16

6.7K 606 24
                                    

Jaehyun tertawa meledek Wonwoo. Ia menyentil kening lelaki yang berada di hadapannya itu. "Kau melupakan yang aku katakan." Pria Jung itu berucap, membuat Wonwoo menggeleng. "Aku tidak melupakannya."

"Memangnya apa yang aku katakan?"

"Hmm.." Wonwoo terdiam sejenak, hingga akhirnya kembali berbicara. "Cari penggantimu, sesuatu yang jauh lebih baik darimu. Yang bisa menjagaku, dan mencintaiku dengan tulus.."

"Lantas?" Jaehyun mengusap wajah manis itu, tersenyum miris dengan raut wajah rindu yang terpancar jelas. "Lantas mengapa kau tidak melakukannya?"

"Aku melakukannya─"

"Tidak. Kau tidak melakukannya. Aku mengetahui itu. Raut wajahmu, bukan raut wajah yang bahagia. Kau mencintai, namun tidak dicintai." Jaehyun menunduk sesal, ia mengetahui bagaimana Wonwoo bahagia dan hanya berpura pura.

Mingyu menepis tangan Jaehyun, membawa Wonwoo untuk mundur menjauh. "Apa maksudmu?"

"Aku mantan kekasihnya. Sosok yang mencintai Wonwoo─ bukan menyakitinya. Kau tidak jauh beda dengan brengsek di luar sana!" Kembali menepis tangan Mingyu dengan kasar. Jaehyun membawa Wonwoo masuk kedalam pelukannya.

"Hei, Jeon Wonu.. kau tahu bagaimana sulitnya aku untuk melupakanmu?" Jaehyun mengusap surai rambut Wonwoo, membisikkan sesuatu di telinganya.

"Aku takut jika suatu saat, kau menemukan sosok bajingan. Dan semuanya terjadi. Bajingan itu menyentuh istriku, dan menyakitimu.."

"Kita berpisah dengan baik. Sangat sulit melupakanmu dan akhirnya Taeyong datang, membuatku kembali menemukan cinta. Aku berhasil melupakanmu, sepenuhnya.."

Jaehyun akhirnya menangis. Ia memeluk Wonwoo semakin erat. Mengingat semua kenangan manis mereka. Jaehyun sangat bahagia bersama Wonwoo kala itu. Namun, sekarang Jaehyun lebih bahagia bersama Taeyong.

Lantas, pantaskah Jaehyun berbahagia dan bersenang senang jika Wonwoo tidak bahagia─ melainkan menyakiti dirinya sendiri.

"Jung Wonwoo─"

Dengan cepat Wonwoo melepaskan dekapan itu. Mengusap air mata Jaehyun, dan berjalan kecil untuk mundur ke belakang. "Kim Wonwoo, bukan Jung Wonwoo. Jangan melewati batasanmu, Jaehyun."

Sejujurnya Wonwoo juga merindukan Jaehyun. Keduanya saling merindukan, namun harus mengingat batasannya masing masing. Kini mereka tidak lagi bersama sama.

Taeyong mengangguk. Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Aku Taeyong."

"Terimakasih pernah melukis kenangan indah bersama suamiku. Terimakasih karena tidak meninggalkan luka pada hatinya. Terimakasih karena sudah lahir. Kau sangat manis dan cantik. Kau harus berbahagia.."

Mingyu menatap sosok manis yang sudah menjadi milik orang lain itu. Ia tersenyum kala mendengar suara indahnya. Demi Tuhan, mengapa Mingyu harus berakhir dengan Taeyong? Ia sangat mencintai sosok Lee Taeyong itu.

"Taeyong.." Mingyu memanggilnya. Membuat sang empunya nama menoleh, "Ya?" Tanyanya. Oh, semoga panggilan itu bukan sesuatu aneh yang akan memancing emosi Jaehyun.

Mingyu merentangkan tangannya, "boleh aku memelukmu?" Tanyanya. Namun nada kali ini lebih lembut.

Taeyong menatap ragu dan takut pada Mingyu. Ia kemudian menoleh pada Jaehyun; meminta persetujuan. "Kembali padamu. Kau merasa ingin memeluknya atau terpaksa?"

Kali ini Jaehyun tidak akan mengekang. Toh, ia juga memeluk Wonwoo tadi. Namun jika memang Taeyong ingin memeluk Mingyu untuk yang terakhir, itu adalah keputusan sang istri.

Namun, Jaehyun berharap jika itu hanya pelukan sebagai tanda bahwa Mingyu akan melupakan Taeyong.

Menggeleng ragu, lelaki manis itu menggeleng dan mundur menjauh. "Kau terlihat menyeramkan.." ujar Taeyong dengan lantangnya.

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang