POV AMAR
Hari ini aku ada meeting dengan salah satu klien penting di salah satu Cafe di tengah kota. Jadi aku memutuskan untuk dating lebih awal ketempat yang sudah direservasi sebelumnya oleh pihak kantor. Setibanya aku di kafe tersebut, ternyata aku berpapasan dengan klienku Pak Aditya Erlangga di area parkir. Aku bergegas menuju pak Adit dan menyapa.
"Selamat siang Pak Adit." Sapaku tersenyum ramah kearahnya.
"Oh. Anda pak Amar. Selamat siang juga, Pak." Balasnya sambil membalas senyumku.
"Sudah lama pak?" basa-basiku.
"Belum pak, sama seperti bapak. Saya juga baru saja sampai." Jawabnya
"Kalo begitu, mari kita masuk pak." Ajakku
"Mari Pak Amar." Balasnya.
Kami melangkah kearah kafe secara bersamaan, namun langkahku terhenti kala aku mengingat bahwa aku melupakan berkas penting yang tertinggal didalam mobil. Aku segera menghentikan langkahku untuk meminta izin pada pak adit dan membuat pak adit juga berhenti menoleh kearahku dengan pandangan bertanya. Dan aku segera menjelaskannya pada pak Adit.
"Maaf, Pak sebelumnya. Saya lupa membawa berkas rapat, sepertinya tertinggal di mobil."
"Oh, tidak apa-apa. Pak Amar bisa mengambilnya dulu."
"Maaf ya pak, saya ambilkan dulu berkasnya. Dan bapak bisa duluan saja." Kataku. Pak Adit mengangguk dan melangkah kedalam setelah mengiyakannya.
"Oh, iya. Silahkan Pak amar." Katanya
Setelahnya aku langsung menuju kearah mobilku yang terparkir rapi disana. Aku langsung mengambil berkas itu dan buru-buru melangkah pergi kedalam kafe. Namun langkahku terhenti saat tiba di depan pintu masuk karena melihat pak Adit masih berdiri disana, sepertinya dia sedang berbicara dengan seseorang. Aku tidak tau itu siapa, dan tidak berniat untuk tau. Namun dapat ku pastikan kalau orang itu adalah perempuan. Tidak mau memikirnya, aku langsung menyapa pak adit yang sepertinya masih berbicara dengan perempuan itu.
"lho, Pak Adit kenapa masih disini? Maaf Pak, saya kelamaan." Ucapku tanpa melihat kea rah depan.
Belum sempat pak Adit menjawab, aku tanpa sengaja mengalihkan pandangan ke depan. Dan apa yang kulihat. Seseorang yang beberapa minggu ini ku cari sekarang berada di depanku. Aku segera menegurnya.
"Dek, kamu disini?" tanyaku
"Maaf Bang, maaf Adit, aku buru-buru." Ucapnya mencoba mengalihakan perhatian, kemudian mencoba pergi. 'Sepertinya karina saling kenal dengan pak Adit.' Pikirku. Tak mau memikirkan hal itu karena ada hal yang lebih penting yang harus kami selesaikan. Karena sibuk dengan pikiranku sendiri, aku sampai tidak sadar kalau karina sudah mulai menjauh. Namun baru beberapa langkah dia berjalan, aku reflex menarik pergelangan tangannya. Tanpa menoleh kea rah ku, adia mencoba melepaskan genggaman tangannya. Namun sia-sia, karena genggaman itu semakin mengerat.
"Dek, bisakah kita bicara sebentar?" tanyaku padanya.
"Maaf bang, aku sibuk, jadi aku harus pergi sekarang." jawabnya sambil menghentakkan pegangan tanganku padanya dan memilih melangkah pergi menjauh dariku.
"Tapi dek, ada yang perl...." Perkataanku terhenti karena Karina sudah melangkah jauh dariku, sambil berlari dari hadapanku. Mungkin dia malas jika harus berlama-lama berada ditempat yang sama denganku.
Aku menghela nafas kasar, dan membiarkan dia pergi begitu saja. Kemudian melangkahkan kembali kakiku kedalam kafe dan melanjutkkan meeting dengan pak Adit, setelah meminta maaf pada padit karena kejadian barusan.
Seandainya, bukan karena ada meeting penting dengan pak Adit. Mungkin aku akan memilih menyusul karina, dan menjelaskan semuanya. Sesungguhnya aku sangat merindukannya selama ini. Namun belu ada waktu yang tepat untukku dan karina untuk bicara.
Selesai meeting, aku memutuskan untuk langsung kekantor dan menyerahkan hasil meeting ini pada sekretaris kantorku bekerja. Dan setelahnya aku ingin langsung pulang dan menenangkan pikiranku.
Seminggu kemudia setelah pertemuanku yang tanpa sengaja dengan Karina, membuatku bertekad untuk kembali mencari Karina dan membawanya pulang kembali, serta menjelaskan semua yang terjadi selama ini. Seharusnya sudah sejak lama aku menjelaskannya, bukan malah menyembunyikannya dan membuat semuanya tambah rumit.
Namun, baru beberapa hari yang lalu aku bertekad untuk berbicara kembali dengan karina setelah menemukannya, malah aku di kejutkan dengan sebuah paket yang diantakan oleh seorang kurir ekspedisi. Saat aku membuka isi paket tersebut, mataku terbelalak dan nafasku seakan berhenti. "Tidak mungkin kan karina melakukan ini?" tanyaku, lebih tepatnya pada diriku sendiri. Rasa tak percaya saat melihat surat yang tengah ku pegang ini. Surat panggilan sidang dari Pengadilan Agama. "bagaimana mungkin Karin bisa menggugat cerai aku seperti ini." monologku
Aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Aku akan mencari Karin segera, dan memintanya mencabut kembali laporan gugat cerai itu. Ya, aku harus segera mencari keberadaan karina dan menyelesaikan semua ini denga kepala dingin. Aku tidak ingin berpisah dengannya.
Berhari-hari aku mencari karina, namun tidak menghasilkan apapun. Bahkan hari persidangan semakin dekat. Aku merasa frustasi karena tidak bisa menemukannya. Pekerjaanku juga sedikit terbengkalai karena aku mulai larut dengan masalahku sendiri. Aku yang mulai kesal dan emosi dengan masalah yang kuhadapi, membuatku membanting semua barang yang ada dihadapanku.
Akhirnya, aku memutuskan untuk pulang kerumah dalam keadaan penampilan yang kacau dan menyegarkan kepalaku. Aku harus memikirkan solusinya dengan kepala dingin. Jika aku tidak bisa bertemu dengannya sekarang, bukankah aku bisa bertemu dengannya di hari persidangan. Dan aku akan menemuinya sebelum persidangan dimulai, dan meminta Karina untuk membatalkannya. Aku tersenyum sendiri memikirnya, karena aku yakin Karina pasti akan melakukannya. "Bukankah dia sangat mencintaiku?" bathinku. Maka kuputuskan untuk bertemu dengannya pada hari itu. Sekarang lebih baik aku istirihat. Segera aku merebahkan diri ke atas ranjang, ranjang yang beberapa minggu lalu masih kami tepati bersama. Namun kini aku hanya seorang diri. Lelah dengan pikiranku, tanpa sadar aku sudah terlelap dan masuk kea lam mimpi.
Pov End
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KEDUA
FanfictionKebohongan dan pengkhiatan adalah hal yang menyakitkan dalam suatu hubungan, bahkan perpisahan menjadi solusi dari masalah. Seperti yang dialami oleh Karina, rumah tangganya harus berakhir di meja persidangan. Dan di saat bersamaan, hadir seorang...