Udara pagi terasa begitu dingin, aku terbangun dan ku dapati mas Rasen masih terlelap dalam tidurnya dengan masih memelukku dari belakang. Sedikit ku longgarkan pelukannya lalu aku sedikit bergeser untuk mengambil hp yang berada di atas meja dekat tempat tidur. Ku buka hp dan melihat jam masih menunjuk angka 05.42 pagi, kemudian ku taruh hp ke atas meja dan kembali merapatkan badanku ke pelukan mas Rasen untuk menghilangkan rasa dingin. Bagian belakang punggungku beradu dengan dada dan perut mas Rasen, kakiku beradu dengan kakinya dan pantatku beradu dengan kontolnya. Saat itu aku berniat untuk tidur lagi, tapi kontol mas Rasen yang sudah tegang dari tadi awal aku bangun sedikit menggelitik di sela-sela belahan pantatku. Hal itu membuat kontolku yang tadinya "tertidur" mulai bangun perlahan hingga mencapai kondisi maksimal.
Tanpa pikir panjang, aku langsung meraih botol lotion yang berada di atas meja. Ku tuang lotion itu ke tanganku, ku oles ke lubang pantatku dan sisanya ku oles ke kontol mas Rasen. Setelah itu aku kembali lagi ke dalam pelukannya sambil menempatkan kontolnya tepat di depan lubang pantatku. Di dalam pelukannya, perlahan ku dorong pantatku menekan kontolnya agar masuk ke dalam lubang pantatku. Hingga pada akhirnya kontol itu amblas sepenuhnya ke dalam lubangku dan ku biarkan lubangku beradaptasi dengan benda tumpul itu beberapa saat. Setelah ku rasa lubangku udah beradaptasi dengan benda itu, kembali ku eratkan pelukan mas Rasen di perutku. Aku menunggu beberapa saat namun mas Rasen gak bereaksi sedikitpun, yah mungkin dia kecapekan setelah permainan semalam.
Di sisi lain aku udah gak bisa menahan "keinginanku" itu, hingga aku memutuskan untuk coli aja karena gak enak kalau membangunkan mas Rasen hanya untuk memuaskanku. Dengan posisi kontol mas Rasen masih berada di dalam lubangku, ku kocok kontolku perlahan. Sesekali ku goyangkan pantatku untuk mendapatkan rasa nikmat dari benda tumpul yang berada di dalam lubangku itu. Karena terbawa suasana, tanpa sadar goyangan pantatku pun semakin cepat dan itu membuat mas Rasen terbangun.
"Dek...", ucapnya sambil menahan pinggulku agar gak gerak lagi.
"Kalau kamu pingin, ngomong aja. Kapan pun kamu pingin, pasti mas kasih asal kamu ngomong ke mas", tambahnya sambil memelukku erat dan membenamkan dalam-dalam kontolnya ke lubangku.
"Maaf mas, kelihatannya mas capek jadi aku gak enak banguninnya", timpalku sambil meraih tangannya yang melingkar di perutku.
"Mau kapan pun dan dimana pun kalau kamu pingin tinggal ngomong ke mas, pasti mas kasih, gk bakal mas nolak", bisiknya sambil mencium tengkukku.
"Iya mas, maaf...", balasku sambil meraih tangannya lalu menciumnya.
Kemudian mas Rasen mengeluarkan batang kejantanannya dan bangun dari tempatnya. Setelah itu dia memposisikan tubuhku terlentang dan dia beralih di sela-sela selangkanganku.
"Mau main cepet apa lama dek?", goda mas Rasen sambil mengarahkan kontolnya lalu mendorongnya memasuki lubang kenikmatanku.
"Terserah mas aja", balasku sambil mendorong pantatnya agar kontolnya masuk lebih dalam di lubang kenikmatanku.
Tanpa aba-aba, begitu batang kejantanannya masuk sepenuhnya di lubang kenikmatanku, mas Rasen langsung memompanya dengan pelan tapi dengan irama yang stabil. Sesekali dia benamkan batang kejantanannya dalam-dalam lalu dia cabut dan kemudian dia masukkan lagi. Begitu terus berulang beberapa kali dan kemudian dia memasukkan lagi batang kejantanannya lalu memompanya agak lebih cepat.
"Aaahhh... Emmmhhh... Aaahhh... Aaahhh...", aku hanya bisa mendesah keenakan menikmati perlakuan kontol mas Rasen terhadap lubang kenikmatanku itu. Aku hanya bisa memejamkan mata merasakan kenikmatan itu sambil mengocok kontolku dan sesekali memainkan puting milik mas Rasen.
Beberapa menit berlalu dengan posisi dan gerakan yang sama, kemudian mas Rasen mencabut batang kejantanannya lalu menuntun tanganku agar aku bangun. Setelah itu mas Rasen duduk di tepi kasur dan menuntunku untuk duduk di atas pangkuannya.
Tanpa di perintah, aku masukkan lagi kontol mas Rasen ke dalam lubangku lalu melingkarkan tanganku ke leher mas Rasen. Setelah itu aku langsung menggerakkan pantatku naik-turun memainkan kontolnya. Dalam posisi itu, kami saling berciuman, beradu lidah dan sesekali mas Rasen menggigit bibirku pelan.
Beberapa menit dengan posisi itu, kemudian mas Rasen mengangkat pahaku lalu berdiri menggendongku. Di pompanya lubangku dengan posisi seperti itu membuatku merasa sangat nikmat karena dalam posisi seperti itu membuat kontol mas Rasen bisa masuk sangat dalam dan lebih terasa saat menyentuh bagian terdalam di lubang kenikmatanku.
"Plok plok plok plok plok", terdengar suara khas itu saat mas Rasen mempercepat genjotannya. Aku hanya bisa menikmati perlakuannya itu hingga aku merasakan dorongan dari dalam tubuhku saat kontol mas Rasen berkali-kali menyentuh bagian terdalam dari lubangku itu.
"Mas, aku mau pipis dulu", bisikku di telinga mas Rasen.
"Mau pipis apa udah mau keluar dek?", godanya dengan masih memompa lubangku.
"Beneran kebelet pipis mas, habisnya mas nyodoknya di mentokin terus dari tadi", protesku.
"Tapi kamu suka kan dek?", godanya lagi sambil mengeluarkan kontolnya lalu menurunkanku.
Tanpa membalas ucapan mas Rasen, aku langsung lari ke kamar mandi karena sudah gak tahan mau pipis. Sesampai di kamar mandi, tanpa babibu aku langsung aja mengeluarkan yang mendorong untuk di keluarkan dari kontolku walau pun dengan kondisi kontolku masih ngaceng dan karena buru-buru aku juga tidak menutup pintu kamar mandi.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Dieng Love Story (End)
RomanceMenceritakan tentang kisah liburan pertamaku bersama mas Rasen di Dieng, Jawa Tengah.