33

1 0 0
                                    

"Ironis ga sih? Orang yang uda kamu sayang setengah mampus berdiri ga jauh di sana, tapi kamu tau buat melangkah sejengkal lebih dekat ke arahnya aja kamu ga bisa."

"Yaelah tinggal jalan doang ke sana." Celetuk Adit nyantai.

Aku menarik nafas, "Bahkan kalau aku ke sana buat nyapa dia, kamu pasti tau apa yang aku maksud." Lalu aku menepuk bahunya, "Dit, aku tau kamu bego di kepala. Tapi aku percaya kamu ga bego di hati." Setelah berkata demikian akupun berjalan menjauhi Adit untuk masuk kelas, meninggalkannya dengan tampang dongonya yang aku tau biarpun begitu dia pasti mengerti.

Kini aku melewatinya, meskipun jauh aku bisa merasakan tatapannya menusukku dari samping hingga kebelakang. Selama momen itu mendadak sesuatu menggerogoti dadaku, dan entah bagaimana aku tau perasaan itu bukan berasal dariku.

Aku yakin semua bisa berlalu seperti saat ini, aku kuat berjalan melewatinya. Dan dia wanita terkuat kedua setelah ibuku. Sebentar lagi kami akan lulus dan aku bisa tidak akan pernah melihatnya lagi untuk mengumpulkan puing-puing hatiku yang berceceran saat ini. Namun tetap saja harus ku akui, sesuatu seperti ini tidak mudah.

Sesampai di pintu masuk kelas terlintas dalam benakku kalimat 'setelah kehilangan akan ada kehampaan' menyadarkanku perasaan apa yang menggerogotiku tadi dan darimana asalnya.

Akupun melangkah masuk ke dalam kelas, dan bahkankipas kelas yang mati terasa dingin saat itu...

Seribu KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang