12

6.8K 649 46
                                    

"Apa yang kau lihat?" Wonwoo menghampiri kekasihnya, yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.

Mingyu menoleh, ia tersenyum dan menunjukkan albumnya. "Ini, foto Taeyong." Ujarnya pria bermarga Kim itu.

Wonwoo mengangguk. "Cantik sekali ya? Matanya hitam menggemaskan." Mengucapkannya tanpa keraguan. Walaupun hatinya ingin bertanya 'mengapa kau melakukannya padaku?'

"Kau juga cantik."

Wonwoo mengangguk. "Aku tahu itu! Namun aku bukan Taeyong yang beruntung bisa mendapatkan hatimu." Untuk kali ini, Wonwoo tidak bisa menahan untuk tidak mengatakannya.

Banyak gadis dan lelaki yang menyukai Wonwoo. Pria bermarga Jeon itu memiliki berjuta daya tarik hingga dengan mudah membuat orang untuk jatuh cinta dalam hitungan menit.

Jeon Wonwoo mendapatkan banyak cinta, namun tidak untuk mendapatkan cintanya. Hanya raganya yang Wonwoo dapatkan, tidak dengan hati Mingyu.

Beberapa mengatakan, "Lebih baik dicintai, daripada mencintai." Lantas mengapa kau menyiksa dirimu, Wonwoo?

"Jangan membuat keributan, Jeon Wonwoo." Sungguh Mingyu tidak ingin Wonwoo merendahkan dirinya dengan membawa Taeyong. Itu hanya masa lalu!

Membuat keributan katanya? Wonwoo tertawa kecil. "Siapa yang selalu membicarakan Taeyong padaku? Siapa yang terus membuka album mantan kekasihnya di depan calon pasangannya? Dan siapa yang mencium─"

"KAU TULI?! Jangan. Membahas. Sesuatu. Yang. Sudah. Berlalu! Brengsek!" Mingyu melayangkan tinjuannya ke udara. Untung saja tangannya berhasil menahan untuk tidak memukul Wonwoo.

Siapa yang brengsek disini?

Dan siapa yang bodoh disini?

Baiklah Wonwoo mengalah. "Maaf, aku salah." Lelaki manis itu menghela nafasnya untuk membuat suasana tenang; seolah tidak terjadi apapun. "Maaf aku membuat keributan dan membuat kacau hatimu."

Cinta membuat bodoh. Itu benar adanya! Dan Wonwoo menjadi bodoh sekarang ini. Tidak apa, Wonwoo senang menjadi bodoh. Memang sejak dulu pun, ia sudah bodoh.

Mingyu yang membuat Wonwoo menjadi bodoh. Cintanya yang membuat lelaki manis itu menjadi bodoh.

"Kesabaran ada batasnya bukan? Namun Jeon bodoh Wonwoo ini tidak memiliki batas kesabaran." Seolah sarkas, Wonwoo tertawa kecil setelah mengucapkan kalimat tersebut.

Kim Mingyu, pria itu menggeleng kemudian memeluk Wonwoo. Mendekap seolah enggan kekasihnya akan pergi. "Kau tidak bisa meninggalkanku, kau tidak boleh meninggalkanku.."

Tatapan Wonwoo kosong ke depan. Apapun kalimat cinta yang Mingyu ucapkan, Wonwoo sudah muak mendengarkannya. Itu adalah kalimat yang ingin Mingyu ucapkan kepada Taeyong, namun tidak tersampaikan.

"Wonwoo, jangan pernah pergi meninggalkanku. Bantu aku melupakan Taeyong. Kau sudah menjanjikan hal itu. Kumohon keluarkan aku dari kesengsaraan ini.." tanpa disadari, Mingyu menangis.

"Mingyu-ya, kau sudah melupakan Taeyong?"

"Apakah aku masih harus menunggu?"

"Masih Taeyong, ya?"

"Hei, Mingyu. Aku masih menunggumu!"

Itu adalah pertanyaan yang selalu Wonwoo ucapkan. Dan Mingyu selalu menggeleng sambil mengucapkan bahwa dirinya belum bisa melupakan Taeyong.

"Tenang saja, aku kan orang yang bodoh. Aku akan terus menunggumu, menunggu, dan menunggu hingga aku tewas dan kau masih belum bisa melupakan Taeyong." Ujar Wonwoo sambil tertawa. Ia mencegah tangisannya yang akan keluar.

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang