Setelah acara kabur-kaburan dari mall kemarin dan berakhir dengan acara ribut-ribut. Dan disinilah sekarang Karina berada, ruang persidangan dan menunggu putusan hakim. Karina tidak sendiri, dia di temani oleh pengacara dan sahabatnya Resti. Mereka masih menunggu pihak tergugat, yaitu pihak bang Amar. Tidak ada satu orang pun yang sudah hadir dari pihak Bang Amar, baik itu kerabat, pengacara, serta bang Amar sendiri belum datang. Padahal, seharusnya sidang sudah dimulai setengah jam yang lalu. Namun karena menunggu pihak tergugat membuat siding tertunda.
"Sebenarnya, bang Amar kemana sih?" tanya Karin pada diri sendiri dengan kesal. Karena seharusnya sidang sudah dimulai dari tadi.
"Bukannya kemarin dia sendiri yang bilang bakal datang buat ngebatalinnYa. Hmm, dasar pengecut. Bisanya Cuma koar-koar doang. Pas ditunjukin bukti-bukti kebohongannya selama ini, mati kutu kan?" gerutu Karin dalam hatinya.
Lima menit lagi waktu yang diberikan, jika dalam waktu lima menit tidak ada seorang pun yang datang dari pihak tergugat, maka hakim akan segera memberikan keputusannya. Aku memang berharap agar dia tidak datang, biar semua cepat selesai.
Waktu yang ditentukan hakim sudah habis, sekarang hakim akan memberikan keputusannya. Karena dari pihak bang Amar tidak ada yang mewakili, dan berdasarkan semua bukti pengkhianatannya, maka hakim memutuskan bahwa kami resmi bercerai yang diakhiri dengan tiga kali ketukan palu dewan hakim.
Tepat sesudah semua proses selesai dan dewan hakim sudah meninggalkan ruang sidang, serta pihak karina pun sudah bersiap akan keluar dari ruangan baru lah sosok itu muncul dengan nafas ngos-ngosan. Karina yang melihatnya hanya tersenyum miring. Malas meladeninya, karina memilih untuk segera meninggalkan laki-laki itu di ruang sidang yang sudah kosong itu sendiri dengan wajah terpaku. Namun, baru beberapa langkah karina melangkah, tangannya sudah dicekal oleh bang Amar.
"Dek," lirih amar
"Semua sudah berakhir bang." Ungkap Karina dengan wajah sendu. Jujur, sebenarnya karina tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, namun luka yang tak berdarah yang ditorehkan oleh Amar membuatnya menyerah. Sekian tahun hidup Bersama, ternyata tersimpan sebuah kebohongan besar yang di sembunyikan sang suami. Hingga membuat mereka harus berakhir seperti ini.
"Tidak!" setengah berteriak amar bersuara dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak mengiginkan hal ini.
"Kenapa? Bukankah seharusnya abang senang? Abang bisa lebih leluasa menghabiskan waktu dengannya tanpa harus sembunyi-sembunyi lagi." Ucap Karina dengan air mata yang mengalir.
"Tidak dek, tolong beri aku kesempatan." Mohonnya pada karina
"Semua selesai bang. Tidak adalagi kesempatan untukmu. Kamu tau aku tidak menyukai kebohongan, apalagi pengkhiatan." Ungkap karina menatap tajam pada mantan suaminya.
"Kamu salah paham dek, izinkan aku menjelaskannya." Kata Amar
"Salah paham katamu bang? Oke, aku salah paham. Salah paham yang bagaimana, heh? Semua bukti mengarah kesana. Kamu menghabiskan waktu bersamanya, yang seharusnya kau habiskan denganku. Kau selalu beralasan sibuk dan lembur, tapi apa? Kau bermain api, bang. Dan itu masih kau bilang salah paham? Bahkan semua bukti menunjukkan kamu salah bang." Ucap Karin emosi. Menghela nafas, karina melanjutkan kata-katanya.
"Aku juga beberapa kali melihatmu jalan dengan perempuan lain. Bahkan yang lebih menyakitkan, perempuan itu sedang mengandung anakmu. Aku melihatnya dengan mata kepala sendiri kamu mengantarnya kedokter kandungan, bahkan hari itu aku juga sakit, dan memitamu menemaniku chek up. Tapi apa alasanmu bang, kamu bilang sibuk, tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu dan memintaku untuk pergi sendiri. Tapi apa yang aku lihat membuatku hancur bang. Kamu lebih memilih menemaninya, bahkan sampai berbelanja perlengkapan bayi. Kamu rela mengeluarkan uang dengan jumlah yang besar tiap bulannya untuk perempuan itu, tapi untukku? Tidak ada bang."
Mendengar kata-kata Karin, Amar hanya bisa terdiam tanpa berani menyahut. Dalam benaknya berkata 'ternyata kari sudah sejauh itu mengetahuinya'.
"Bahkan kamu lupa tanggung jawabmu terhadapku. Kamu lupa segalanya, bagaimana..." karina terdiam sebentar, membiarkan kata-katanya menggantung. Kemudian melanjutkan ucapannya "Ahh, sudahlah. Lupakan semuanya, lupakan aku, serta berbahagialah dengan pilihanmu. Anggap aku tidak pernah ada sebelumnya. Aku pergi. Selamat tiggal." Kata karina, lalu melangkah pergi meninggalka semua kenangannya disana. Mulai hari esok, dia akan menjadi karina yang baru. Sedangkan Amar masih setia ditempatnya dengan penyesalan di dada. Air matanya tak berhenti mengalir, menyadari kebodohannya selama ini. Saat Amar mengangkat kepala ingin meminta maaf pada Karin, ternyata Karin sudah tidak disana. Amar hanya bisa meratapi nasibnya kini.
"Maaf, dek." Gumamnya
Dalam hati dia terus merutuki dirinya sendiri dan berharap agar Karina menemukan kebahagiaannya yang lain. Meski sakit, dia mencoba ikhlas melepaskan Karina, karena semua memang salahnya. Andai dia tidak tergoda bujuk rayu setan dan bisa menahan diri, mungki saat ini iya masih Bersama Karina. Namun nasi sudah jadi bubur, takkan mungkin bisa jadi beras lagi. Karinanya sudah menyerah, dan berhenti pada titik jenuhnya. Sekarang dia hanya bisa merelakan karina pergi dari hidupnya. Dan dia harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah di perbuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH KEDUA
Hayran KurguKebohongan dan pengkhiatan adalah hal yang menyakitkan dalam suatu hubungan, bahkan perpisahan menjadi solusi dari masalah. Seperti yang dialami oleh Karina, rumah tangganya harus berakhir di meja persidangan. Dan di saat bersamaan, hadir seorang...