"Bubu.." Jeno menangis. Poin intinya, sang ayah memarahinya. Terbayang wajah sang ayah yang baru saja memarahinya dengan nada yang tinggi.
Ayolah, Jaehyun itu jarang dalam memarahi putranya. Namun kali ini sang ayah benar benar memarahinya dengan sangat keras. Bahkan Mark saja tidak menyangka hal tersebut!
"Sudah sudah, jangan menangis. Jelaskan apa yang terjadi, setelah itu kita selesaikan bersama sama. Oke?"
"Bubu baru saja bekerja, apakah bubu lelah? Maaf Jeno membuat bubu lelah.."
Mendengar itu, Taeyong tersenyum. "Tentu saja tidak, sayang. Jeno dan Mark justru membuat lelah siapapun menjadi hilang."
"Benarkah?" Jeno mendongkak.
"Tentu saja. Sekarang Jeno jelaskan apa yang terjadi? Apakah memiliki hubungan dengan Jaemin?"
Jeno tak berhenti mendekap sang bubu. Memangnya siapa tamengnya saat sang ayah sedang marah? Jaehyun sangat mengerikan ketika sedang marah. Mungkin hanya menangis yang bisa Jeno lakukan.
"Bubu─" Jeno masih berusaha menghentikan tangisannya.
"Jeno ingin memilih jurusan teknik. Namun daddy memarahi Jeno, kata daddy harus hukum. Tidak yang lain.."
Pagi tadi Mark dan Jeno tidak sekolah. Yah, guru guru sedang memakai sekolah untuk rapat. Dan pagi pagi sekali Taeyong sudah berangkat bekerja, sedangkan Jaehyun akan berangkat sedikit lebih siang.
Lalu Jaehyun sempat bertanya pada Mark mengenai jurusannya. Hingga akhirnya Jaehyun bertanya pada Jeno juga. Namun si bungsu justru menolak dengan semua yang berbidang hukum.
"Jeno tidak tertarik dengan hukum. Jeno ingin menentukan pilihan sendiri.."
Taeyong tersenyum. Ia mengerti dengan apa yang dirasakan Jeno. "Apakah Jeno sungguh sungguh menginginkan teknikmu itu?"
Yang ditanya mengangguk. "Jeno bersungguh sungguh.."
Tiba tiba pintu terbuka, nampaklah Jaehyun yang baru saja kembali dari pekerjaannya. Membuat Jeno memalingkan wajahnya; enggan untuk menatap sang ayah.
"Ada apa?" Jaehyun mendekat dan mengusak rambut Taeyong. Di lihatnya si bungsu yang terus memeluk istrinya. Dapat dipastikan jika Jeno sedang mencari perhatian.
Jeno semakin memeluk Taeyong. "Bubu, bantu Jeno.."
Jaehyun duduk di sisi kiri Taeyong. Sedangkan di sebelah kanan, ada Jeno yang masih terdengar menangis. Sekarang Taeyong diapit oleh dua orang yang sedang bermusuhan.
"Jaehyun, kau memarahi Jeno?"
Pria Jung itu menggeleng. "Aku tidak memarahinya." Ujarnya tak jujur. Lihatlah, masih bisakah Jaehyun berbohong dengan keadaan yang sudah diketahui.
"Jaehyun, kau berbohong─"
"Bubu, dimana kacamata Mark?" Si sulung turun dari tangga dengan celana sebatas lutut serta kaos kutang tanpa lengan. "Wah, ada apa ini?"
"Mark, boleh bubu meminta tolong padamu?"
"Tentu saja, apa itu?" Tanya Mark kembali.
"Jangan berisik dan mengerti lah keadaan. Kacamatamu di dekat lampu belajar. Kembali kerjakan tugas sekolahmu." Titah Taeyong dengan tegas, namun nadanya selalu lembut.
"Baiklah, bubu." Mark sangatlah penurut. Ia memutar balik hendak kembali ke kamarnya. Namun sebelum itu─
"Dasar dua Jung. Sudah besar masih saja bertengkar. Bagaimana bisa─"
"Mark.." Taeyong kembali bergumam. Membuat si sulung Jung menggaruk tengkuk belakang yang tak gatal; canggung rasanya. Ia pun buru buru pergi dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Philosophy - Jaeyong
Fanfiction[BxB] [Mpreg] [Mature🔞] Sama sama memiliki sifat filsafat sangat sulit untuk bersatu bukan? Hakim dan pengacara yang sering berdebat itu tidak sepenuhnya rival─ mereka sepasang suami-istri. -Boys Love. -Don't read if you don't like it. -No plagiari...