4

3 1 0
                                    

Aku tidak sengaja menabrak tangan seseorang mengakibatkan orang itu menumpahkan minumannya. Semua mata kini melihat ke arahku. Aku benar-benar malu dan merasa bersalah sekali pada orang itu. Berkali-kali aku meminta maaf padanya dan membungkuk berharap orang itu memaafkan.

"Punya mata nggak sih?!" kesalnya.

"Maaf, aku beneran nggak sengaja! Aku minta maaf," kataku sambil membungkuk.

"Minta maaf gampang lo! Baju gue jadi basah, tolol!" katanya kasar bahkan aku sampai terkejut mendengarnya.

"Jaga omongan lo ya, anj·ng!" Prince datang menarik kerah baju orang itu kasar tiba-tiba dan aku hampir terhuyung dibuatnya.

"Prince, udah!" tengah dan cegah ku sambil menarik diri cowok itu agar menjauh dari Felix. Ya, orang yang tidak sengaja aku tabrak itu adalah Felix.

Kalian bisa bayangkan, bagaimana cemasnya aku saat ini. Bagaimana jika mereka berkelahi seperti waktu itu? Aku sih lebih khawatir dengan keselamatan Felix dibanding keselamatan Prince. Semua orang juga tahu siapa yang akan menang dalam urusan seperti ini.

"Cewek ini yang salah duluan karena dia udah nabrak gue! Wajarlah gue kesel!" kata Felix setengah berteriak di depan wajah Prince.

"Tapi, lo bisa kan nggak usah ngatain tolol segala! Yang tolol itu elo! Orang udah minta maaf bukannya dimaafin malah dikatain! Lo yang tolol sadar nggak!" maki Prince. Kemudian, mendorong Felix kuat ke belakang sampai cowok itu termundur dan menabrak meja di belakangnya sehingga membuat meja itu bergeser dan apa yang ada di atas meja tersebut berjatuhan ke lantai. Keadaan semakin kacau.

Felix membela dirinya dengan bilang, "Biasanya yang paling emosian dia yang sebenarnya goblok makan tai!" makinya balik.

Jangan tanya betapa emosinya Prince setelah dikatai demikian oleh Felix sampai membuatnya menggertakkan gigi gerahamnya lantaran geram. Sebelum hal yang tidak-tidak terjadi, aku segera menarik Prince menjauh sejauh-jauhnya dari tempat itu sebelum dia menghabisi nyawa Felix.

"Lepasin nggak!" perintahnya kesal. Aku pun menghempaskan tangannya ke udara.

"Kenapa lo cegah gue buat hajar dia?! Sekalian aja tadi gue habisin dia! Kenapa lo pake acara bawa gue pergi, huh?!" marah Prince bahkan dia sampai tega membentakku. Tapi, aku tidak takut!

"Kamu gila, ya?!" kesalku padanya. Gayaku sangat menantang.

"Lo yang gila!" sematnya membuatku tersentak. "Gue belain lo dari dia! Tapi lo juga yang bilang kalau gue ini gila! Yang gila tuh siapa sebenarnya, huh?!!" Prince kembali membentakku. Dia saat ini benar-benar marah.

"Apa-apaan nih?!" Itu suara Catur. Catur datang bersama Rocky dan segera memisahkan kami. Rocky menarik diri Prince. Sedangkan, Catur menarik diriku. Aku melihat Prince menghembuskan napas kasar.

"Prince! Lo sadar nggak sih yang lo bentak siapa? Isabella!" kata Rocky. Tapi, Prince justru mengabaikannya. "Dia bukan musuh lo tapi sahabat lo, Nyet!" kata Rocky lagi.

"Lepasin gue!" perintah Prince menjauhkan tangan Rocky yang memegangi kedua bahunya agak kasar. Setelahnya pergi begitu saja. Tidak ada yang menahannya untuk pergi. Aku pun tidak perduli. Terserah dia saja.

Catur bertanya padaku, "Ada masalah apa emangnya?"

Aku pun menceritakan kejadian sebenarnya. Mereka pun mengerti.

"Tapi, kamu sendiri nggak kenapa-kenapa, kan?" tanya Rocky.

Aku jawab, "Aku nggak pa-pa."

Catur menghela napas. "Prince itu semakin kesini emang semakin kesana. Kayaknya tuh anak memang harus banyak liburan."

IN A LOST YOU / INALOSTYOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang