31 - End

7.3K 506 27
                                    

"Bubu, Jeno sangat payah.." Anak bungsu Jung itu menundukkan kepalanya. Ia duduk di antara Taeyong dan Jaehyun.

"Ada apa, Jeno?" Taeyong langsung mengusap pundak sang anak. Lelaki manis itu memerhatikan wajah suntuk putra bungsunya.

"Jeno tidak bisa membuat Jaemin menyukaiku, bubu.."

Jaehyun menghela nafasnya. "Jeno memulai dramanya lagi. Sebentar lagi dia hanya akan memerhatikan Jeno.."

Beberapa hal yang tidak Jaehyun sukai. Saat anak anaknya merebut Taeyong dari dekapannya. Saat Jeno mulai cengeng dan selalu mengadu pada Taeyong.

"Mengapa Jeno berkata seperti itu?"

Bocah bungsu itu masih sesenggukkan. Ia menangis sambil mendekap Taeyong, "Jaemin berlaku adil pada semua orang termasuk pada Jeno. Tidak ada tanda jika dia menyukai Jeno.."

"Hidupmu hanya mengenai percintaan. Dasar bocah zaman perkembangan IPTEK." Gumam Jaehyun sambil memutar bola matanya malas.

Taeyong mengusap surai rambut putranya. Ia tak memedulikan suaminya sama sekali. "Jeno harus berjuang lebih keras. Namun jika tidak bisa, jangan memaksanya."

"Tapi aku memaksamu dulu." sahut Jaehyun dari tempat duduknya.

"Diam Jaehyun."

Jeno menunduk. Ia mengingat bagaimana Jaemin yang sangat manis dalam berprilaku dan bertindak. Tidakkah bisa jika keduanya di jodohkan saja?!

"Mark mengeluh lelah di kejar. Lalu Jeno mengeluh lelah mengejar.." Sungguh Taeyong tidak mengerti serba serbi dari sifat kedua putranya itu.

Jeno bahkan sempat meminta Taeyong untuk membuatkan dua bekal; untuk dirinya dan untuk Jaemin tentu saja.

Bahkan Jeno pernah meninju tiga orang yang mengepung Jaemin. Hingga akhirnya Bimbingan Konseling memanggil Jeno sebagai peringatan.

Ntahlah, Jeno sangat menuruni sifat ayahnya; Jung Jaehyun.

"Jeno berbicaralah pada daddy. Biarkan bubu mandi dan menyiapkan makan malam.." ucap si cantik, kemudian bangkit berdiri. Taeyong mencubit hidung mancung si bungsu dan pergi.

Jaehyun tertawa disana. Ia menertawakan anak bungsunya yang sedang mabuk cinta itu.

"Teruslah mengejar. Dia akan mengerti pada akhirnya nanti." Pria Jung itu mengusak surai Jeno. Ia merasa lucu mengingat putra bungsunya yang sangat menduplikasikan dirinya.

Untung saja kedua orang tuanya sangat pengertian. Mark memilih milih teman, Jeno yang amat cengeng dan selalu mengadu percintaannya yang gagal. Namun kedua orang tuanya setia mendengarkan dan memberikan saran.

Tak jarang mereka sering berkumpul kecil. Walaupun sering ada pertengkaran ringan antara dua putra Jung tersebut.

"Menurut daddy, apakah Jeno akan berhasil membuat Jaemin menyukai Jeno?"

"Tidak tahu. Kau kan jelek.."

"BUBU─"

Jaehyun buru buru membekap mulut Jeno dengan kedua tangan. "Daddy cabut akses kartumu. Jangan mengadu!" Ancam si hakim Jung tersebut. Oh bagus, ancaman yang sangat ampuh.

"Ummphh lepaskan dad─" Jaehyun melepaskan tangannya yang menyupal mulut Jeno membuat putranya kembali bernapas dengan tenang.

"Jeno akan mengadu pada bubu jika daddy pernah membeli makanan dari luar dan membuang sayuran yang telah bubu masak." Dengan semangat si bungsu Jung mengancam ayahnya.

Sang ayah pun hanya menghela nafasnya kesal. Ia sungguh ingin memukul Jeno sampai pingsan, "Jangan mengada ngada, Jeno!" Ucapnya penuh ancaman.

"Bagaimana jika Jeno di izinkan membawa mobil keren daddy? Maka semuanya akan aman.."

[✓] Philosophy - JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang