Happy Reading!
_______
Di sebuah tempat di pedalaman hutan, beberapa pria berbadan besar berdiri mengelilingi sebuah gubuk tua. Mereka berpakaian serba hitam lengkap dengan kacamata dan sebuah senjata.
Alat komunikasi dari salah satu orang-orang itu mengirimkan sinyal, bersamaan dengan sebuah burung yang hinggap di lengan orang itu.
Mengambil sebuah gulungan yang di ikatkan pada kaki burung, lalu menerbangkan kembali sang burung untuk kembali pada pemiliknya.
Setelah menerima apa yang di kirimkan oleh sang atasan, pria itu kemudian memberikan sinyal jika dia akan masuk ke dalam gubuk yang di jaga pada teman-temannya.
Saat sampai di dalam, hal yang dia lihat hanya ruangan kosong, tapi pria itu tidak bingung, dia dengan cepat berjalan menuju ke tengah ruangan, mencari dengan kakinya dan menekan sebuah tombol rahasia.
Sebuah lorong terpampang dengan jelas di depan matanya, tepat di dekat kakinya yang barusan menekan tombol tersembunyi. Tanpa menunda waktu, pria itu masuk ke dalam dan pintu lorong rahasia tertutup otomatis.
Berjalan dengan langkah tegas dan terkesan cepat, pria itu akhirnya sampai di sebuah tempat, sangat luas dan penuh dengan barang-barang dengan teknologi canggih.
"Tuan, saya mendapat pesan dari Kapten." Ucap pria itu setelah menemukan seseorang yang berdiri di antara alat-alat aneh.
Seorang pria dengan setelan ala ilmuwan, wajah tampan dengan rambut panjang berwarna biru, sebuah kacamata bertengger manis di hidung mancungnya.
Pria itu menoleh dan mendapati salah satu penjaga di atas datang membawa kabar. "Oh, Ketua Alpha 2, Harry. Pesan apa yang kau bawa?" Tanya pria itu dengan senyuman, membuat matanya menyipit.
"Master ingin agar kita menyelidiki seseorang, dan mencari kelemahan sebuah keluarga." Jawab pria bernama Harry itu sambil mengulurkan tangannya yang terdapat sebuah kertas, barang yang tadi di bawa oleh burung pembawa pesan.
Sang ilmuwan mengangguk, dia lalu mengambil kertas di tangan Harry, membukanya dan membaca dengan teliti pesan dari kertas itu.
Sebuah seringai terbit di wajah tampan itu, matanya berkilat dengan menakutkan. Dia lalu menaruh tangan kanannya di dada kiri, seolah memberikan penghormatan kepada orang yang memiliki keudukan tinggi. "As you wish, my master."
*****
Zeline berjalan dengan langkah tegap dan lebar, dia mendapat kabar jika kekasih manisnya sudah menunggu di ruang pribadinya.
Ya, Zeline memberikan salinan kunci ruang pribadinya yang ada di sebelah ruang Core pada Shaquille, agar pria manis itu bisa datang kapanpun dia mau.
Saat berada di lorong koridor dekat dengan perpustakaan, sebuah tangan tiba-tiba menghentikannya, dan membuatnya melihat siapa yang telah dengan berani mengganggu waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selenophile
Teen FictionTentang Shaquille, seorang anak lelaki yang baru menginjak usia15 tahun, ia yang memiliki masa lalu yang kelam membuatnya menjadi sosok yang urakan dan suka mencari keributan atau berkelahi. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang babyable dan ting...