11

49 26 1
                                    

Joan mengira perkataan Haris hanyalah sebuah candaan saja. Namun kenyataannya, Haris memang tidak bisa bila tanpa Joan.

Bukti pertama adalah laki-laki itu sudah menunggu Joan datang ke sekolah sejak pagi. Joan mengangkat alisnya bingung. Gadis itu berjalan melewati Haris tanpa menyapanya.

Haris dengan cepat mengikuti Joan dan menyesuaikan langkahnya.

Bukti kedua, Haris menjemput Joan ketika bel istirahat berbunyi. Joan lagi-lagi bingung dengan tingkah Haris. Bel baru saja berbunyi dan Haris sudah ada di depan kelasnya.

Saat di kantin pun Haris mengambil tempat di samping Joan. Joan tak masalah dengan itu. Yang ia permasalahkan adalah mengapa Haris harus beradu mulut dulu dengan Cakra.

"Kenapa lo tiba-tiba mau duduk di samping Joan sih, Ris? Biasanya juga lo duduk di depannya." Cakra menatap Haris dengan satu alis terangkat.

Raden mengangguk sambil mengunyah makanannya. "Kan. Heran juga gue."

Haris menghela napas lalu menatap Cakra yang kini duduk di depannya. "Lo sendiri, kenapa duduk di samping Joan terus?" tanya Haris.

Cakra terkesiap, ia sendiri bingung mengapa ia mempersalahkan hal ini. "Gapapa sih. Mau ngelindungi Joan aja," balas Cakra asal.

Haris memutar matanya malas. Sementara Joan yang ada di sampingnya hanya geleng-geleng.

"Guys. Gimana kalo kita main bareng. Ke mana gitu kek, sumpek gue di sini." Yuri menatap satu persatu temannya.

Raden meneguk minumannya sampai habis lalu menggelengkan kepalanya. "Nggak bisa gue. Bakalan sibuk bulan ini," ucap Raden.

"Nggak ada lo juga lebih bagus. Lo itu nggak penting," ejek Yuri.

"Yaelah, lo semua bakal merasakan kesepian yang amat sepi kalo gue nggak ada." Raden melebih-lebihkan.

Cakra melempar sisa es batu ke arah Raden. "Masih ada gue, anjir. Mana mungkin jadi sepi kalo ada gue."

"Emang lo diajak?" Raden mengejek.

Cakra mentap Joan lalu tersenyum manis. "Joan. Gue ikut, ya?" Joan hanya mengangguk tanpa berpikir.

"Tuh, gue dibolehin." Cakra tersenyum miring pada Raden. Raden hanya memutar matanya.

"Gue nggak ikut."

Dengan kompak mereka menoleh ke Haris. Raden tersenyum kemenangan, sementara Cakra tak terima. Apa jadinya hidupnya tanpa Haris?

"Nggak ada Haris gue tetep hidup kok, no problem," ucap Cakra dalam hati.

"Kalo gitu, kita batalin aja. Kapan-kapan aja, pas pada free." Joan menyarankan.

"Oke, kita batalin. Mari ganti topik," ucap Yuri.

"Yaelah." Cakra mendesah kecewa.

Raden semakin senang melihat Cakra kecewa. Kini giliran otak Cakra yang berpikir. Jujur dirinya kehabisan topik untuk dibahas. Begitu juga dengan Raden.

"Kalian penasaran nggak sih sama member Relationship club?" tanya Yuri tiba-tiba.

Hening sejenak sebelum akhirnya Raden mengangguk dan mulai berbicara. "Kok bisa nggak ada yang tau ya di mana mereka."

"Nah, kan. Kayak seolah-olah mereka itu setan gitu. Ngasih kartunya aja tiba-tiba." Yuri menambahkan.

Ting.

Terdapat notifikasi dari grup angkatan. Ternyata ada rapat dadakan hari ini. Para murid berteriak kegirangan setelah membaca pesan tersebut.

"Asik jamkos. Pindah lokasi, kuy." Raden mengajak.

The RulesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang