17. Are You Mad?

4.1K 472 64
                                    

"Ge, maaf aku terpaksa harus kabur dari rumah."

Zhan mengirim pesan singkat pada suaminya. Disertai emoji tertawa dan foto menu makan siangnya.

Hari ini Zhan tidak memiliki jadwal kuliah. Hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apapun. Yibo sudah berpesan untuk menunggunya di rumah. Tapi karena bosan Zhan memutuskan mencari makan siang yang tidak jauh dari rumahnya.

"Aku bersama Zhuocheng. Aku akan pulang sebelum gege pulang kerja." Zhan kembali mengirim pesan. Kali ini lengkap dengan selca dirinya dan Zhuocheng. Mereka berdua tampak duduk di sudut kafe.

"Tidak apa-apa langsung pergi seperti ini walaupun profesor Wang sudah berpesan di rumah saja?" tanya Zhuocheng sedikit khawatir.

Beberapa saat lalu ia memang hendak mencari makan siang. Dan bertepatan Zhan menghubunginya untuk makan bersama. Karena Zhuocheng juga tidak memiliki kegiatan, Zhuocheng menyetujui ajakan Zhan untuk makan di kafe yang tidak jauh dari rumah pemuda manis itu.

"Tidak apa-apa. Gege tidak pernah marah. Apalagi kalau aku hanya keluar untuk mencari makan. Lagipula aku sudah memberi tahu kalau aku pergi denganmu." Zhan menjelaskan bagaimana pengertiannya sang suami. Masalah kecil seperti ini tidak akan menjadi masalah nantinya.

"Kau benar-benar beruntung Zhan."

Zhan tersenyum mendengarnya. Ia sudah sering mendengar bagaimana beruntungnya dirinya bisa memiliki Yibo. Bahkan tanpa diingatkan, Zhan selalu tahu kalau dirinya menjadi salah satu orang yang paling beruntung.

"Berbicara mengenai kabur, apa kau pernah berpikir untuk pergi dari rumah saat kalian bertengkar?" tanya Zhuocheng yang justru dibalas tawa.

"Kenapa malah tertawa?"

"Kau tidak akan percaya kalau kami tidak pernah bertengkar. Aku pernah mencoba mencari masalah tapi tidak menemukannya." Mata Zhuocheng langsung berkedip takjub.

"Pernah sekali gege mendiamiku karena sedih dengan perkataanku, tapi begitu aku menangis semuanya berakhir." Zhan memberikan cengirannya. Masih mengingat bagaimana saat Yibo memilih diam beberapa bulan lalu karena kalimatnya.

"Tapi gege tidak pernah marah. Ooh ... tunggu! Sepertinya pernah. Sebelum kami menikah pernah sekali gege benar-benar kesal sampai wajahnya mengeras menahan marah. Itu karena aku memang sengaja membuat gege marah karena gege tidak mau menunjukkan seperti apa itu ciuman. Jadinya aku membuat ulah." Zhan terkekeh kecil saat Zhuocheng tampak kehilangan kata-kata. Zhan yakin Zhuocheng tidak akan tahu kenakalan apa saja yang diperbuat untuk mendapatkan perhatian Yibo saat itu.

"Setelah menikah, gege benar-benar tidak pernah marah. Tidak pernah membuat masalah atau hal yang membuatku kesal. Jadi bagaimana mungkin aku bisa berpikir untuk kabur kalau mencari masalah saja tidak ada."

"Ternyata kau memang benar-benar beruntung," celetuk Zhuocheng. Meski belum menikah, tapi Zhuocheng cukup tahu kehidupan rumah tangga di luar sana.

"Karena profesor Wang sesempurna itu, apa kau tidak ada ketakutan sedikitpun tentang seseorang yang mungkin mencoba mengganggu kehidupan rumah tangga kalian?"

"Bohong kalau aku tidak takut," jawab Zhan jujur.

"Walaupun aku sering menanggapi orang-orang yang mendekati gege dengan santai, terkadang aku benar-benar ingin menjauhkan gege dari siapapun. Aku sering berpikir untuk tidak mengizinkan gege dilihat oleh siapapun. Aku butuh perjuangan bertahun-tahun dan mengatakan perasaanku
entah berapa ribu kali, jadi sudah pasti aku tidak suka saat seseorang mendekati gege walau hanya sekedar tertarik dan melihatnya dari jauh."

Zhuocheng mengangguk paham. Rasa takut kehilangan atau cemburu sudah pasti dimiliki orang yang mencintai pasangannya.

"Tapi kau luar biasa karena bisa menahannya dan tidak melakukan apapun."

My Professor My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang