Junghwan tampak merenggut kesal saat sebuah panggilan masuk ke dalam ponsel bermerek apel di gigit miliknya.
Jelas sekali bahwa yang menelpon nya adalah sang kakek, kakeknya yang sekarang berada di Amerika.
Dan Junghwan juga sangat yakin bahwa sang kakek hanya akan menanyakan kapan, kapan dan kapan ia akan menunjukkan istrinya.
Terobsesi, mungkin itu fikiran kakeknya tentang pernikahan Junghwan, Junghwan sendiri cucu pertama dari 9 cucu kakeknya, dan yeah Junghwan belum menikah di usianya sekarang 25 tahun.
Sebenarnya, umur segini masih normal bagi seorang laki-laki belum menikah, namun karena Junghwan memiliki seorang sepupu yang memiliki umur 23 tahun dan sudah menikah 2 tahun yang lalu, kakeknya terobsesi untuk mencarikan Junghwan istri.
Tentu saja So Junghwan kita ini belum ada pikiran kesana, dengan status nya sebagai dokter membuat Junghwan melupakan segala sesuatu contohnya saja menikah.
Ia dengan kesal mengangkat panggilan dari sang kakek, tetap harus sopan dan menghargai juga kan?
"Hallo kek, kenapa? "
"Junghwan, kakek nanya kamu kapan nikah? "
Junghwan menghela nafas
"Junghwan akan nikah kek, tapi nanti"
"Kamu ini nanti, nanti. Nanti keburu jodoh nya di ambil orang lain"
"Iya kek, iya"
Tok tok tok
Junghwan menoleh dengan pintu ruangan nya terbuka, ia mengangkat alis seolah bertanya ada apa kepada salah satu suster di sana.
"Begini pak, terjadi kecelakaan di jembatan Merah, dan menyebabkan 13 orang luka luka dan 5 orang nya masih dalam proses pengobatan, ada yang parah pak" ucap sang suster.
Junghwan mengalihkan pandangan nya lalu kembali fokus ke pada ponsel nya.
"Junghwan ada pasien darurat kek, nanti lagi ngomong nya" belum sempat sang kakek menjawab Junghwan sudah mematikan ponselnya.
...
Junghwan terhenti dengan pasien terakhir yang baru saja ia tangani, pasien tadi butuh pengobatan yang lebih serius daripada yang lain.
"Siapa namanya, apakah ada keluarga yang bisa dihubungi? " tanya Junghwan kepada sang suster.
"Maaf Pak, pasien yang ini tidak memiliki tanda pengenal, atau pun ponsel, di TKP juga tidak menemukan barang dari perempuan ini, kami hanya menemukan ia yang mengenakan kalung dengan nama 'Alia' jadi kami fikir ini nama pasien, sementara sang pasien belum bangun"
Junghwan mengangguk, lalu menyuruh suster tersebut keluar dan memandang perempuan cantik yang berbaring lemah di brangkar, ia memang memiliki sedikit luka di tubuh namun saat Junghwan periksa tadi ada kemungkinan perempuan ini akan kehilangan beberapa ingatan nya.
3 hari kemudian....
Kasus kecelakaan di jembatan Merah sudah mulai sepi, namun pasien yang bernama Alia ini masih belum bangun, Junghwan sendiri kebingungan ingin menghubungi siapa.
Saat Junghwan sedang memeriksa selang infus, ia melihat pergerakan dari sang pasien, ia perlahan membuka kelopak matanya yang tampak berat.
"Pelan pelan mbak" ucap Junghwan, melihat gadis tersebut berusaha mengangkat tangan nya, terlihat ingin meredakan pusing yang dirasakan nya, Junghwan yang paham pun membantu memijit pelan pelipis Alia.
"Aku dimana? " Junghwan mengalihkan perhatian nya, lalu menatap serius perempuan di depan nya.
"Anda ingat nama anda? " tanya Junghwan
Ia menggeleng, lalu kembali menatap ke sekeliling, kembali terkejut dengan serangan tiba-tiba di Kepala nya Junghwan kembali membantu Alia untuk memudarkan pusingnya.
"Di mana anda tinggal? " ia kembali mengernyitkan dahinya bingung.
"Ya sudah, jangan di paksa untuk mengingat"
Junghwan merenggut kesal saat sebuah pesan masuk, dari sang kakek.
Kakek pemaksa
Cepat lah menikah Junghwan! Apa kamu gak iri sama Jeongwoo?Junghwan mematikan ponsel nya, lalu fokus menatap perempuan yang sedang berusaha mengingat sesuatu. Junghwan tersenyum jahat.
Ia sudah memikirkan ini sedari 2 hari yang lalu, saat ia memeriksa Alia, ia yakin perempuan ini kehilangan ingatan jangka panjang bahkan permanen.
"Baiklah Alia, itu nama kamu"
"A-alia? " Junghwan mengangguk semangat.
"Te-terus kamu? " tanya nya
"Saya? Oh saya So Junghwan, suami kamu"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Wife [ON GOING] //Junghwan
Teen Fictiondi paksa untuk terus menikah membuat So Junghwan muak, dan berakhir memilih salah satu pasien nya yang terkena amnesia untuk menjadi seorang istrinya. awalnya rencananya ini hanya ia lakukan untuk beberap minggu, namun seiring dengan berjalannya wa...