25

579 64 0
                                    

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________

Bagas menatap tidak mengerti pada ucapan putra bungsunya, ia lalu menatap Zeline dan Karina meminta penjelasan.

"Panjang ceritanya." Ujar Karina yang mengerti dengan tatapan sang Daddy.

"Papa kenapa di sini?" Zeline bertanya pada seorang pria yang kira-kira seumuran dengan Bagas, dia sendari tadi duduk di sofa panjang mendengarkan dan menyaksikan apa yang terjadi.

"Bussines." Jawab pria yang di panggil Papa itu, dia bernama Antonio Mahendra Abhivandya, Ayah dari Zeline.

"Putra bungsumu, Bagas?" Tanya Antonio pada Bagas, sedangkan pandangannya terus mengarah pada Shaquille yang ada di gendongannya.

"Ya." Jawab Bagas singkat.

"Telfon Mommy-mu, Daddy akan membawa Baby ke kamarnya!" Bagas memberi intruksi pada Karian, dan di balas anggukan oleh putri pertamanya itu.

Saat berjalan melewati ruang tamu, Bagas menatap anak keduanya, "Keanu, tolong telfon Ivona, suruh datang secepat mungkin!"

Tanpa menunggu balasan dari Keanu, Bagas langsung pergi menuju kamar Shaquille. Keanu mengambil ponselnya lalu mulai menghubungi dokter pribadi keluarganya itu.

Di sisi Zeline, gadis dominant itu langsung duduk di sebelah kiri Papanya. "Apa dia?" Pertanyaan dari Antonio mendapat atensi dari putri pertamanya.

"Hm." Hanya deheman singkat.

Antonio menghela nafas, putrinya ini sangat dingin dan irit bicara, berbeda dengan adiknya, jadi Antonio hanya bisa memaklumi, lagipula, sikapnya itu menurun darinya.

"Apa yang terjadi padanya?" Antonio kembali bertanya.

Zeline diam sejenak lalu menyandarkan punggungnya pada kursi, mencoba me-relax kan dirinya, "Sakit, fisik dan batinnya." Jawabnya.

Gadis dominant itu menerawang pada kejadian di kantin tadi, dia belum membalas perbuatan orang yang melukai miliknya.

"Aku akan mengambil jurusan bisnis, dan mengurus salah satu perusahaan Papa." Antonio langsung menatap putrinya itu dengan tatapan tidak percaya, tapi langsung ia normalkan ekspresinya.

"Kenapa? Bukankah kamu sangat menentang sebelumnya?" Tanya Antonio penasaran, pasalnya, selama satu tahun ini ia dan istrinya meminta agar Zeline mengambil kuliah jurusan bisnis untuk melanjutkan perusahaannya, gadis itu malah menolaknya dan memilih untuk mengambil jurusan Sosial.

Zeline menatap Papanya dengan tatapan penuh keyakinan, "Aku sudah berjanji untuk melindungi milikku, aku juga sudah berjanji akan melakukan apapun untuknya. Karena itu, aku butuh kekuatan dan dukungan yang akan membantuku." Jawabnya.

"Untuk milikmu?" Antonio mencoba memastikan lagi.

Zeline mengangguk yakin, ia menatap tepat di mata Antonio. Membuat pria beranak dua itu mengangkat sudut bibirnya lalu tertawa keras.

Selenophile Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang