Pagi berikutnya, aku bangun lebih cepat. Aku tak bisa tertidur memikirkan kejadian tadi malam. Kemarin mungkin bisa dinobatkan sebagai hari paling aneh di dalam hidupku. Paling tidak masuk akal.
Ketika makan malam, aku bertanya pelan kepada papa. Ketika mama sedang tidak ada tentunya. Aku bertanya, "Apakah jam tiga sore papa ada pulang ke rumah?".
Papa malah menjawabnya dengan tawa sambil menggeleng. Lalu papa mengatakan, "Sejak kapan kamu berpikir ayah pulang jam tiga sore?"
Setelah mendengar itu, aku langsung diam. Tak ingin menyinggung kejadian sore itu. Jika aku bersikukuh mengatakan bahwa aku melihat papa pulang jam tiga sore, aku makin ditertawakan oleh papa. Jadi, lebih baik aku diam saja dan mengalihkan topik pembicaraan malam itu.
"Kenapa melamun, Audey?" tanya papa. Pandangannya mengarah ke jalanan.
Aku tersentak, lalu melihat ke arah papa. "Tidak, Pa," jawabku.
"Apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya papa lagi.
Aku hanya menggeleng pertanda jawaban.
Kulihat jalanan pagi ini. Terlihat sepi, tak seperti kemarin pagi.
"Kalau kau punya masalah, bisa ceritakan ke papa. Papa tidak akan mengatakannya pada mama." Papa berkata lagi.
"Tidak ada, Pa. Serius," balasku dengan mengacungkan jari telunjuk dan tengah membentuk 'peace'.
Sepuluh menit berjalan, akhirnya kami sampai di depan sekolah. Seperti biasa, ku cium tangan papa, lalu pergi masuk ke gerbang sekolah.
Aku menyapa dengan ramah orang-orang yang kukenal. Begitu pun mereka kepadaku.
Aku masuk ke kelas. Kelas sudah diisi oleh beberapa siswa, termasuk Larcy. Ia duduk di bangkunya dengan pena dan buku dihadapannya. Pagi ini Larcy lebih cepat datang.
"Selamat pagi," sapaku, lalu menaruh tas di bangkuku—yang tepat berada di samping bangkunya.
"Pagi," balasnya singkat. Larcy terlihat sangat fokus dengan pekerjaannya pagi ini.
"Apakah itu tugas Matematika?" tanyaku.
Larcy hanya mengangguk dengan tatapan masih mengarah ke buku.
Aku menghela napas. Sepertinya kubiarkan dulu Larcy menyelesaikan pekerjaannya. Dia tampak sangat fokus, aku tak tega.
"Hai, Audey!" Seseorang yang kukenal menyapaku.
"Hai, Ken!" balasku riang.
"Larcy, kamu terlihat sibuk pagi ini. Kamu mengerjakan apa?" tanya Ken sambil menaruh tas di bangkunya.
"Lihat saja sendiri," balas Larcy dengan nada ketus.
Ken mengerutkan dahi. "Santai saja. Aku hanya bertanya," ucap Ken.
Aku sedikit terkekeh. "Jangan kamu ganggu dia, Ken. Dia sedang fokus. Bisa-bisa kamu dimakannya pagi ini," ujarku dengan sedikit gurauan.
Ken membalasnya dengan kekehan pelan.
"Oh, ya. Untuk tugas kemarin, kita kerjakan hari ini saja, ya. Aku sudah selesai dengan pekerjaanku kemarin." Ken memulai topik.
"Oke, aku setuju. Kamu bagaimana, Larcy?" tanyaku, meski sedikit takut jika ia membentakku karena bertanya.
Untungnya dia tidak mengamuk. Ia hanya membalasnya dengan anggukan.
"Kalian bisa datang ke rumahku pukul dua siang," ujarku.
***
Tepat waktu. Pukul dua siang, Ken dan Larcy sudah di rumahku dengan membawa beberapa barang yang sudah dibagi. Dan mereka sudah di kamarku sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barsha: Audey Adventure
Fantasi[SLOW UPDATE] Sebuah kisah tentang seorang gadis yang bernama Audey. Ia terlibat dalam peperangan antar planet di dalam dunia dongeng. Di dalam ramalan, Audey yang akan membawa kemenangan bagi negeri Barsha. Namun, ramalan tak semudah kenyataan. Au...