Bab 2

1.9K 242 15
                                    

Disana, terlihat Luna tengah berdiri sambil menyerahkan kotak bekal berwarna biru kepada Carlos. Namun, Carlos terlihat tidak peduli.

Tak!

Kotak bekal itu terlepas dari tangan Luna dan akhirnya terjatuh. Namun sebelum menyentuh lantai kantin, tangan seseorang berhasil meraih kotak tersebut. Dan orang itu...

Tentu saja adalah aku! Gabriel Anastasia! Aku bernafas lega lalu tersenyum masam mengingat jika hari ini adalah penolakan bekal yang 30 kali nya.

Padahal Luna telah bekerja keras demi membuat bekal yang enak!

Batinku dengan penuh kobaran api pada kedua mataku dan dengan imajinasi raut wajah yang sangat kesal. Tetapi, terdapat dua orang pria berseragam sama menatap ke arah ku, dengan tatapan yang mampu membuat pada kaum hawa dalam ruang kantin itu menjerit.

"Hai, Gab. Berikan bekalnya kepadaku ^^" ucap Daniel dengan senyum hangat.

"No, Gabriel. Berikan saja kepadaku!" ucap Kevin lalu kedua pria itu saling menatap penuh permusuhan.

Kalau kuingat-ingat lagi, mereka berdua ini selalu memanfaatkan momen seperti ini. Karena masakan Luna itu enak, makanya mereka menunggu saat saat seperti itu. Hah? Sudah cukup sampai disini saja, wahai para remaja, bekal ini adalah milik seorang Gabriel ^^

"Ahaha, kalian berdua. Saya bersusah payah menangkap bekal ini, tentunya, saya menangkapnya dengan maksud untuk menikmati isinya ^^. Jadi...--aku memperlihatkan senyuman yang tak pernah Gabriel perlihatkan. Senyum dingin penuh arti--..kalau kalian menginginkannya jangan harap aku berikan. Ini milikku seorang. SEORANG. S E O R A N G" lanjutku berbicara bahkan sampai ku eja kata yang paling terakhir.

Daniel dan Kevin terdiam dengan mulut menganga. Semua perhatian kantin saat ini mengarah kepada kami bertiga. Aku menatap ke arah Carlos, menatap penuh ketidaksukaan.

"Hanya orang bodoh yang mau menyia-nyiakan makanan" ucapku dengan raut wajah kesal dan kedua mata yang melotot ke arah nya.

Sementara Carlos hanya menatap datar ke arah ku. Yah, aku juga tak mengharapkan responnya sih. Ngapain juga? Gak guna. Aku pun mengarahkan pandanganku ke arah Luna yang tengah menatap dengan tatapan yang rumit. Mungkin ini pertama kalinya ia mendengar kalimat seperti tadi (?).

"Terima kasih atas makanannya!" ucapku di iringi senyuman yang tulus lalu segera keluar dari ruang kantin sambil membawa kotak bekal milik Luna.

Luna pun berlalu begitu saja dari ruang kantin tanpa mempedulikan panggilan dari Iris maupun Aqila. Aku memilih memakan bekal buatan Luna di taman sekolah.

Klak

"Waaah"

Terdapat nasi goreng yang terlihat sangat menggugah selera.

"Boleh ku makan gak sih? Tapi, tapi, tu, tunggu, aku harus mengambil foto makanan ini dulu!"

Aku mengeluarkan smartphoneku lalu mulai menjepret nasi goreng itu. Setelah beberapa jepretan, aku menyimpan smartphoneku lalu mulai memakan nasi goreng itu.

"!!"

I, ini...

Rasa pedas yang pas di lidah ku ini..

"Enak.." komentarku dan lanjut memakan nasi goreng itu dengan riang.

Aku tidak tahu kenapa aku bertingkah seperti ini. Sepertinya aku sangat terpaku kepada Luna. Tapi ku pikir tujuan aku berada disini juga karena Luna. Jadi tidak ada salahnya, kan kalau aku hanya terpaku pada Luna saja? Demi happy ending untuk Luna.

Melihat Luna tersenyum penuh kebahagiaan saja sudah cukup bagiku.

Dan entah mengapa, ketika aku membayangkannya, tiba-tiba saja aku malah tersedak.

Transmigration: Hi, Luna!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang