07

335 33 0
                                    

Junghwan dan kakek baru saja pulang dari rumah sakit, tentu itu rumah sakit milik sang kakek yang ia percayakan kepada cucunya, hanya memeriksa keadaan namun ia tak menyangka jika harus sampai selarut ini.

"Kenapa pintu belakang terbuka? " tanya kakek kepada Junghwan.

Sekarang sudah pukul 11 malam, kemungkinan besar seluruh orang di dalam rumah sudah tertidur mungkin ada yang masih terbangun namun mereka pasti tidak akan berada di taman belakang bukan, apalagi dengan pintu yang di biarkan terbuka seperti itu.

Takut akan Maling, atau sejenis nya Junghwan sudah siap dengan tongkat baseball nya sedangkan kakek sendiri sudah membawa penyapu, ia siap untuk menyerang pencuri tersebut.

Dengan hati hati, mereka melangkah, melihat lilin yang menyala dan seorang pria yang sedang duduk di depan pohon yang ada di belakang taman.

Kakek melirik ke arah Junghwan mengode Junghwan agar melakukan penyerangan bersama namun semakin mereka mendekat mereka rasa mengenal seseorang yang tengah duduk di sana.

Junghwan melirik kakek, Kakek mengisyaratkan dengan jari nya dengan menghitung mundur dari angka tiga.

Tiga

Dua

Satu

BUGH

"ARGHHH! "

Junghwan yang baru saja memukul kepala orang tersebut dengan tongkat baseball nya tersentak kaget saat melihat Pak Joko yang mengaduh kesakitan di kepalanya, belum sempat mengeluarkan suara Pak Joko sudah pingsan di tempat nya.

...

Semua orang rumah sudah berkumpul karena terbangun dengan suara bising dari arah belakang rumah, mereka menganga tak percaya melihat Junghwan dan kakek yang memapah Pak Joko dengan keadaan pingsan.

Sekarang Junghwan berdiri sambil menyilangkan tangan di depan dada nya menatap tiga wanita berbeda usia di depan nya ini dengan tatapan mengintidimasi.

"Kenapa Pak Joko di luar jaga pohon? " tanya Junghwan dengan raut dingin.

"Bukan Pohon tapi daun... " cicit Alia, Junghwan menaikan satu alisnya mendengar ucapan Alia.

"Apa yang sebenarnya terjadi? " tanya kakek serius.

"Ini salah paham" ucap nenek lirih, Junghwan semakin bingung dengan Alia dan nenek nya ia menatap Bi Iyem, namun bi Iyem hanya menggelengkan kepalanya tak tau

"Jadi siapa yang mau bercerita? " tanya Junghwan dengan Aura lebih mencekam.

"Ini salah nenek, tadi nenek usilin Pak Joko. Nenek bilang kalau Pak Joko jaga daun 2 hari 2 malam daun nya bakal jadi emas, tapi suer kok tadi nenek cuma bercanda Pak Joko nya aja yang mudah percaya"

Kakek menghembus nafas nya kasar, selalu seperti ini.

"Nek, nenek udah tua, gak seharusnya nenek usilin Pak Joko kayak tadi, kasian dia sampe Junghwan pukul pake tongkat baseball, ayolah nek ubah kebiasaan nenek, kita udah punya cucu gak malu apa sama Junghwan ckckck" kake berbicara dengan nada serius dan kesal.

"Maafin nenek"

"Eungh" mereka menoleh ke arah Pak Joko yang sudah sadar dengan tangan yang memegang kepalanya, terlihat benjolan besar berwarna biru di dahi Pak Joko.

"Pak Joko, bapak gakpapa kan? " tanya Kakek

Pak Joko menggeleng lirih.

"Tapi ritual saya gimana? " mereka menatap Pak Joko datar

"Maafin istri saya Pak, itu cuma kebohongan dia aja! Sebagai gantinya nanti gaji bapak saya kasih 2 kali lipat untuk 6 bulan kedepan" ucap kakek

"Aduh Pak, sebenarnya gak perlu ganti rugi, cuma karena banyak untung nya saya mau deh Pak" terdengar mengesalkan namun yasudahlah mereka salah di sini dan Pak Joko korban.

"Saya juga minta maaf, saya gak tau kalo tadi itu bapak jadi saya pukul" ucap Junghwan merasa bersalah.

"Tidak apa apa Den, saya juga minta maaf udah bikin kalian repot malam-malam gini" ujar Pak Joko tak enak.

"Karena semuanya udah clear, sekarang balik ke kamar masing-masing! " semua pun berpencar untuk ke kamar Masing-masing.

Ceklek

Junghwan membuka pintu kamar di susul dengan Alia yang mengikuti nya dari belakangan dengan kepala tertunduk, melihat aura menyeramkan Junghwan membuat Alia takut dengan Junghwan dan jelas ia merasa bersalah karena ia turut dalam rencana nenek nya itu.

Junghwan melepaskan jas dan dasi nya lalu menggulung lengan kemeja nya sampai ke siku dengan dua kancing baju atas nya yang terbuka, rambut nya berantakan karen ia sempat mengacaknya karena frustasi melihat Pak Joko yang pingsan tadi.

Alia sendiri meneguk ludah nya melihat Junghwan yang emm bagaimana mengatakan nya ya? em mungkin terlihat sexy dan hot seperti sugar daddy

Junghwan membalikkan badan nya, ia melihat Alia yang berdiri dengan wajah takut dan merasa bersalah miliknya itu.

"Kenapa? " tanya Junghwan yang sibuk membuka lemari dan memilih baju untuknya tidur.

"Aku minta maaf" ucap Alia lirih.

"Buat apa? " tanya Junghwan berbalik menatap manik Alia, namun Alia dengan segera mengalihkan pandangan nya.

"Karena udah ikut andil dalam rencana nenek, aku gak negur nenek jadi aku minta maaf"

"Jangan sama saya, tapi sama Pak Joko"

"Tapi kayaknya kamu juga marah" Alia menatap Junghwan dengan tatapan yang tampak sebentar lagi akan menangis.

"Saya kesal, tapi saya tau nenek saya memang suka jahil, bahkan sedari muda itu tuh udah sifat alami nenek dan gak bisa di rubah" jelas Junghwan, namun ia masih menatap Alia yang masih merasa bersalah.

"Kamu marah sama aku juga kan? " tanya Alia, Junghwan memutar bola matanya malas.

"Saya gak Mar... "

GREP

Junghwan mematung saat Alia memeluknya lalu terdengar  isakan kecil dari bibir Alia, ia melirik kebawah di mana Alia yang menyembunyikan kepalanya di dada Junghwan, Junghwan sendiri tidak tau apa yang terjadi dengan tubuhnya.

Reaksi macam apa ini? Pikir Junghwan, ia bisa menolak pelukan Alia atau pun membalas namun yang terjadi hanyalah keterdiaman Junghwan, Jantungnya sudah berdegup kencang lebih kencang dari biasanya, ia khawatir jika Alia akan mendengar suara jantung nya.

"Hiks... Kamu marah sama aku kan? " Junghwan tersedar dengan keterdiaman nya.

Ia membalas pelukan Alia lalu mengucapkan sesuatu yang membuat pipi Alia bersemu merah di dekapan Junghwan.

























































































































































"Entahlah Alia, saya seperti tidak bisa marah sama kamu"

...

Fake Wife [ON GOING] //JunghwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang