"Dimana bubumu Mark?" Jaehyun bertanya. Sungguh ia khawatir bukan main pada Taeyong yang pulang di luar perjanjiannya. Mereka sepakat jika jam sembilan adalah waktu Taeyong pulang.
Bayi mungil itu hanya memandangi langit langit tanpa mengerti apa yang ayahnya khawatirkan itu.
"Kau seharusnya menelponku.."
Astaga apa yang ayahnya itu pikirkan? Mengapa terlihat sangat panik. Mark benar benar tidak mengerti. Omong omong─ dimana bubunya?!
Mark mulai menangis. Seakan ia baru menyadari jika Taeyong benar benar hilang dari pandangannya untuk waktu yang lama. Biasanya lelaki manis itu hanya menghilang beberapa menit untuk membuat susu atau sarapan.
"Aku juga merindukannya. Kau pasti mengantuk ya, Mark?" Jaehyun membawa bocah itu ke dalam gendongannya, dan pergi menuju kamar.
Sungguh menidurkan Mark sedikit sulit. Belum lagi bayi itu sangat bergantungan dengan Taeyong. "Kau lebih terbiasa dengan aroma dan dekapan bubumu ya?"
"Jangan menangis terlalu lama, Jung.."
Pria Jung itu sangat bingung. Bagaimana tips dan trik Taeyong membuat Mark tertidur hanya dalam hitungan menit? Jaehyun mencobanya dan itu sangat sulit!
"Markeu Markeu let's sleep Mark. Be quite don't cry oh Mark Jung.." Jaehyun bernyanyi dengan nada twinkle twinkle.
Namun Mark tetaplah Mark. Ia merindukan Taeyong dan akan tetap menangis rindu sampai dirinya bisa bertemu sang bubu. Jika tidak? Mungkin Mark akan bergadang untuk menangis.
"Sudah Mark, don't cry.."
Jaehyun masih setia menimang sang putra sambil bergonta ganti mengalunkan lagu. Berharap agar anaknya berhenti menangis.
"Aku mendengarnya! Bubumu pulang Mark!" Jaehyun senang bukan main. Ia buru buru turun sambil membawa Mark dan membukakan pintu. "Berhenti menangis. Cantikmu sudah datang."
Yah, tentu saja mereka harus berbagi.
Taeyong membuka pintu. Baru saja masuk sudah di suguhi pemandangan melelahkan dari raut wajah suaminya. "Ada apa dengammu?"
"Mark merindukanmu. Kau pulang terlambat." Ucap Jaehyun.
Taeyong melepaskan jas kerja dan menggendong sang putra; mengambil alihnya hingga detik itu pun Mark berhenti menangis. Membuat keduanya tertawa.
"Anakku yang tampan. Mengapa nangis hmm? Apakah Mark sudah menjadi anak yang cengeng? Wajahmu memerah sayang.." Taeyong sungguh ingin tertawa. Wajah Mark sangat memerah akibat menangis.
Dengan telaten Taeyong mengusap air mata Mark yang hanya satu tetes namun suaranya sangatlah nyaring.
"Sudah berhenti menangis?" Taeyong menciumi Mark. Sedangkan yang diperlakukan hanya terkikik gemas.
Jaehyun sedari tadi memerhatikan pemandangan indahnya. Namun ia teringat, "Kau belum menjawabku. Kenapa kau pulang terlambat?"
"Ah itu, aku baru saja mengunjungi anaknya Ten. Hendery memiliki adik sekarang.."
Pria tampan itu berdehem ria setelah mendengar jawaban sang istri. "Oh itu! Johnny juga mengirim gambar anaknya padaku kemarin. Siapa namanya?"
"Haechan."
Jaehyun membulatkan matanya kaget. Jika kemarin dugaanya hanya semilir angin lalu. Namun sekarang sepertinya benar. Haechan adalah─ reinkarnasi dari sosok Haerin.
"Ada apa?" Tanya Taeyong.
"Haerin, aku yakin jika Haechan adalah Haerin yang dilahirkan kembali. Namun kali ini ia terlahir di suasana yang tepat. Memiliki keluarga yang baik, dan kakak laki laki baik seperti Hendery."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Philosophy - Jaeyong
Fanfiction[BxB] [Mpreg] [Mature🔞] Sama sama memiliki sifat filsafat sangat sulit untuk bersatu bukan? Hakim dan pengacara yang sering berdebat itu tidak sepenuhnya rival─ mereka sepasang suami-istri. -Boys Love. -Don't read if you don't like it. -No plagiari...