E N A M

0 0 0
                                    

"Bagaimana dengan jas hitam elegan?"

"Aku ingin pergi ke acara reuni, Olivia. Bukan ke acara pernikahan. Bagaimana dengan kemeja lengan pendek dan celana khaki. Dan balutan jaket coklat tua. Apa aku kelihatan lebih muda dari umurku yang sebenarnya?"

Aku tertawa. Harry lebih muda dari usia yang sebenarnya. Wajahnya...ya, kuakui lumayan tampan. Rambutnya coklat muda. Tubuhnya tinggi, dengan wajah yang ditumbuhi jambang-jambang halus. Dulu Harry punya pacar bernama Ellie. Ellie gadis manis dengan kulit coklat. Rambutnya keriting. Mereka putus karena ia tidak suka pekerjaan Harry. Harry terlalu sibuk, tidak punya waktu untuknya.

Waktu menunjukkan pukul enam. "Saatnya bersiap" kata Harry sambil berjalan menuju kamar mandi.

"Ayo" teriaknya.

"Kemana?"

"Ikutlah bersamaku malam ini."

"Kau bercanda" aku menyibak rambutku yang panjang.

"Aku serius" Harry muncul dari balik dinding penghalang area dapur dan kamar mandi. "Jika kau sendiri, bayangan itu muncul terus, kan? Setiap saat, setiap waktu dan setiap detik. Mari kita kalahkan dia. Kita lawan bayangannya. Kita berpesta dengan wine atau finnes?"

"Baiklah. Tapi aku akan memakai apa?"

"Kau punya gaun berwarna kuning yang pernah kau pakai sewaktu menghadiri ulang tahun Karen. Kau mengatakan padaku, gaun itu adalah gaun kesukaanmu"

"Kau selalu ingat apapun yang kusukai"

"Tentu saja. Kita,kan sahabat"

Aku tersenyum. Sedangkan Harry bersiul-siul sambil membalikkan badan dengan handuk yang disampirkan di pundaknya. "Mari kita bersenang-senang" teriaknya sekencang mungkin.

Selesai berdandan seadanya, kami pergi dengan mobil sewaan Harry dari teman tetangga apartemennya. Mobil melaju kencang, menerbangkan rambutku yang tergerai. Harry tampak menikmati suasana malam di kota kelahirannya. Mobil kami berhenti di depan hotel Marini, Harry memarkirkan mobil di antara puluhan mobil mahal yang tidak kalah keren dari mobil yang kami sewa.

Kami berjalan menuju lobi,masuk ke lantai pertama. Memberikan kartu undangan pada resepsionis. Kami diarahkan menuju lantai dua. Saat lift terbuka, puluhan balon berwarna-warni, ratusan manusia berbincang, tertawa, menari bersama teman-teman mereka. Harry menarik tanganku masuk. Kami berjalan diantara gadis-gadis yang modis dan cantik. Tentunya tidak seberapa cantik denganku yang hanya memakai sepatu boots hitam dengan gaun berwarna kuning keemasan. Rambut yang tergerai asal dan make up tipis.

"Apa kabar Harry? Manusia paling sibuk sedunia. Selalu menolak untuk datang ke acara reuni." Fraklyn. Si psikiater menyambutnya. Ikut tersenyum ketika melihatku.

"Apa kabar, Olivia?"

"Aku baik"

"Dimana Austin?"

"Dalam perjalanan"

"Maaf teman-teman. Aku harus mengurusi mobilku yang mogok ditengah jalan"seseorang bernama Austin datang dengan rambut berantakan. Peluh yang mengucur di kening. Kancing kemeja putih yang tidak beraturan. Dan nafas tersengal-sengal. "sial sekali. Ada wanita membawa koper sambil menangis di pinggir jalan yang sepi. Aku pikir dia hantu atau sejenisnya. Aku sempat bertanya dia mau pergi kemana, tapi dia malah semakin menangis. Jadi aku membawanya ke hotel terdekat. Memesankan satu kamar untuknya. Sebelum akhirnya kembali. Dan mobilku malah mogok di tengah jalan" Austin mengusap dahinya yang berkeringat. "Resepsionis hampir menutup pintunya. Karena aku meninggalkan kartu undangan"

"Dasar manusia payah"

"Wow...si gadis pingsan. Kau disini juga?"

Buk...
Buk...

AUSTIN (Sean)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang