TIGA TAHUN KEMUDIAN
Hari ini, Karina akan menginjakkan kakinya kembali ke Indonesia. Setelah sebelumnya dia menetap di luar negeri selama setahun ini. Dan disinilah karina berada sekarang, di depan Gedung perusahaannya sendiri. Dengan penampilannya yang baru Karina melangkahkan kakinya memasuki kantornya. Disana didepan lobi sudah ada Resti yang menunggu dan menyambut kedatangannya bersama para karyawan. Mereka semua menatapnya kagum, dan banyak pula yang berbisik memuji kecantikan Karin. Karin hanya tersenyum menanggapinya.
"Selamat datang dan bergabung kembali di perusahan, Bu Karin." Ucap resti yang merupakan sekretarisnya disini.
"Terima kasih, Resti." Balasnya dengan senyum ramah.
Para karyawan juga mengucap selamat pada Karin. Setelah acara penyambutan selesai, Karin langsung di bawa menuju ruang kerjanya di lantai paling atas oleh sahabat sekaligus sekretarinya tersebut. Setelahnya, Karin langsung dibrondong dengan berbagai pertanyaan oleh Resti. Karin hanya bisa geleng kepala meliht tingkah sahabanya yang tidak pernah berubah dari dulu.
"Sumpah! Kariiin, aku kangen banget sama kamu lho." Cerocos resti sambil meluk Karin erat, membuat Karin sesak.
"Lepas Res, aku gak bisa nafas tau?" keluh karin kesal
"Eh, sorry rin. Habisnya aku kangen tau?" ucap Resti dengan mulut dimayun-manyunkan.
"tapi ya gak gitu juga meluknya kali, Res. Kamu hamper bikin aku mati karena kehabisan nafas tau gak?"
"Maaf deh. Aku salah."
"Oh, iya. Gimana kabar Rafael?"
"Rafa sehat. Kenapa, kangen ya?"
"Iya donk. Siapa yang gak kangen coba? Orang Rafa ngegemesin gitu."
Karin hanya menanggapi dengan senyum ucapan sahabatnya itu.
"Emmm, Karin. Ntar, pulang bareng ya? Aku pengen ketemu Rafa ni, boleh ya? Kan kemarin-kemarin aku cuma liat wajah Rafa lewat video call." Bujuk resti pada Karin.
"Ok. Pulang nanti tunggu aku di lobi."
"Aasssiiiaaap buk Boss."
"Kalau begitu, saya pamit kembali keruangan saya, Buk."
"Silahkan."
Sore harinya, sesuai janji. Resti ikut bersama Karin kerumahnya untuk bertemu Rafa. Saat tiba dirumahnya, Karin mempersilahkan Resti untuk masuk, dan kebetulan Rafael sedang duduk di lantai ruang tamu bersama pengasuhnya. Dia sibuk dengan mainannya dan tidak menyadari kalau sang mama sudah pulang. Tidak langsung menghampiri anaknya, Karin memilih menuju kamar mandi lantai bawah terlebih dahulu untuk mencuci tangan dan wajahnya. Resti pun melakukan hal yang sama dengan langsung menuju wastafel dekat dapur, lalu mencuci tangannya.
"Rafa," panggil Karin
"Mama," ucap rafa melihat kearah mamanya dan bangun dari duduknya, meninggalkan semua mainannya, lalu berlari kearah Karin dan memeluk mamanya.
"Hati-hati sayang. Jangan lari-lari, nanti kamu jatuh lho." Karin mencoba memperingati anaknya dengan lembut. Setelah Rafa mendekat padanya, Karin meraih anaknya kedalam pelukannya dan tersenyum kearah anaknya, sambil mengelus kepala sang anak.
"Maaf, Mama,"
"Iya, mama maafkan. Tapi lain kali jangan di ulangi ya, sayang."
"Ok, mama."
"Oh iya, sayang. Coba liat siapa yang datang bersama mama?" tanya Karin mengalihkan perhatian anaknya dengan menunjuk kearah Resti. Rafa kelihatan sedang mengingat sesuatu dengan gayanya yang lucu, membuat Resti gemas sendiri.
"Emmm, tante?" tanyanya ragu
"Iya, sayang. Ini tante resti yang sering video call sama Rafa." Rafa hanya menggagukkan kepala tanda ia ingat.
Akhirnya, waktu sore itu dihabiskan mereka bertiga dengan bercerita, bercanda, dan bermain bersama rafa. Hingga menjelang malam, Resti pamit pulang. Karena dia punya janji dengan seseorang malam ini, siapa lagi kalau bukan tunangannya Resti.
Malam semakin larut, Karin membawa anaknya kekamar untuk tidur. Dia memindahkan rafa dari gendongannya ke tempat tidur, tidak lupa menyelimuti dan mencium kening anaknya. Sesaat Karin termenung ketika melihat wajah anaknya yang mewarisi sebagian rupa sang ayah. Hal itu mengingatkannya pada kejadian tiga tahun yang lalu.
Flashback on
Karin bergegas keluar dari ruangan itu, meninggalkan lelaki itu disana yang meratapi penyesalannya. Diluar gedung persidangan Resti sudah menunggunya. Resti tampak heran melihat wajah sahabatnya yang kusut, dia jadi menduga-duga apa yang barusan terjadi didalam.
"Ada apa?"
"Tidak ada apa-apa. Ayo, kita pulang sekarang."
"Yakin tidak apa-apa?"
"Iya, Res."
"Lalu, kenapa wajahmu murung begitu?"
"Sudahlah, Res. Ayo pulang, aku lelah. Aku ingin cepat pulang, dan istirahat."
"Baiklah. Kalau tidak mau menceritakannya, tidak apa-apa."
Setelahnya mereka memutuskan untuk langsung pulang. Setibanya dirumah, Karin langsung masuk kekamarnya dan merebahkan diri dikamar. Dia ingin melupakan apa yang terjadi dengan tidur, berharap setelah bangun dari tidurnya, semua akan baik-baik saja.
Dua bulan sudah berlalu sejak hari itu, Karin masih memutuskan untuk tidak masuk dulu ke kantor. Dia masih memantau dari jarak jauh. Namun hari ini, ada beberapa agenda yang membuatnya harus ke kantor. Dan saat ini Karin sedang bersiap-siap untuk kesana, resti juga sudah menunggunya didepan. Sahabatnya itu memaksa menjemputnya, karena ada yang ingin dibicarakannya.
"Maaf, aku lama."
"Sangat lama, Karin. Kita hamper terlambat."
"Ya sudah, buruan kalau begitu."
"Baiklah, buk bos. Sudah siap memulai semuanya kembali?"
"Siap donk."
Setelahnya mereka langsung meluncur kekantor. Dan sesuai yang dikatakan resti tadi, mereka membahas beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh Karin nanti. Setibanya dikantor, Karin dan Resti segera masuk keruangannya. Sambil menunggu tamu perusahaannya, Karin mendengarkan curhatan resti tentang pacarnya yang over protektif padanya.
Tidak lama setelahnya, tamu yang ditunggu telah tiba. Mereka langsung membahas tentang pekerjaan. Sampai akhirnya kontrak kerjasamanya telah ditanda tangani. Masih ada dua pertemuan lagi setelah ini, jadi Karin masih harus mempersiapkan diri untuk pertemuan selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KEDUA
FanfictionKebohongan dan pengkhiatan adalah hal yang menyakitkan dalam suatu hubungan, bahkan perpisahan menjadi solusi dari masalah. Seperti yang dialami oleh Karina, rumah tangganya harus berakhir di meja persidangan. Dan di saat bersamaan, hadir seorang...