38

2 0 0
                                    

Bagiku, Tuhan itu seperti penulis. Dia yang menulis cerita kita, juga semua kehidupan yang ada saat ini. Sebab aku percaya semuanya pasti punya ceritanya sendiri, bahkan bagi benda mati.

Saat mempertemukan cerita atau garis hidup seseorang dengan seseorang yang lain, Tuhan bisa bercerita dari kedua sisi, dia bisa melihat dari dua sudut pandang atau bahkan lebih saat satu atau lebih garis hidup orang bersinggungan. Dia melihat semua sudut pandang yang ada di dunia ini.

Dia tidak seperti penulis biasa, manusia biasa, yang kalau menceritakan suatu hal atau mahluk hidup hanya bisa dari satu pandang saja. Tuhan bercerita dengan dua atau lebih sudut pandang sekaligus. Dia bercerita lewat kesadaran kita sendiri. Tuhan hadir di sana. Dia tau perasaan, keadaan, dan dampak yang ada dari sudut pandang kita sendiri.

Tapi dia hanya mengawasi saja, dia hanya menentukan akan bagaimana. Kemudian kitalah yang bertindak, kita dapat bertindak dengan bebas tentu saja. Dan yang coba aku katakan dan tekankan di sini adalah, Tuhan tidak mengontrol pikiran kita. Kita ada karena kita yang berpikir, Cogito Ergo Sum, dan itu bukan Tuhan yang berpikir. Setidaknya itu yang aku percaya. Tuhan bercerita lewat sudut pandang kita semua, dan menentukan apa yang akan terjadi pada kita. Tapi tindakan apa yang akan kita ambil, Tuhan memberikan kebebasan pada kita. Pada kesadaran kita.

Meskipun ada sedihnya saat cerita kita bersinggungan dengan cerita orang lain, bisa jadi kita di cerita orang lain itu cuma sekedar lewat. Bukan pemeran utama yang menjadi bagian cerita utama dari cerita orang lain tersebut. Mungkin kita hanya menjadi pemeran sampingan, mungkin peranan kita kalah dalam cerita orang tersebut saat cerita kita bersinggungan. Dan membuat kita bertindak buruk atau mengalami hal buruk.

Tapi karena kesadaran dan hidup itu juga menurutku adalah anugerah, Tuhan juga memberikan sedikit anugerahnya pada kita agar bisa mengontrol kita. Dia hadir lewat hati nurani.

Jadi itu sebabnya takdir tidak selamanya benar. Takdir itu seperti cekpoin bagi Tuhan untuk memeriksa kita. Kalau kita sampai pada cekpoin itu, maka tindakan atau langkah apa yang berikutnya akan kita lakukan.

Mungkin itu yang menentukan seseorang itu baik atau buruk. Karena jika kita bisa mengambil langkah atau tindakan yang benar setelah sampai pada cekpoin takdir kita sendiri, maka takdir kita mungkin akan berubah juga.

Tentu saja. Bagiku, aku masih percaya bahwa takdir itu bisa diubah. Karena Tuhan menulis cerita kita dengan cara yang sedikit berbeda dari penulis biasa. Dia tidak berperan seluruhnya dalam kehidupan kita. Sebab dia ingin tau apakah kita manusia yang baik atau buruk. Makanya dia memberi kita kesadaran untuk bertindak sendiri, dan mempengaruhi kita lewat hati nurani.

Tuhan adalah penulis yang sempurna, karena semua ceritanya hidup.

Tapi apakah dengan begitu dia juga mengatur semua kejahatan dan keburukan yang ada pada dunia?

Aku percaya itu semua kembali pada manusia sendiriyang punya kesadaran sendiri. Karena manusia hanyalah mahluk biasa dan lemahyang dibiarkan memiliki kesadaran, tentu saja dia bisa mendatangkan kejahatandan keburukan pada manusia.

Seribu KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang