8.

1.1K 12 10
                                    

Keesokan harinya dean yang terpaksa sarapan di meja yang sama dengan raka karena peraturan keluarga yang harus sarapan atau makan malam bersama. Tidak boleh di langgar. Dean termasuk anak yang menaati peraturan.

"Uhuk-uhuk" batuk dean ketika tiba-tiba ia melihat raka memandangi nya.

Dean mencoba tidak memperdulikannya, namun pandangan raka semakin tajam kepada nya.

"Kenapa?" Dean akhirnya bertanya. Namun tidak di jawab apapun oleh raka.

Karena raka tidak menjawab, dean melanjutkan makannya. Namun raka tetap melihatnya, membuat dean risih.

"Kenapa sih?" Tanya dean lagi. Namun tetap tidak di respon raka.

Karena tetap tidak di jawab, dean mencoba untuk benar-benar tidak peduli.

"Gua khawatir ntar mata lu bintitan!" Tiba-tiba saja raka berbicara

"Maksud nya?" Heran dean

"Jangan sering-sering ngintipin orang, kalo mau bilang aja" kekeh raka

"Apa sih ga jelas" dean yang masih tidak memahami perkataan raka.

"Aku duluan" tambah dean, yang selesai sarapan

"Gua belum selesai" kata raka yang memang dari tadi makanan nya belum ia sentuh

"Bukan urusan aku" dean yang pergi ke kamarnya meninggalkan raka sendiri di meja makan.

---
"Huh segernya" ujar dean yang keluar dari kamar mandi.

"Aaaa" kaget dean melihat raka yang tengah tiduran dikasur nya.

"Kamu ngapain disini?" Tanya dean

Raka cuma tersenyum sambil mengamati dari ujung kaki hingga kepala tubuh dean yang hanya di lilitkan handuk putih itu.

Sontak dean dilihat seperti itu oleh raka langsung bersembunyi di balik pintu kamar mandi.

"Mau apa kamu disini?" Tanya dean dengan kesal

"Kebiasaan banget sih, kalo ga pake baju pintunya ga di kunci. Mau ngegoda gua?" Raka menarik satu ujung bibirnya.

"Sialan, aku lupa kunci pintu" batin dean.

"Keluar! Aku mau pake baju!" Usir dean

"Ga usah pake baju aja gimana?" Goda raka

"Apa sih? Gila yah" marah dean

Ditariknya tangan dean yang dari tadi sembunyi di balik pintu kamar mandi.

"Kamu mau apa?" Dean berusaha membrontak. Hingga mereka jatuh di tempat tidur dengan posisi raka di bawah badan dean.

Dean berusaha berdiri, namun di peluk erat oleh raka

"Jangan macem-macem yah!" Ancam dean

"Kalo gua mau macem-macem gimana?" Tantang raka dengan senyum nakalnya.

"Aku bakal teriak!" Dean kembali mengancam

"Teriak aja, ga bakal ada yang denger. Bibi lagi keluar. Mang dayat lagi ngeberesin kebon belakang, ga bakal kedengeran" jelas raka.
Karena tadi seusai raka makan, bibi pamit mau ke supermarket untuk belanja kebutuhan dapur.

Dean yang mendengar hal itu langsung melotot.

"Ga usah kaget gitu lah, ntar matanya copot" Goda raka karena melihat mata dean melotot

"Kamu macem-macem aku aduin bunda sama ayah!" Dean masih berusaha mengancam

Mendengar perkataan itu, raka langsung membalikan posisi menjadi dean yang di bawah dengan mudah. Tentu saja karena badan mungil dean.

"Kamu berat!" Bisik raka di telinga dean yang tidak peduli dengan ancaman itu. Sontak saja membuat dean merinding karena bisikan raka

"RAKA!" Teriak dean

"Iya sayang" jawab raka

"SAYANG MATA MU!" Kesal dean

"Gila besar banget punya mu" bisik raka kembali di telinga dean dan di akhiri dengan jilatan.

"Ah" desah singkat dean karena di jilat kuping nya.

Mendengar hal itu membuat raka tersenyum.

"Boleh aku pegang?" Tanya raka sambil melihat ke arah dua gunung dean yang menyembul sedikit dililit oleh handuk

" GA!" Teriak dean

Dean mencoba berontak sambil memukuli badan raka dengan kedua tangan nya.

"Jangan banyak gerak , nanti handuk nya lepas loh " bisik raka lagi sambil menghentikan tangan dean dengan kedua tanggannya.

Raka benar-benar membuat dean merinding dengan perlakuannya.

Di jilat nya kembali daun kuping dean dengan lembut.

"Raka aah, please jangan" kini dean memohon

Seolah tidak memperdulikan permohonan dean, kini raka mulai turun menjilati leher putih mulus milik dean.

"Wangi banget" sembari menjilati sesekali ia gigit pelan leher dean

Kini tangan raka memegang kedua tangan dean dengan satu tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya mulai meremas payudara milik dean

Saat hendak turun melepaskan handuk dean, dilihatnya dean yang meneteskan air mata membuat nya raka menjadi berhenti.

"Lu nangis?" Heran raka

"Please jangan raka" mohon dean kembali dengan isak tangis dan tatapan sendu

" jangan liat gua kek gitu, jadi makin pengen gua telanjangin!" Kesal raka.

Raka kemudian bangun dan meninggalkan dean menangis di kamar dean sendiri.

------------------------------------------------------
Bantu vote dan comment ya guys, biar jadi semangat autor. Kalo rame bakal autor up sering- sering ✌🏻

Senior & perjodohanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang