Langit gelap telah berganti. Sinar surya yang mulai menampakkan dirinya tanda hari telah berganti. Sebuah malam yang begitu panjang bagi seorang pemuda, Jung Jaehyun yang dibuat tak sadarkan diri oleh kedua adiknya Jeno dan Jaemin.
Mata indah itu, perlahan mulai terbuka dan dapat dilihatnya wajah tidur sang adik yang begitu lelap. Jari jemari terulur untuk menyentuh wajah rupawan sang adik. Mengagumi ketampanan yang dimilikinya, hati kecil itu terasa diiris menjadi benerapa bagian karena telah gagal menjalankan perannya sebagai kakak yang baik.
Tak mampu menyadarkan perbuatan tercela yang dimiliki oleh dua adik kembarnya. Air mata mulai mengalir meratapi kegagalannya, dan rasa penyesalan juga bersalah terhadap orang tuanyapun mulai timbul.
Suara tangis yang ia tahan agar tak membangunkan sang adik tak mampu lagi dibendungnya. Membuat Jaemin yang berada dihadapannya mulai terusik dan perlahan membuka kelopak matanya.
"Kak Jaehyun" panggil sang adik pada kakaknya dengan suara khas bangun tidur. Segera Jaehyun mengusap dan menghapus jejak air matanya.
"Maaf mengganggu tidurmu"
Tangan sang adik terulur untuk membantu kakak tercintanya menyerka air mata "kenapa kau menangis, hm?"
"Tidak, tidak apa apa. Hanya ada debu yang masuk ke mataku" bohong Jaehyun.
Jaemin mulai mendekatkan wajahnya, ingin melihat jelas wajah cantik yang dimiliki sang kakak. Kedua tangan Jaemin menurunkan tangan Jaehyun yang menutupi wajahnya.
"Jangan berbohong, katakan yang sejujurnya"
Ucapan sang adik yang memaksanya untuk jujur kembali membuat air mata Jaehyun mengalir, bahkan alirannya lebih deras ketimbang tadi. Suara tangis yang semakin kencang, membuat adik yang satunya jadi terusik.
Pelukan erat dari belakang semakin ia eratkan, wajahnya semakin ia tenggelamkan dileher Jaehyun bagian belakang. Menghirum aroma khas sang kakak. Salah satu tangan Jeno, terulur mengusap surai lembut Jaehyun dengan matanya yang masih terpejam. Berusaha untuk menenangkan sang kakak.
"Tenanglah, apa yang membuatmu menangis?" Giliran Jeno yang bertanya menggunakan suara seraknya.
"A-aku hiks.... Maafkan aku..."
"Kenapa kau meminta maaf?"-Jaemin
"Karena hiks... Aku telah hiks... Gagal menjadi kakak kalian" suara tangis Jaehyun semakin kencang dan terus menyebutkan kata maaf untuk si kembar.
Wajah tangis yang terlihat lucu bagi Jaemin, tak dapat lagi ia menahan kegemasan dari sang kakak. Jaemin mencubit dua pipi chubby tempat dimple jika kakaknya tersenyum.
"Ini bukan kesalahanmu, ini salah takdir karena membuatmu terlahir menjadi kakak kami" Jaemin mencoba untuk menghibur Jaehyun, dan suara tangis Jaehyun tak lagi terdengar.
"Jaemin benar, ini bukan salahmu. Jangan pernah lagi menyalahkan dirimu atau kau ku hukum"
Hukum. Mendengar kata hukum membuat tubuh Jaehyun bergidik ngeri, ia jadi teringat akan hukumanbyang menimpa dirinya beberapa hari lalu. Masih ia rasakan sakit yang luar biasa ditubuhnya, juga getaran yang membuatnya mabuk kepayang. Tak ingin lagi Jaehyun merasakan itu semua.
"Tidak, aku tidak mau dihukum"
"Ya sudah, kalau begitu berhenti menangis, oke" Kepala Jaehyun mengangguk membuat surainya ikut tergerak. Pagi hari yang lumayan menangkan, ingin bagi mereka bertiga kembali tertidur tapi, mengingat hari ini si kembar harus pergi sekolah, sedang Jaehyun harus bersiap untuk kuliah.
Si kembar sama sama meregangkan tubuhhya, agar otot yang kaku karena tidur kembali lentur dan rileks. Jeno dan Jaemin bangkit dari kasur Jaehyun membiarkan kakaknya lebih lama terbaring dikasurnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/312239460-288-k34132.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung
Hayran Kurgu"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"