15

37 24 0
                                    

"Pemenangnya adalah...... SEBELAS A."

Penghuni kelas 11 A sontak berteriak dan menjadi heboh. Mereka tak percaya akhirnya mereka bisa memenangkan lomba.

Untuk merayakan ulang tahun sekolah, OSIS memutuskan untuk mengadakan beberapa lomba. Diantaranya adalah fotografi, pidato, tarik tambang, bazar terlaris, dan duet menyanyi.

Kelas 11 A memenangkan lomba fotografi terbaik. Tentunya mereka sangat bangga dengan fotografer mereka yaitu Raden. Akhirnya, anak laki-laki itu bisa menyumbangkan bakatnya untuk kelasnya tercinta.

"Ada gunanya juga lo, Den," celetuk Yuri.

Kini Joan, Yuri, dan Raden sedang berkumpul di perpustakaan. Hanya sekedar nongkrong dan menikmati sejuknya AC.

"Baru sadar lo, Sayur? Lo sendiri ada sumbang bakat nggak ke kelas?" tanya Raden meremehkan.

"Gue kan suporter, artinya gue juga nyumbang suara gue buat nyemangatin yang lomba." Yuri menyelipkan anak rambut ke telinganya.

Raden mengejek. "Dih."

"Traktir napa, Den. Udah menang masa nggak ada apa-apa," ucap Joan.

"Boleh. Buat Joan, apa aja boleh." Raden tersenyum seraya mengangkat alisnya.

"Lo nggak lagi pdkt-in Joan kan?" tanya Yuri.

Raden tersentak dan menatap Yuri tajam. "Ngawur lo. Hati gue lagi kosong kali."

"Kalo gitu biar di isi sama Yuri aja," ucap seseorang.

Joan menoleh dan mendapati sosok Haris diikuti oleh Cakra di belakangnya.

"Lo kalo ngomong yang bener dong, Ris. Masa gue sama Sayur? Nggak dulu," tolak Raden.

"Hih, iya. Gue mah amit-amit sama lo, mending gue sama kucing aja." Yuri bergidik.

"Heleh. Ujung-ujungnya juga sama manusia entar." Cakra membalas.

Joan menggeser kursinya menjauh dari meja. Kini gadis itu mengambil buku novel yang tersedia di perpustakaan sekolah.

"Eh, mau bahas perkembangan Relationship Club nggak?" tanya Yuri.

Teman-temannya langsung mendadak diam. Cakra sedikit gelisah lalu berdeham. "Ini beneran pada mau nyari info tentang mereka?" Cakra memastikan.

Haris menatap teman-temannya dengan wajah datar. Raden menggigit bibir bawahnya sejenak kemudian menatap Yuri.

"Tujuan lo pengen tau tentang mereka apasih? Kek nggak ada kerjaan lain aja." Raden menyalakan ponselnya.

Yuri mengerutkan dahi. "Ya, penasaran aja. Masa sih dari ratusan murid di sekolah ini, nggak ada yang penasaran."

"Udahlah, nggak usah," balas Cakra datar.

Yuri menatap Cakra dengan penuh kecurigaan. "Lo sendiri kenapa kek nggak restuin gue buat nyari tau? Lo anggota RC, ya?" tuduh Yuri.

Cakra langsung menatap tajam Yuri dan menggelengkan kepalanya. "No. Lo kok nuduh gue, sih? Dunia gue kan nggak suram, jadi ngapain ngikut RC." Cakra membela diri.

Joan kembali ke kursinya semula. Ia menatap teman-temannya yang tengah berdebat.

"Emang yang ikut RC hidupnya pada suram? Tau dari mana?" Raden kini menatap Cakra.

"Nebak aja sih," gumam Cakra.

"Udahlah, Yuri. Nggak usah diurusin itu club." Haris menatap Yuri.

Yuri menghela napas. Ia berniat untuk mengajak teman-temannya itu untuk bekerja sama tetapi sepertinya ia harus melakukannya sendiri.

"Yang gue tau, semua orang bisa aja adalah anggota mereka. Bahkan temen terdekat kita." Yuri menatap satu persatu temannya lalu pergi dari perpustakaan.

The RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang