9

47 27 0
                                    

"Joanna."

"Ya, Ma?" Joan berjalan mendekati Mamanya yang duduk di sofa ruang tamu.

Mamanya mengalihkan pandangannya dari ponsel lalu menatap putrinya. "Kamu abis pulang sekolah jangan kemana-mana, ya. Langsung pulang, banyak penculik sekarang."

Joan terkekeh lalu mengambil tempat duduk di samping Mamanya itu.

"Ya ampun, Ma. Joan udah gede kali, bisa jaga diri kok."

"Ini anak kalo dikasih tau, ya. Kalo penculiknya cabul, gimana? Pokoknya kamu langsung pulang." Mamanya memperingatkan.

Joan bergedik ngeri saat mendengar kata 'cabul'. Gadis itu mengangguk dan meminta izin untuk berangkat ke sekolah.

Hari ini Joan berangkat menggunakan ojek online. Gadis itu malas jika harus berdesak-desakan di bus. Jadilah ia memesan ojek online saja.

Sesampainya di sekolah, Joan sudah disuguhkan oleh pemandangan yang membuatnya merinding.

Seorang murid ditarik paksa oleh dua orang berjubah hitam. Joan menggosok-gosok matanya, memastikan bahwa dirinya tak salah lihat.

"Ini mimpi ato gue punya sifat indihome sekarang?" Joan bergedik ngeri.

"Kalo lo mimpi, berarti gue mampir ke mimpi lo."

Raden muncul di sebelah Joan dan menatap dua sosok berjubah hitam tersebut. Joan menatapnya sejenak lalu kembali menatap dua sosok itu. Mereka sudah tak terlihat dari pandangannya.

"Serem juga. Kira-kira bakal di apain tuh cowok?" tanya Cakra.

Raden dan Joan menoleh secara bersamaan. Joan menggeleng tak tahu dan Raden berpura-pura berpikir.

"Diasingkan? Nggak tau deh. Bukan urusan gue." Raden menaikkan bahunya.

Cakra kini menatap Joan, membuat gadis itu terintimidasi. "Apa? Lo kira gue tau?" Joan menyolot kemudian berlalu pergi.

Dua sosok tersebut tentu ada kaitannya dengan Relationship Club. Identitas mereka tak diketahui, bahkan anggota Relationship Club juga tak mengetahui siapa saja anggota mereka.

Mengapa tak ada yang menolong laki-laki yang diseret paksa oleh dua sosok? Karena murid lain takut. Hanya dengan mengenakan jubah dan topeng berwarna hitam, cukup untuk membuat takut para murid.

❣❣❣

Joan berjalan melewati lorong sekolah yang ramai membuat Joan merasa tidak nyaman.

Beberapa adik kelasnya bersiul sambil menatapnya dari atas lalu ke bawah. Joan  menatap tajam pada mereka tetapi itu tak membuat mereka takut.

Joan hanya mempercepat langkahnya hingga tak sadar kini ia telah berlari menjauhi keramaian.

Hari ini Joan harus mencari bahan materi dari perpustakaan. Jadilah ia harus menuju ke perpustakaan sendirian.

Yuri dan Raden sudah ada di perpustakaan saat ini. Joan menatap kedua temannya itu dan menghela napas lega.

"Kalian kenapa nggak nungguin gue sih?" protes Joan.

Raden menoleh sambil memegang satu buku di tangan. "Lo lama, say."

Yuri mengangguk setuju. "Lagian emang kenapa sih kalo sendirian, Jo? Nggak ada penculik kok di sekolah," ucap Yuri.

Joan cemberut menanggapinya. Gadis itu masih takut dengan adik kelas yang menatapnya dengan cabul.

Gadis itu sering mendapat perlakuan seperti itu berkali-kali. Tetapi kali ini sedikit berbeda, adik kelasnya itu menatapnya seolah-olah Joan adalah santapan makan malamnya.

The RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang