"Kau gila─"
Jaehyun menggeleng. Ia menatap Taeyong sebelum akhirnya berbicara. "Aku memiliki sejuta alasan mengapa menjadi gila. Dan kau mengetahui itu, bukan?" Ucap pria Jung tersebut.
Lelaki cantik itu tertawa kecil; terdengar sangat miris memang. "Ya, kau benar Jaehyun. Kau benar.."
Taeyong memang membosankan. Dirinya selalu acuh, tak memedulikan sekitar. Bahkan ketika Jaehyun berusaha keras, ia sama sekali tidak menghiraukan. Semuanya kesalahan Taeyong, bukan?
"Tapi kau selalu berjanji, untuk menunggu dan bersabar. Aku juga merubah diriku untuk bisa bersentuhan fisik denganmu, ataupun bermesraan." Gumaman pria manis itu terdengar samar samar. Taeyong tidak ingin menyahuti, namun suaranya terlalu keras.
"Buka matamu, lihatlah sekelilingmu. Berapa lama orang akan terus bertahan dan menunggu? Siapa yang akan menunggu lebih lama lagi?" Pria Jung itu sepertinya benar benar menyerah.
Tidak ada gunanya menahan sosok yang sudah lelah. Jaehyun benar benar ingin mengakhiri semuanya, dan Taeyong tidak berhak untuk terus menahannya.
Biarkan Jaehyun pergi. Lupakan semua yang telah terjadi. Lelaki manis itu harus segera menyembuhkan hatinya─ just let him go. Kesibukannya mungkin bisa membantu melupakan Jaehyun.
Namun untuk kali ini, biarkan Taeyong yang memeluk Jaehyun. Biarkan Taeyong merasakan sesuatu nyaman yang dinamakan pelukan itu. Dan biarkan Taeyong merutuki dirinya sendiri.
"Terimakasih ya sudah menungguku."
"Terimakasih sudah bertahan. Kau selalu di sampingku. Jaehyun terimakasih, atas semua waktu sia siamu di hari yang lalu. Terimakasih sudah menopangku, menjagaku, memilihku, dan menungguku."
Sungguh, Taeyong tidak ingin menangis tahu! Biasanya yang cengeng itu Jaehyun. Pria Jung itu selalu menangis dan memeluk Taeyong; hingga seluruh wajahnya memerah.
"Last hug?" Taeyong bertanya; meminta izin untuk memeluk Jaehyun dan merelakannya.
Sialan. Taeyong tidak menginginkan alurnya seperti ini. Siapa sosok yang bisa membuat Jaehyun beralih hingga memberikan semua cintanya kepada yang baru itu? Apakah dia jauh lebih baik dibandingkan Taeyong?
Jaehyun tersenyum kecil─ dan menangis. Ia kemudian menarik lengan Taeyong dan membawanya ke dalam dekapan hangatnya.
"Tubuh mungil ini adalah sesuatu yang pas dalam dekapanku. Wajah cantik dan manis ini adalah pemandangan indah yang ingin kulihat setiap harinya.." pria tampan itu menangis, Jaehyun benar benar menangis.
Jaehyun terus mendekap istrinya itu. Ia seolah menjaganya agar tidak seorang pun menyentuhnya. Pria Jung itu tidak sepenuhnya membagi cinta kepada yang lain. Hanya saja Jaehyun─
"Maaf, dia mengandung anakku."
Terpaksa. Jaehyun hanya terpaksa untuk bertanggung jawab. Ia benar benar bodoh untuk melakukan hal gila seperti itu, dengan izin bekerja dan mencoba hal lain.
Biarkan Taeyong lemah untuk saat ini. Tidak hanya hati, namun seluruh tubuh Taeyong lemah saat ini. Kata kata itu─ tak pernah terpikirkan jika Jaehyun akan mengucapkannya.
"Jaehyun, hanya sampai sini ya batasmu menungguku?" Pria manis itu tertawa untuk dirinya sendiri.
Siapa yang mengira Jaehyun hanya akan mencintai Taeyong? Perkiraan itu bahkan melesat jauh dari yang dibayangkan.
Taeyong menangis lagi, sungguh kali ini hanya menangis yang ingin Taeyong lakukan. "Lebih baik kau meninggalkanku lebih dulu, lalu setelahnya kau adalah Jaehyun yang bebas melakukan apapun.."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Philosophy - Jaeyong
Fanfic[BxB] [Mpreg] [Mature🔞] Sama sama memiliki sifat filsafat sangat sulit untuk bersatu bukan? Hakim dan pengacara yang sering berdebat itu tidak sepenuhnya rival─ mereka sepasang suami-istri. -Boys Love. -Don't read if you don't like it. -No plagiari...