POV KARINA
Aku sudah memutuskan untuk tetap menggugat bang Amar. Maka dari itu dua minggu setelah pertemuan tanpa sengaja ku dengan bang Amar di kafe, aku memberanikan diri pergi ke pengadilan agama untuk membuat laporan gugatan cerai. Saat itu aku di damping oleh pengacara kluarga dan juga Resti. Kami membuat laporan dan menunjukkan semua bukti-bukti yang ada untuk mempermudah prosesnya, jadi tidak perlu ada siding mediasi lagi.
Setelah semua urusan selesai, aku menyerahkan semuanya pada sang pengacara. Biarkan beliau yang menyelesaikannya. Aku hanya tinggal menunggu hasilnya saja. Karena jujur aku tidak ingin bertemu dengannya.
Beberapa hari kemudian, pengacaraku memberi kabar kalau surat panggilan sidang sudah keluar dan sudah dikirimkan ke alamat bang Amar. Dan beberapa hari lagi kami akan mengikuti siding perdana, aku berharap semua berjalan dengan lancar.
Tring tring
"Siapa yang nelpon sepagi ini?" tanyaku pada diri sendiri.
Aku berjalan kearah nakas tempat ku meletakkan handphone, dan melihat siapa yang menelpon. Ternyata Resti, dan aku segera mengangkatnya.
"Halo. Ada apa res, tumben pagi-pagi gini dah nelpon?" tanyaku
[Aku dengar gugatanmu sudah diproses. Benarkah itu?] tanyanya padaku to do poin, tanpa menjawab pertanyaanku. Aku hanya bisa menghela nafas dengan tingkat rasa penasarannya yang tidak pernah berubah dari dulu.
"Iya," jawabku singkat.
[Waaah, sebentar lagi bakal dapat gelar baru dong.] Ejeknya diseberang sana sambil terkekeh.
Aku hanya bisa menggelengkan kepala mendengarnya. Namun semua masih berlanjut,dan tanpa terasa sudah satu jam kami berbicara lewat telepon. Dan itu cukup membuat telingaku serasa dipanggang. Hingga setelahnya, Resti sendiri yang memutuskan telponnya karena dia ada urusan diluar.
Hari ini aku memutuskan untuk dirumah saja, dan membereskan halaman belakang rumah yang akan aku jadikan taman bunga. Kebetulan halaman belakang kosong, jadi aku ingin menanam beberapa macam tanaman bunga, agar terlihat lebih berwarna dan tidak bosan untuk dipandang.
Selesai dengan semua kegiatan, aku memutuskan beristirahat sebentar. Sebelum tiba waktunya makan malam. Karena kelelahan dengan urusan taman belakang, aku memutuskan memesan gofood saja. Karena tidak sangguplagi untuk memasak.
Sambil menunggu pesanan tiba aku memutuskan untuk menyaakan televisi dan melihat beberapa acara yang diselenggarakan di salah satu stasiun tv. Namun tak lama setelahnya, bel rumah berbunyi. Aku segera bangun dan membuka pintu. Ternyata kurir yang mengatar makanan. Setelah mengambil dan membayarnya, aku segera masuk kedalam dan menyiapkan makan malam dengan memindahkan semua kedalam piring. Usai makan dan membersihkan meja makan serta mencuci piring, aku memutuskan untuk kekamar dan tidur dengan nyenyak.
***
Keesokan harinya aku ada janji dengan Resti untuk bertemu di salah satu pusat perbelanjaan. Resti akan menunggu di restoran yang ada di pusat perbelanjaan tersebut. Kami berencana akan berbelanja kebutuhanku untuk kembali bekerja.
Aku bergegas berangkat kesana, tak ingin membuat resti menunggu terlalu lama. Setibanya aku disana Resti sudah menungguku, aku segera meuju kearahnya.
"Sudah lama ya, Res?" tanyaku.
"Lumayan, sampai jamuran aku." Keluhnya dengan wajah cemberut.
