FLASHBACK II

173 14 2
                                    

Setelah berselang beberapa menit, akhirnya sara pun terbangun dari pingsannya.

"Mas.. gimana keadaan dewa mas?" Tanya spontan dari mulut sara.

Setya menarik tubuh sara, untuk masuk ke dalam dekapannya. Dia mendekap tubuh kurus sang istri, dengan sangat begituuuu eeraaat. Dan dapat wanita itu rasakan, ada guyuran air hangat pada pundaknya.

"Yah.. kamu nangis?" Hening, sara tidak dapat jawaban dari sang suami.

"Yah.. anak kita, baik-baik ajakan?" Bukannya menjawab, tubuh pria yang mendekap sara itu malah semakik bergetar dan tangisannya menjadi semakin deras.

"Maafff, mas harus lakuin itu.., hikss," lirih setya.

"Lakuin apa mas?, Jelasin sama aku."ujar sara.

Setya melepaskan dekapannya, lalu dia menatap wajah sembab sang istri. "Dewa.. akan sembuh."

Dengan wajah sembab yang terpampang, seketika senyuman terlukis di bibir wanita itu. "Ka-kamu beneran yah?." Setya mengangguk.

"Ta-tapi, siapa yang donorin jantungnya buat dewa mas?, Jangan bilang ka-"

"Anak kita. -dewi." Sela setya secara cepat.

"D-dewi?"

Setya mengangguk, dengan pandangan yang dia hadapkan ke arah bawah. "Iya. sekarang satu-satunya anak perempuan kita sudah tenang di alam sanah." Setetes air bening menggelosor dari pelupuk mata setya.

Gantian. Sekarang sara yang memeluk tubuh suaminya itu dengan sangat-sangat erat. "Aku sudah ikhlas mas. Kamu juga harus ikhlas yah." Dapat wanita setengah baya itu rasakan, jika dia mendapatkan anggukan dari suaminya yang beradab di dalam dekapannya.

Operasi yang di lakukan kepada dewa kecil berjalan dengan lancar. Sekarang dia bisa hidup dengan tenang kembali, dengan bantuan jantung dari adik kembarnya itu,-dewi.

Setelah selama kurang lebih 1 minggu dewa kecil di rawat, akhirnya dewa kecil di perbolehkan pulang oleh sang dokter. Namun dia tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang terlalu berat, atau melelahkan.

"Yeay!!!, Adek dewa pulang." Sorak antusias dikta kecil dengan berlari menghampiri adiknya itu.

Dikta kecil langsung memeluk tubuh adiknya itu, dengan penuh kasih sayang. "Abang janji. Abang bakal jagain adek, biar adek gak sakit lagi." Ucap nya seraya mengelus punggung adiknya itu.

"Tapi adek harus janji sama abang. Adek harus sehat. biar kita nanti bisa jenguk dan kumpul sama adek dewi."

Mendengar kalimat itu seketika kedua pasutri itu merasakan sesak di daerah dadanya. Keduanya merasakan sakit yang teramat di dalam hatinya. Bibir nya sara bergetar karena menahan agar tangis nya tidak pecah di hadapan kedua anaknya.

Dewa kecil mengangguk. "Iya.. dewa juga pengen jenguk adek dewi." Dewi kecil mengulas senyum manisnya.

"Ouh iya bunda, nantu kita jenguk adek dewi bareng-bareng yah?"

Sara menatap wajah anak pertamanya itu, lalu sara mengangguk dan menggambarkan lengkungan pahit dari tumpukan bibirnya.

Dantanpa dia sadari dan dia rasakan, setetes air telah hadir dari pelupuk matanya. Dikta dan dewa kecil yang melihat itupun dengan segera berlari menghampiri sang bunda dang memeluk tubuh bunda nya itu.

"Bunda kenapa nangis?" Tanya dikta kecil seraya mengusap air mata di pipi sang bunda.

"Ehk-, bunda gak apa apa kok sayang..." Jawab sara dengan tidak lupa senyuman yang terus dia gambarkan di hadapan kedua anaknya.

DEWA SANJAYA DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang