Happy Reading!
________
Keheningan terjadi setelah Zeline selesai mengobati luka pada betis Shaquille, pria itu memakai celana pendek, karena celana panjang tidak ada ukuran yang pas untuknya.
Jadi jika ada sebuah luka akan langsung terlihat, apalagi kulit pria manis itu yang seputih susu.
Zeline menatap Shaquille yang tertidur, ia langsung membawa pria mungil itu ke UKS setelah tadi membawanya keluar dari ruang guru, dalam perjalanan Shaquille terus terisak kecil dan mencengkeram jas almamater yang ia sampirkan di bahunya.
Bahkan setelah sampai di UKS dan di obati, pria mungil itu masih terisak dan menatap Zeline dengan takut dan was-was, sejak sekolah menengah, ia sangat tertarik pada psikologis manusia, karena itu ia mempelajarinya bersama sang Bunda.
Dan ia dapat langsung melihat ada masalah dengan psikis pria di hadapannya ini, tubuhnya yang kecil untuk kebanyakan anak SMA dan berat badan yang tidak seberapa, belum lagi tatapan dan sikap yang berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Sudut bibir gadis dominant itu terangkat kala melihat Shaquille yang gelisah dalam tidurnya dan berusaha untuk memasukkan ibu jarinya kedalam mulutnya.
Dengan perlahan Zeline menyingkirkan ibu jari itu dan menggantinya dengan jari kelingkingnya, sebelumnya ia telah mencuci tangannya, agar tidak ada kuman yang menempel.
Shaquille yang nyaman akhirnya mulai mengemut jari di dalam mulutnya itu, dengan kedua kaki yang ditekuk dan menghadap Zeline yang tidak berhenti tersenyum.
Membuat seseorang yang mengawasi dari balik kamera cctv juga ikut menaikkan ujung bibirnya.
*****
"Ugh!"
Shaquille memegang kepalanya yang agak pusing, ia merasa kantung matanya menebal, dan ia kesulitan untuk membuka mata dengan lebar.
Di tatapnya ruangan yang ia tempati saat ini, dan ia dengan cepat menebak bahwa ini adalah UKS, tapi tidak ada siapapun di sini, hanya ada dirinya.
"Sialan! Kenapa lagi gue."
Shaquille menatap dengan datar sebuah plester di bagian betisnya, ia dapat menebak apa yang terjadi, tapi ia tidak mengingat apapun.
Ia menolehkan kepalanya ke arah jam, setengah jam lagi bel istirahat akan berbunyi, ia memutuskan untuk kembali tidur, tetapi atensinya terlaihkan pada sebuah kantung plastik di nakas dekat brangkarnya.
Ada sebuah catatan kecil di samping kantung plastik itu yang berisi 'Makan!'
"Siapa sih yang ngasih catetan singkat gini? Gak ada namanya lagi." Sungut Shaquille kesal, tetapi ia tetap mengambil kantung plastik itu dan membukanya, di dalamnya ada tiga buah roti dan dua buah susu kotak rasa cokelat dan vanilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile
Teen FictionTentang Shaquille, seorang anak lelaki yang baru menginjak usia15 tahun, ia yang memiliki masa lalu yang kelam membuatnya menjadi sosok yang urakan dan suka mencari keributan atau berkelahi. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang babyable dan ting...