Bab 3

1.9K 231 21
                                    

Semalaman aku tidak bisa tertidur. Aku selalu memikirkan tentang perubahan yang terjadi pada Luna. Luna, antagonis yang mendapatkan simpati dariku.

"Perempuan itu..menanyakan warna apa yang kusukai..lalu menanyakan makanan apa yang kusukai juga..hmmm"

Aku memikirkannya hingga subuh hari. Sudah pukul 5 pagi. Dan aku masih kepikiran. Apakah itu tidak apa-apa?

Waktu itu aku menjawab kalau aku suka sambal tempe dan tahu. Hanya itu, dan ia pun mengangguk..lalu pergi begitu saja.

"Tapi tetap saja aku gregetan sama sikapnya Lunaa"

Bahkan aku sampai menggigit selimutku sendiri.

"Oh iya, aku harusnya mikirin soal duit juga deh. Kan kalau akhir bulan aku harus bayar sewa kosanku"

Baru sekarang aku menyadarinya. Ya ampun uang itu memang sangat dibutuhkan ya? Waktu terus berlalu. Aku bangun, memasak sarapan, memakan sarapan, lalu mandi kemudian mengenakan seragam sekolah, sedikit bersolek (biar keliatan waras), dan siap ke sekolah.

Seperti biasa, hari ini aku akan naik angkutan umum. Tetapi...

Di depan sana..terlihat sosok yang telah jadi bahan pemikiranku selama semalaman. Luna terlihat tengah bersandar di samping mobilnya sambil menatap jam tangannya.

"Ko, kok dia bisa tahu alamatku ya..?" gumamku tak percaya.

Tiba-tiba saja Luna menoleh dan melihatku berdiri sambil memandanginya. Ia berjalan mendekatiku. Ketika sudah sampai di hadapanku, ia mengatakan,

"Kamu lama"

Lalu menarik tanganku dan berjalan menuju mobilnya. Luna juga membukakan pintu mobilnya dan aku mau-mau aja sih. Meski tidak paham apa yang tengah terjadi, lebih baik manfaatkan saja situasi ini, kapan lagi coba bisa numpang sama cewek cantik? Mana di mobil mewah lagi, ya gak tuh?? Kalian sepemikiran kan denganku? Iya dong!

Selama dalam perjalanan, kami hanya diam saja. Tidak membuka pembicaraan sama sekali. Tapi aku tahu jika Luna kadang mencuri-curi pandang ke arahku. Sebenarnya sedari tadi aku terpesona akan dirinya. Dia terlihat keren.

"Berkat perkataanmu kemarin.."

Eh? Dia memulai pembicaraan duluan!

"..aku akhirnya memutuskan.."

Memutuskan? Memutuskan apaan tuh??

"Aku sudah memutuskan untuk berhenti mengejar Carlos"

"Eh?"

"Aku serius tahu" ucap Luna yang akhirnya menghentikan mobil yang ia kemudikan di pinggir jalan.

"Tatatatapii kaann, kamu, kamu bukannya bucin ke Carlos?" tanyaku dengan raut wajah syok.

"Aku tidak bucin. Aku hanya terobsesi."

"O, ohh" responku.

"Oh aja nih? Kukira kamu bakal heboh"

Aku melihat dengan jelas raut wajah kesalnya. Itu terlihat imut di mataku. Akhirnya ada progress juga, meski ini terbilang cepat sih. Tapi oke in aja deh.

"Memangnya aku harus heboh? Sedari awal aku memang tidak menyukai pria seperti Carlos" ucapku dengan raut wajah tidak suka.

"Memangnya kenapa?" tanya Luna, sepertinya ia penasaran.

Apa aku kasih bocoran aja kali ya? Hmmmm

"Karena dia itu bukan masa depan yang tepat untukmu!"

Usai aku mengatakan kalimat itu, tiba-tiba saja Luna bergerak.

Transmigration: Hi, Luna!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang