Bab 1

2K 211 9
                                    

Disinilah diriku, ya aku, Kallen. Telah mengalami peristiwa yang begitu tak manuk akal. Yaitu transmigrasi jiwa. Aku yang tak bertemu dengan truck-kun, atau car-kun, atau insiden-insiden yang mampu merenggut nyawa manusia itu. Dengan mudahnya aku berpindah tubuh hanya dengan modal tidur nyenyak saja.

"Hahh"

Ini kesekian kalinya aku menghembuskan nafasku dengan kasar. Aku telah mengingat ingatan tubuh yang tengah kurasuki saat ini. Namanya Gabriel Anastasia. Anak perempuan yang di depak oleh orang tuanya karena telah menghambur-hamburkan uang dan selalu menindas orang lain. Sekarang perempuan ini hidup pas-pas an di sebuah kosan sederhana. Tabungan Gabriel juga hanya tersisa 500 ribu rupiah. Gabriel masih berumur 17 tahun. Itu artinya ia masih anak sekolahan. Benar, tubuh yang kurasuki saat ini masihlah anak SMA. Dan lebih mengejutkan lagi, ia satu sekolah dengan para pemeran dalam novel Cursed: When Protagonist Come.

Gabriel masih belum mencari solusi yang mampu mengatasi kelanjutan kehidupannya. Dan sekarang, malah aku yang merasuki tubuh Gabriel. Jadi, apa yang harus kulakukan? Aku masih belum tahu. Lagipula 500 ribu itu masih cukup sebulan mungkin bagiku. Aku anak yang tidak boros dan bisa makan makanan sederhana. Dengan begitu malas aku menggerakkan kedua kakiku keluar dari dalam kos.

Entah apa yang akan terjadi ketika aku memasuki area sekolahan nanti. Terakhir yang kuingat, Gabriel dikucilkan oleh sahabat-sahabatnya yang sangat freak dan memandang kekayaan dalam melakukan pertemanan.

"Hmmm yppa aja deh"

Note: yppa (yang pasrah pasrah aja) :v

Angkutan umum berhenti di depan ku. Aku pun menaikinya lalu duduk berdekatan dengan supir angkutan. Ketika mencoba mengedarkan pandanganku, rupanya ada tiga orang murid dengan seragam SMA yang sama dengan yang kukenakan. Aku mencoba rileks dan bersikap biasa saja. Memandang ke arah luar dimana pintu angkutan umum terbuka.

Tak lama kemudian angkutan umum berhenti di depan gerbang sekolah. Aku pun turun lalu memberikan selembar uang nominal 20 ribu kepada sang supir.

"Makasih om" balasku ketika supir angkutan itu mengembalikan kembalian uangku.

Ketika aku berbalik dan memasuki gerbang sekolah, aku sempat terpesona dengan arsitektur bangunan sekolah itu. Benar-benar megah dan sepertinya luas. Lanjut berjalan, secara refleks aku memundurkan langkahku ketika merasakan ada suatu benda yang melesat menuju tubuhku.

"Gile.." gumamku ketika melihat seorang perempuan yang menatap tajam ke arah sang pelaku pelempar.

Seragam perempuan itu terkena lemparan telur. Aku pikir objeknya adalah aku sehingga tanpa sadar tubuh ini refleks menghindar. Aku menatap sang korban salah lempar. Ia terlihat begitu marah dan segera melangkahkan kakinya ke arah sang pelaku.

"Kamu!"

Tunjuknya ke arah seorang perempuan berseragam yang akhirnya aku ingat siapa. Dia adalah salah satu sahabat Gabriel, Arsyanda namanya. Raut wajah Arsyanda terlihat tegang dan ketakutan ketika ia mengetahui jika lemparannya tiba-tiba mengenai orang yang salah. Dan keributan pun di mulai. Aku hanya diam saja melihat mereka, malah aku mencoba mencari tempat yang nyaman di sekitar TKP untuk lebih nyaman menontonnya.

Plak!

Perempuan itu menampar Arsyanda lalu mendorongnya hingga tubuh Arsyanda terjatuh ke lantai.

"Berani-beraninya kamu mencari masalah denganku! Akan aku ingat wajahmu dan mulai sekarang, kehidupanmu tidak akan tenang!" kata perempuan itu dengan penuh tatapan intimidasi.

Aku tidak mempedulikannya. Aku kemudian melihat jam di smartphoneku. Sebentar lagi bel masuk berbunyi, aku harus segera masuk ke dalam kelas. Aku pun berdiri lalu berjalan meninggalkan lokasi TKP. Tapi entah mengapa, aku merasakan hawa yang tidak mengenakkan dari belakangku. Dengan langkah seribu aku mempercepat langkahku, bahkan berlari dengan terburu-buru menuju kelas.

Transmigration: Hi, Luna!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang