D U A B E L A S

0 0 0
                                    

Mereka semua pergi. Meninggalkan aku bersama Ed. Dia mengusap rambutnya hingga berantakan. Memegang kedua lenganku, menatapku lembut. "Olivia..." Mengusap daguku. Menghapus air mata yang masih bercucuran deras.

"Kau bisa tetap tinggal disini. Mereka hanya khawatir, suatu saat kau membocorkan rahasia kami. Menjadi pengkhianat atau semacamnya. Tapi aku yakin, sangat yakin, kau adalah gadis baik-baik yang tidak tahu apa-apa. Kau hanya gadis polos yang sama seperti kami. Jangan terlalu ambil hati dengan ucapan mereka. Lakukan sesuatu yang bisa membuatmu berguna. Agar mereka tidak meremehkan mu"

"Bagaimana caranya?" Aku sesenggukan. Menghapus cairan bening yang hampir meler.

"Ikut kami mencuri"

Malam itu adalah malam menegangkan bagiku. Kami berkemas-kemas seperti pencuri profesional. Jaden memasang sarung tangan hitam,menutup kepala, dan memakai kacamata. Jonas memasang baju besi ringan dan sepatu kulit yang tebal. Ed membalut tangannya dengan kain, memakai jaket hitam sedangkan Sean membungkus tubuhnya dengan jaket kulit. Lukanya belum sepenuhnya sembuh, tapi ia tampak biasa saja. Tidak kesakitan seperti semalam. Ia mengantongi pistol berwarna hitam yang tidak kuketahui jenisnya.

"Pakai ini" Ed memberiku hoodie berwarna hitam bertuliskan smart. Lalu sepatu boot kulit yang besar. Aku sempat kesulitan berjalan karena boots itu terlalu besar. Tapi segera kusumpal dengan kain.

Jaden berboncengan dengan Jonas. Sedangkan aku diapit oleh Sean yang mengemudi dan Ed dibelakang.

"Kemana kita akan pergi?" Tanyaku berbisik saat motor melaju kencang dijalan lurus. Menembus angin malam disertai pekikan hewan malam yang saling menjerit-jerit.

"Ke rumah pengacara paling kaya dan tersohor di kota Bjark" balas Ed. " Conan Matthew"

Conan Matthew?

Aku sering melihatnya di televisi. Dia adalah pengacara top yang punya mansion mewah di pusat kota Bjark. Selain itu, dia juga sering menangani kasus-kasus berat seperti pembunuhan berencana oleh keluarga Rocke dan pengalihan dana triliunan rupiah oleh menteri sosial. Dia bukan pengacara sembarang pengacara. Aku menelan ludah. Kurasa sekarang kami sedang cari mati.

Tiba di tembok raksasa yang menjulang tinggi, mereka menepikan motor. Jonas dengan lihai naik ke punggung Jaden, memasang teropong, angin kencang yang berhembus menerbangkan rambut ikalnya.

"Ada beberapa bodyguard di pintu belakang. Mereka sedang membakar sesuatu. Ada api unggun" ucapnya setengah berteriak. 

"Ayo kita kedepan. Dibagian sana kemungkinan tidak ada siapa-siapa" Perintah Sean. Deru motor bertabrakan di udara. Kami berhenti di tembok paling ujung. Sisanya jalanan sempit dan berlumpur tampak lengang. Ada satu dua cahaya yang terlihat samar-samar dikejauhan. Lagi-lagi Jonas naik ke punggung Ed.

" Ada dua bodyguard yang sedang duduk sambil minum alkohol."

" Sepertinya menyenangkan bergabung bersama mereka" pekik Ed.

"Olivia" suara itu berat dan dingin. Aku menoleh pada Sean. Matanya tajam. "Kau punya tugas. Saat Ed dan Jonas membawa motor ke masing-masing sudut pembatas, teriak minta tolong. Katakan bahwa kau tersesat dan tidak tahu jalan pulang. Aku bersama Jaden akan mencari celah untuk masuk melalui pintu belakang. Saat barangnya dapat, kami akan keluar melalui sudut, menemui Ed atau Jonas. Kau akan dijemput Ed jika misi selesai."

"Bagaimana kalau kalian keluar cukup lama? Apa yang akan kukatakan pada mereka?"

"Pakai otakmu" Sean menunjuk keningku dengan jari telunjuknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AUSTIN (Sean)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang