5

5 1 0
                                    

Sampai sekarang, aku dan Prince belum bertemu lagi sejak kejadian tadi siang. Aku juga tidak mencarinya, jujur aku sedikit kecewa. Mengingat dia telah membentakku.

Sepanjang hidup, kalau aku boleh jujur, aku tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu, bahkan dengan ayahku sendiri. Jadi, wajar bukan perasaan itu akhirnya muncul. Dan, parahnya dia juga tidak ada niatan untuk meminta maaf.

Saat aku berjalan menuju gerbang kampus untuk pulang. Mataku tidak sengaja melihat Mark sendirian berdiri di parkiran sambil memainkan handphonenya. Melihat itu akhirnya aku pun memutuskan untuk menghampiri dan menegurnya.

"Hai, Mark! Lagi nunggu siapa?" sapaku. Mark langsung mematikan handphonenya begitu sadar aku datang.

"Hai, Bel! Sebenarnya, tadi aku ada janji sama Zendaya. Tapi, tiba-tiba dia telpon aku kalau nggak bisa. Jadi, ya udah, nggak jadi." Mark tersenyum kecil setelah usai bicara. Aku mengangguk paham. Melihat Mark sekarang kesannya seperti cowok-cowok sadboy.

"Terus, sekarang kamu mau ngapain?" tanyaku.

"Pulang. Kamu juga mau pulang, kan?" jawab dan tanyanya balik.

Aku mengangguk sambil jawab, "Ya."

"Ya, udah. Bareng aja aku bawa mobil," ajaknya.

Sejenak aku berpikir, apakah ini tidak merepotkan untuknya? Mengingat bahwa rumah kami tidak searah. Aku sempat berpikir untuk menolak, tapi karena tiba-tiba aku melihat kehadiran Prince yang hendak menuju parkiran yang sama aku pun segera mengiyakan tawarannya.

"Boleh, deh!"

Akhirnya, aku pun pulang bersama Mark tanpa direncanakan sebelumnya. Dan, saat aku hendak masuk ke dalam mobil yang pintunya dibukakan oleh Mark, sekilas melihat Prince yang terlihat juga melihatku. Kemudian, dia membuang mukanya duluan. Aku pun juga meniru gayanya.

Selama perjalanan bersama, Mark.

Di dalam mobil, kami asik bercerita tentang film yang kami tonton beberapa hari yang lalu. Mark bilang, dia sampai ingin menonton film itu lagi, jika ada kesempatan dan mengajak Zendaya untuk menonton bersamanya.

Aku bilang, "Keburu entar filmnya udah nggak ada lagi di bioskop, Mark. Kapan lagi mau ajak nonton calon tunangan kamu," kataku.

"Iya juga sih," jawabnya sambil fokus menyetir. "Aku juga bingung, Zendaya itu kayak yang nggak punya waktu sama sekali. Bahkan, untuk hari ini aja dia nggak bisa. Padahal, udah dari kemarin kita bahas dan rencanain kalau hari ini bakal cari cincin buat pertunangan kita nanti," kata Mark seolah curhat.

"Kalau boleh tahu, emangnya apa yang buat dia batalin janjinya?" tanyaku.

"Dia bilang, pulang ini dia ada rapat sama anak BEM. Karena dia adalah bagian inti dari keanggotaannya jadi nggak bisa ditinggal," jawab Mark.

Entah kenapa mulutku lantas menyebut nama temannya. "Kalau temanmu yang namanya Jeffran itu apa dia juga anak BEM?"

Mark menjawab, "Iya. Dia kan wakil ketua BEM yang baru di kampus kita. Sedangkan, Zendaya itu sekretaris nya. Masa kamu nggak tahu soal itu?" kata Mark tidak percaya.

Aku menjawab, "Kayaknya aku mainnya kurang jauh," Mark justru tertawa.

"Berarti itu artinya sekarang mereka lagi rapat sama-sama," kataku lolos begitu saja dari mulut indahku.

Mark menimpal, "Iya. Kan, mereka satu organisasi." Aku mengangguk sebagai reaksi atas kata, iya benar juga.

"Aku lupa deh rumah kamu belok mana kanan atau kiri?" tanyanya ketika sudah memasuki komplek perumahan arah rumahku.

IN A LOST YOU / INALOSTYOU!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang