CHAPTER-11 | BANGKTA |

228 18 0
                                    

HALLO EVERYONE

WELCOME BACK TO MY FIRST STORY



HAPPY READING

🕊🕊🕊


Ceklek.

"Assalamualaikum"

Akhirnya, seseorang yang sedari tadi telah di tunggu-tunggu kehadirannya oleh dewa datang juga.

"Waalaikumsalam" jawab sara dan dewa seraya menengok kepada sang sumber suara secara bersamaan.

Dengan spontan kedua bibir dewa terangkat, hingga menimbulkan sebuah dua bulan sabit dari kedua matanya.

Jujur, perasaan Dikta ketika melihat dewa sangat campur aduk sekali. Dia bahagia dan senang karena akhirnya adik bungsunya telah bangun dari komanya, namun di sisi lain, lagi-lagi rasa penyesalan itu terus hadir di kepalanya dan menghantui pikiran nya.

Walaupun kini dewa telah sadar, dikta masih merasa kalau adiknya bisa koma karena dirinya.

Kenapa dia tidak memaksa masuk waktu itu, dan kenpa dia malah memilih untuk meninggalkan adiknya itu sendirian di dalam kamar miliknya.

Dengan jalan yang sedikit sempoyongan dikta langsung menghampiri dewa, dan memeluk tubuh kurus dewa dengan dekapan yang sangat begitu erat.

Dewa hanya diam, membiarkan kaka sulungnya melampiaskan segala kerinduan nya padanya.

Namun semakin lama, dekapan dikta semangat mengerat, hingga membuat dewa sedikit kesulitan untuk bernafas.

"Bang...?" Namun tidak ada jawaban atau respon dari dikta.

Dewa menepuk pundak dikta dengan sedikit keras. "Bang, engap anjay!"

Mendengar ucapan dewa, dengan spontan dikta langsung melepaskan pelukannya.

"Hhe~ sorry..." Dikta menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Lagian lu, lama amat si tidurnya!?"

"Mimpi lo seneng ya?, Ampe kagak mau bangun. Hah?" Lanjut dikta.

Dewa tidak menjawab pertanyaan dikta, dia hanya mengembangkan senyuman di bibir nya. Dia sangat bahagia sekali karena sekarang kaka sulungnya itu benar-benar menyayanginya.

"Ouh iya bang, emang bener, kata bunda lo kagak pernah sekolah karena gak mau ninggalin gw?" Tanya dewa yang teringat dengan perkataan sang bunda saat ia menanyakan dikta.

"Iya!, Kenapa?" Jawab singkat dikta dengan penuh penegasan.

Dewa menggelengkan kepala. "Nggak-, makasi ya bang, dah mau jagain gw. Hhe" lagi, dewa kembali menaikan kedua bibirnya.

"Hmm" sebuah jawaban yang sangat singkat dari dikta.

"Gw seneng dew, lu bisa senyum lagi kaya gini. Jangan sakit lagi ya adek gw." Batin dikta.

"Udah kangen-kangenan nya?" Sontak, dengan seketika atensi dikta buyar.

"Ehk iya-, astaghfirullah ada bunda. Hhe" lantas dikta langsung mencium punggung tangan sang bunda, dan mengecup pipi kanan sang bunda.

"Bunda udah makan?" Tanya dikta.

"Pasti belum yah?, Mau abang beliin apa?" Lanjut dikta.

"Udah sayang.. tadi waktu dewa tidur, bunda ke kantin dulu sebentar." Jawab sara.

DEWA SANJAYA DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang