengan nyaman. Pandangan nya tak lepas dari wooyoung. Pemuda itu, dengan mata yang masih bercucuran air mata dan hidung yang memerah terlihat sangat lucu dimata san.

"Jadi gimana, mau udahan aja?"

TBC

udahan aja weh yah biar cepet?

meet again? // sanwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang