Kamu tau?
Rasanya seperti baru kemarin saja aku melihatmu, dan bukannya sudah sangat lama.
Seperti baru kemarin aku melihatmu duduk di sana, di antara ratusan anak lain.
Tatapan yang langsung fokus tertuju padamu seakan-akan mata ini adalah sebuah lensa kamera dan bukannya mata biasa.
Aku masih saja bertanya, apakah benar takdir yang menuntunku untuk pertama kali melihatmu di sana?
Maksudku, bagaimana jadinya jika yang kulihat waktu itu adalah orang lain?
Kenapa itu harus kamu? Apakah akan sama kelak jika bukan kamu?
Mungkin iya. Mungkin juga tidak. Tapi toh takdir tetap menuntunku untuk menemukanmu di sana.
Lalu semua terjadi begitu saja, dan dengan kecepatan yang sangat tidak kuduga hingga tidak membiarkanku untuk bersiap.
Tiba-tiba saja kamu sudah berada di tempat yang sama denganku, dan bahkan lebih dekat dari yang kuduga.
Sungguh, kalau di ingat lagi. Aku sangat berharap saat ini aku tidak percaya dengan takdir.
Karena bagiku dia benar-benar punya selera humor yang buruk mengingat dia bisa dengan cepat menanggapi keinginan seseorang yang jelas-jelas Cuma terlintas sejenak di kepala dengan sesuatu seserius itu.
Seserius menaruhmu tepat dalam lingkup kehidupan sehari-hariku.