Author PoV
"Hei! Kalau menyetir itu yang benar dong! Hampir saja Saya tertabrak barusan!"
Terdengar suara seorang gadis tengah menegur seseorang. Dua sosok yang tengah berdiri, dengan perbedaan tinggi yang jauh. Gadis bersurai hitam tersebut mengenakan hoodie coklat. Sementara sang laki-laki mengenakan seragam SMA, yang tak lengkap. Tanpa dasi, tanpa papan nama, lambang kelas dan lambang sekolah. Laki-laki itu terlihat memandang remeh ke arah gadis yang tengah memarahinya saat ini. Penampilan yang sederhana. Pasti anak miskin.
Gadis itu berhenti menegur sang laki-laki yang ia rasa lebih tua darinya. Ia sadar semua tegurannya tak akan berguna dan didengarkan oleh laki-laki dihadapannya itu. Malahan laki-laki itu memandangnya dengan remeh. Benar-benar menjengkelkan. Gadis itu hanya bisa berdecak dan akhirnya memutuskan untuk pergi saja. Tapi...
Tak
Huh?
Tangan kanannya malah ditahan oleh laki-laki tersebut.
"Adik kecil, karena Saya telah membuat adik kecil ketakutan, maka Saya akan bertanggung jawab atas hal yang menimpa adik kecil!"
Hah? Adik kecil? Sotoy sekali laki-laki ini!
Gadis itu membalikkan badannya. Menatap tajam ke arah laki-laki itu. Apa maksudnya menyebutnya adik kecil? Dia sudah berumur 15 tahun!
"Idik kicil, jangan sembarangan memanggil orang dengan sebutan yang belum tentu mereka sukai!"
Laki-laki itu tidak habis pikir dengan gadis di depannya ini. Gadis ini hebat juga bisa membalas perkataannya. Biasanya para gadis terpesona dan terkesima dengan kebaikannya. Mengapa gadis yang ia pikir lebih muda darinya itu malah membalasnya dengan negatif?
"Mengapa tidak suka? Gadis yang mana pun pasti akan menyukainya ketika Saya merespon mereka."
Sungguh pertanyaan seperti itu terasa menjijikkan di pendengaran sang gadis. Narsis! Itu yang gadis itu simpulkan. Aah, rasanya ia sudah tak tahan berada di dekat laki-laki narsis itu.
"Delila?"
Suara seorang wanita terdengar begitu dekat. Gadis yang merasa dipanggil segera menoleh, ia melihat seorang wanita bersurai coklat tengah menatap ke arahnya dari dalam mobil.
"Kak Sella!"
Baiklah, baiklah, jadi tokoh yang sedang terlibat saat ini ada tiga orang, wahai para pembaca. Siapa saja? Delila Nahitka, Carlos Louren Tierva, dan Grasyela Jehaseon.
"Mengapa kamu masih ada disitu? Apakah kamu akan ke sekolah?" tanya Sella yang akhirnya keluar dari dalam mobilnya.
Delila merasa jantungnya berdegup dua kali lipat saat ini. Penampilan Sella membuatnya selalu pangling. Padahal ia baru beberapa kali saja bertemu dengan Sella. Mungkin sebulan hanya 4 kali bertemu. Namun sedari pertemuan pertama, wanita cantik itu telah mencuri seluruh jiwanya.
"Uh, ya, kak, aku ke sekolah hari ini tapi di tengah jalan ketika aku sedang berjalan, pemilik mobil itu hampir saja menabrakku!"
Delila mengadu lalu mengarahkan dagunya ke arah Carlos yang malah memelototinya.
Bagus! Akhirnya aku mengadu kepada kak Sella!
Sella terlihat mendengarkan perkataan Delila. Namun sebenarnya ia sedang memuji penampilan Delila pagi ini. Gadis imut itu mengenakan seragam sekolah dibaluti dengan hoodie coklat yang ia rasa malah senada dengan warna matanya. Ditambah perkataan Delila barusan yang ia rasa malah seperti sedang mengadu kepadanya. Ya memang jelas mengadu sih.
Gadis ini..terlalu imut untuk dunia lihat!
"Hem! Delila, karena sebentar lagi pukul 7, ada baiknya kamu kuantar ke sekolah saat ini ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration: Hi, Luna!
RandomIni aku, Kallen. Aku hanya seorang mahasiswi biasa pada universitas daerah. Hobiku adalah membaca sebuah novel. Ada sebuah novel yang akhir-akhir ini membuatku kesal. Cursed: When Protagonist Come. Novel itu menceritakan tentang kisah seorang peme...