"Maaf, tadi jalanan macet. Ada kecelakaan hebat disana." Ucapku meminta maaf dan menjelaskan alasan keterlambatanku.
"Ya sudah. Kalo gitu, pesan makanan cepat. Aku lapar tau nunggu kamu kelamaan." Ujarnya dengan wajah cemberut yang membuatku tak enak hati dengan resti karena harus menahan lapar sebab menungguku.
"Ok. Sekali lagi maaf ya!" pintaku.
Setelahnya kami memesan makanan dan memakannya dengan lahap. Tak ingin lama-lama menghabiskan waktu direstoran ini, setelah selasai makan kami segera memutuskan untuk ketempat tujuan kami sebelumnya. Tapi sebelumnya aku membayar biaya makanan yang kami pesan terlebih dahulu. Sebagai permintaan maafku pada Resti, maka aku yang membayar semua. Awalnya Resti menolak, namun setelah membujuknya beberapa kali, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku yang membayarnya. Setelahnya kami bergegas ke took baju favorit serta langganan kami.
Setibanya kami di toko itu, kami langsung disambut dengan ramah oleh pegawai toko. Karena pegawai disini sudah mengenal kami dengan baik, maka kami langsung dibawa dan ditunjuk ketempat pakaian khusus yang sudah kami sebutkan tadi. Setelah memilih beberapa potong pakaian, kami menuju kasir untuk membayarnya.
Selesai dengan toko pakaian, aku dan Resti beralih ke toko sepatu dan tas. Disana kami memilih beberapa tas dan sepatu yang cocok dengan pakaian yang telah di beli tadi.
"Kayaknya ini cocok deh, Na. Sama baju yang tadi." Ucap Resti sambil menunjuk sepasang sepatu dan tas yang dipegangnya. Dan aku mengiyakan saja, karena sepertinya itu memang cocok untukku.
"Boleh deh," kataku. Resti hanya mengangguk saja dan menyerahkan ta situ ke pegawai toko untuk dibawa kekasir.
"Kamu gak beli?" tanyaku, karena dari tadi Resti hanya menemaniku saja tanpa membeli apapun.
"Gak deh. Dirumah masih banyak yang belum ke pakai, yang aku beli bulan lalu." Jawabnya
"tapi kan aku jadi gak enak kalau kamu hanya nemenin aku doang, Res." Ungkapku
"Ga kapa-apa kali." Katanya santai
"Gini aja deh, kamu pilih salah satu tas yang kamu suka. Nanti aku yang bayar." Kataku. Namun resti tetap menolak, meski aku membujuknya dengan berbagai cara. Akhirnya aku menyerah, dan segera berjalan kearah kasir dan membayar belanjaanku.
Keluar dari sana, resti mengajakku ke toko perhiasan. Dia memintaku untuk memilih beberapa set perhiasan untuk ku gunakan saat acara-acara penting nanti. Meski aku menolak, resti terus memaksa. Hingga aku memilih 3 set perhiasan yang terlihat simple namun juga mewah dan elegan. Setelah proses pembayaran selesai, petugas toko memberikan bukti pembelian dan sertifikat perhiasan serta menyerahkan perhiasan itu pada kami.
Saat berbalik, aku tidak melihat kedepan, sehingga membuatku menabrak seseorang yang ada di hadapanku dan membuatku terhuyung kebelakang. Untung orang itu dengan sigap menengkapku. Namun saat aku menegakkan badan da berniat meminta maaf, aku malah terkeju buka main saat melihat orang yang sekarang berdiri tegak di hadapankku. Dan kami sepertinnya sama-sama terkejut. Buktinya, orang itu berdiri memantung disana. Namun aku cepat menyadarkan diri dan berlalu pergi dari sana.
POV End
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KEDUA
FanfictionKebohongan dan pengkhiatan adalah hal yang menyakitkan dalam suatu hubungan, bahkan perpisahan menjadi solusi dari masalah. Seperti yang dialami oleh Karina, rumah tangganya harus berakhir di meja persidangan. Dan di saat bersamaan, hadir seorang...